Tiga Puluh Delapan SCL

273 42 2
                                    

Olivia tiba di apartemen yang malam ini terasa begitu sepi, padahal tiga malam terakhir dia biasa-biasa saja. Sama sekali tidak merasa sepi atau bahkan kosong. Tapi malam ini, entah mengapa dia merasakan sesuatu yang kosong. Yang anehnya, kini malah membuat Olivia keluar dari apartemennya dan melangkah ke arah pintu yang beberapa hari ini tertutup rapat.

Masuk ke dalam apartemen itu, Olivia berdiri di tengah-tengah ruangan dan memperhatikan seluruh ruangan dengan kedua matanya.

"Ped. diam!" Olivia terus menarik wajah pria yang sedari tadi sibuk bergarak ke sana-kemari.

"Via, aku rasa kau saja yang memakai ini. Aku tidak perlu."

Olivia melotot, membuat pria yang awalnya berusaha menjauhkan wajahnya kini menarik nafas dan pasrah saja saat tangannya menarik wajah itu agar mendekat.

"Tentu saja aku tidak ingin cantik sendiri."

"Jadi kau berniat membuatku cantik sepertimu? Arghh. Sakit, Via."

"Rasakan!" Olivia memanjangkan lidahnya. Meledek pria di depannya setelah berhasil melayangkan cubitan di paha atas pria itu.

"Sayang, bagaimana jika aku masak makan malam saja?"

"No!"

"Tapi, Via-"

"Khusus malam ini kita akan memesan makan malam saja." Olivia tersenyum manis. "Karna aku sedang ingin memanjakan suamiku agar terlihat tampan."  Setelah mengatakan itu, terdengar cibiran dari pria di depannya, membuat Olivia kembali melayangkan cubitan mautnya. Yang lagi-lagi berhasil membuat pria itu meringis kesakitan.

"Padahal aku sudah sangat tampan. Apa ketampananku benar-benar tidak sampai padamu?" Gerutunya. Yang membuat Olivia tertawa renyah. Dia tertawa dan menangkup pipi Pedro, menggoyang-goyangkannya dengan gemas.

"Tentu saja suamiku ini yang paling tampan, jika tidak, mana mau aku menikah dengamu." Serunya bangga. Mengundang gelak tawa renyah pria yang kini menarik tubuhnya untuk masuk ke dalam pelukan pria itu.

Olivia tersenyum tanpa sadar, memutar kepalanya ke arah lain. Dia seakan melihat hal lain di sana.

"Ped, aku tidak bisa membukanya." Seru Olivia, menyodorkan selai coklat yang tutupnya masih tertutup rapat pada pria yang duduk di atas stool dengan kaca mata membingkai wajah pria itu. Ada laptop yang di depan pria itu. Menyala dan menampilkan sesuatu yang sama sekali tidak Olivia mengerti. Tapi sejak bangun tidur, pria itu sudah membawa benda pipih itu ke mana pun.

Pedro menoleh, menerima uluran selai itu dan memutar tutupnya dengan tangannya yang lain.

Berhasil.

Seolah hanya mengeluarkan sedikit tenaganya, pria itu berhasil membukanya. Membuat Olivia seketika melebarkan senyumnya. Tangannya sudah terulur dan hendak menerima soples kaca yang berisi selai itu. Tapi sebelum tangannya berhasil menerima benda itu, benda itu sudah di jauhkan. Membuat Olivia mendelik seketika.

Merasa berhasil membuat wanita di depannya ini kesal, tawa renyah seketika mengudara. Tapi hanya sesaat karna kini tangannya mengulurkan toples itu. Yang membuat Olivia pun cemberut.

"Hai, kenapa pergi begitu saja?" Serunya begitu Olivia segera berbalik setelah menerima selainya.

"Terima kasih." Ucap Olivia pendek. tapi tak kunjung membuat Pedro melepaskan lengannya.

"Hanya begitu?" Seru Pedro masih belum melepaskan genggamannya di lengannya. Membuat Olivia mendesah, meski begitu dia tetap mendekat dan mengecup pipi itu. Mengundang senyum lebar di wajah itu.

Pernikahan Semusim (Cintamu Seasam Lemon🍋) SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang