Pedro hanya menatap datar pada wanita yang duduk di sampingnya. Kedua tangannya terlihat di depan dada dengan tubuh bersandar di pintu mobil, wajah datar nan tak bersahabat sudah terpatri menghiasi wajahnya sedari tadi.
Tapi bukannya terganggu atau risih dengan ekspresi wajahnya saat ini, wanita di depannya hanya menatapnya santai. Kedua matanya bahkan berkali-kali mengerjab polos padanya, membuat dia mengutuk wanita itu bagaimana bisa sesantai ini padahal dia sudah berada di ambang batas kesabarannya?
"Jadi ... Anda sama sekali tidak ingin turun?!" Tanyanya datar. Merasa geram lantaran sikap seenak hati wanita di depannya.
Bahkan saat ini Pedro sudah merasa kesabarannya habis tanpa sisa. Tapi bukannya merasa bersalah, Olivia malah bersikap seolah-olah dia tidak bersalah. Sama sekali tidak peduli dengan emosi di wajahnya yang sudah tampak memerah.
"Bisakah kau mampir dulu? Aku ingin berbicara serius denganmu."
Pedro melengos, membenarkan letak duduknya untuk menatap jalan di depannya ketimbang wanita di sampingnya yang lambat-lambat sangat menjengkelkan.
"Ayolah, Pedro, aku serius dengan tawaranku." Bujuk Olivia kesekian kalinya. Tidak menyerah meski Pedro berkali-kali menolak tawarannya.
Yeah, dia tahu jika dia memang sudah gila. Tapi dia tidak memiliki pilihan lain. Terutama dengan apa yang akan dia lakukan nanti. Bagaimana pun juga, semua teman-temannya sudah mengetahui siapa kekasihnya, yeah, walaupun kekasih palsu tapi tetap saja mereka tahunya Olivia dan Pedro adalah sepasang kekasih yang sebentar lagi akan menikah.
Lalu apa jadinya jika Pedro menolak tawarannya, dan memilih memutuskan hubungan mereka? Apa yang akan dia katakan pada para teman-temannya? Olivia yakin, setelah dia berkata jujur semua teman-temannya pasti akan semakin mengolok-oloknya--sebagai wanita manja dan tuan Putri yang selalu dimaafkan orang.
"Aku janji akan menuruti semua keinginanmu asalkan kau mau membantuku kali ini." Tambahnya. Masih belum menyerah.
"Atau, kau bisa meminta apa pun padaku, aku janji akan memberikan semuanya asal kamu setuju dengan tawaranku. Bagaimana?"
Pedro yakin jika wanita di sampingnya benar-benar sinting. Bagaimana mungkin dia menawarkan pernikahan layaknya dia menawarkan minuman soda padanya? Begitu mudah dan tanpa beban.
Apa semua wanita kaya itu seperti ini? Sinting dan seenaknya?
"Jawaban saya tetap sama, nona! Tidak! Dan saya harap anda mengerti. Jadi tolong--"
"Bagaimana caranya agar kau setuju?" Potong Olivia cepat. Tak terpengaruh dengan Pedro yang terus-menerus menolak tawarannya.
Demi tuhan, dia sudah kehabisan akal untuk membujuk asisten kakaknya ini. Kenapa dia begitu keras kepala, sih?
Atau jangan-jangan pesonanya menjadi wanita cantik sudah luntur hingga membuat Pedro tak kunjung tertarik padanya?
Pedro menatap Olivia datar, lengkap dengan kedua mata menyorot tajam. "Ada masih belum tuli, kan? Apa dari semua kata-kata saya, anda belum juga mengerti?"
"Pedro..."
"Keluar, nona!" Tekan Pedro menahan geram. Menahan diri agar tak berteriak kuat pada wanita di sampingnya.
Olivia sudah akan membuka mulut hendak protes. Tapi kembali tertutup saat Pedro kembali berujar penuh peringatan.
"Jangan sampai saya yang memaksa anda keluar, nona! Saya yakin anda tidak ingin melihat tuan Al murka karna sikap tidak beretika anda kali ini! Bahkan saya tidak keberatan mengatakan tawaran anda ini pada beliau. Dan setelah itu anda pasti tahu apa yang akan beliau lakukan pada anda, kan?!"
Merenggut penuh kekesalan, Olivia pun pada akhirnya mengalah. Turun dari mobil Pedro dengan wajah tidak ikhlas.
Tapi sebelum dia menutup pintu, dia menyempatkan diri untuk menatap Pedro dengan tubuh sedikit menunduk.
"Hubungi aku jika kau tertarik dengan tawaranku, Ped. Aku janji akan memberikan apa pun yang kamu inginkan. Bahkan jika itu adalah hal gila sekalipun!" Tawarnya untuk terakhir kalinya.
"Dan aku janji, pernikahan ini tidak akan lama. Aku akan setuju kapan pun kau ingin berpisah denganku nanti. Tapi setidaknya, biarkan kita---"
"Sekali lagi anda membuka mulut, saya jamin tuan Al akan tahu apa yang anda tawarkan pada saya saat ini juga!"
Mulut Olivia tertutup rapat, kedua matanya bahkan menatap Pedro kesal. Tidak senang dengan ancaman pria di depannya.
Dengan kekesalan yang nyaris mendarah daging, Olivia pun menutup keras pintu mobil Pedro. Kedua matanya berkilat penuh emosi saat mobil di depannya itu berlalu begitu saja. Bahkan dia nyaris menyenggol Olivia kalau saja dia tidak mundur beberapa langkah.
"Dasar laki-laki menyebalkan!" Rutuk Olivia. Menghentak-hentakkan kakinya penuh kekesalan. Dalam hati mengutuk Pedro dan sikap seenak hati pria itu.
Lihat saja, apa yang Olivia lakukan setelah ini. Gumamnya dalam hati, tersenyum sinis dan bergegas masuk ke dalam rumah.
***
Pedro menarik simpul dasi yang terasa mencekik lehernya kuat. Dengan asal dan tak sabaran, dia pun melemparkannya sembarangan. Kepalanya terasa gerah dan juga panas. Belum pernah ada orang yang berani bersikap begitu menyebalkan padanya.
Bahkan sepanjang perjalanannya pulang tadi, dia berkali-kali mengumpat lantaran teringat dengan sikap bar-bar adik atasannya itu.
Olivia Negredo. Wanita yang selalu berhasil membuat Pedro merasa was-was dengan sikapnya. Sejak pertama kali bertemu dengan wanita itu, Pedro sudah merasa jika wanita itu berbahaya dan tidak beres. Dia jenis wanita tak tahu malu dan juga sulit untuk diabaikan.
Bahkan berkali-kali Pedro sering menemukan wanita itu yang selalu membuat masalah. Karna itu juga dulu Al mengirimkannya ke luar negeri. Selain untuk membuat wanita itu lebih mandiri. Juga agar dia tidak terlalu bergantung pada atasannya itu. Setelah meninggalnya nyonya Negredo, atasannya itu sering kelabakan menghadapi sikap adiknya. Menurut berita yang dia dengar, dia sering dijadikan mesin pencetak uang untuk pria-pria mata duitan.
Selalu memanfaatkan kebaikan juga kepolosan adik atasannya itu. Bahkan, Pedro sering di perintahkan atasannya untuk memantau sekeliling tuan putri itu. Hingga kadang membuat dia tahu bagaimana wanita itu dalam bersikap.
Dan sekarang, dengan gila malah wanita itu berniat menariknya dalam masalah hidupnya? Bagaimana jadinya jika atasannya itu mengetahui apa yang adiknya tawarkan padanya?
Apa? Akankah Pedro masih selamat? Atau dia akan langsung dihabisi atasannya karna berani berurusan dengan adiknya?
Arghh, Pedro merasa kepalanya ingin pecah saat ini juga. Dengan wajah frustasi, Pedro pun melangkah ke arah pintu kamarnya. Dia butuh berendam saat ini, dan mungkin dengan berendam dia bisa menghilangkan rasa stress akibat perbuatan tuan putri Negredo itu.
***
Pukul enam pagi Pedro sudah bersiap dengan stelan rapinya, duduk di dengan meja bar dengan segelas kopi, dan cheese egg sandwich.
Menyesap kopi hitamnya, tangan Pedro mulai berseluncur di layar ponselnya. Membaca berita pagi yang biasa dia lakukan sembari menikmati sarapan paginya. Hingga kedua matanya melebar dengan tenggorokan terasa panas saat tak sengaja kopi yang dia teguk membuatnya tersedak. Dia nyaris mengotori pakaiannya kalau saja tidak buru-buru meraih tisu.
Meletakkan asal kopinya, Pedro berfokus pada layar ponselnya. Membaca berkali-kali sederet kata yang kini menjadi topik hangat pagi ini. Dan berkali-kali dia membacanya, semua tulisan itu tetap sama. Tidak ada yang berubah sedikit pun, bahkan Pedro yakin jika kedua matanya tidak salah membaca pagi ini.
"Sial!" Umpatnya kuat. Buru-buru bangkit dari duduknya dan meraih asal jasnya. Berlari keluar apartement nya dengan wajah panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Semusim (Cintamu Seasam Lemon🍋) SELESAI
RomansIni adalah kisah cinta wanita kaya dan asisten pribadi!! *** Dulu, Olivia begitu ingin menaklukkannya. Percaya diri jika dia bisa membuat pria itu jatuh hati padanya. Tapi, lambat-laun segalanya berubah. Olivia memilih berhenti dan berbalik. Tapi k...