Tiga Puluh Enam CSL

319 35 1
                                    

Hal pertama yang Olivia lihat begitu membuka mata adalah punggung polos seseorang yang kini tidur memunggunginya. Membuat Olivia mengernyit dan berusaha membuka mata leba-lebar. Berusaha mempercayai apa yang ia lihat saat ini.

Tubuhnya tersentak, secepat kilat terduduk dengan wajah panik. Bukan hanya itu, wajah Olivia berubah pias saat sadar jika kini tubuhnya hanya menggunakan kemeja putih yang kebesaran.Yang dia yakini pasti milik pria yang kini juga tengah berbaring di sampingnya.

Berusaha menggali ingatannya, Olivia meringis saat ingatannya kembali berputar kekejadian semalam. Bagaimana ia bersikap menjijikan hingga dia yakini pasti dia sudah gila.

"Selamat pagi." Sapaan seseorang di sampingnya, dengan nada suara serak. Seketika membuat Olivia menoleh. Kedua matanya melebar saat tiba-tiba kepalanya ditarik, keningnya di cium di susul pelipisnya dan yang terakhir bibirnya. "Honey."

"Kenapa?" Tanya Pedro begitu menemukan Olivia yang kini menatapnya dengan kedua mata melebar sempurna.

"Via-"

Plak

Kedua mata Pedro terbelalak lebar, tidak percaya jika ucapan selamat paginya pagi ini malah mendapatkan tamparan dari istrinya.

"Kau.." Olivia mengepalkan tangannya, nafasnya memburu seiring dengan tubuhnya yang kini beranjak bangkit. Menyimbak selimut yang awalnya membungkus tubuhnya. Dia berdiri di sisi ranjang masih dengan wajah marah, malu bercampur dengan kecewa.

Tapi semua itu lebih di tunjukkan untuk dirinya sendiri, bagaimana bodohnya dia semalam yang mabuk dan malah mengajak Pedro ke bar hingga berakhir bersikap begitu menjijikan.

Olivia bahkan masih ingat bagaimana dia yang menggoda pria itu. Dan sekarang, dia kebingungan untuk menunjukkan bagaimana reaksinya. Tapi, bukankah satu-satunya hal yang bisa ia salahkan adalah pria yang kini masih menatapnya lurus kan? Dia yang paling sadar semalam.

"Menjauh sejauh mungkin dariku! Aku benar-benar membencimu!"

Olivia segera memunguti sepatunya setelah mengatakan ucapan penuh penekanan itu, juga tasnya yang berada di atas meja. Memeluknya dan membawanya ke arah pintu keluar. Keluar dari sana tanpa berani menoleh ke arah pria yang masih bertahan di tempatnya.

Olivia hanya bisa berdiri kaku begitu ia berhasil keluar dari ruangan yang rasa-rasanya menyedot habis tenaganya. Tubuhnya bahkan masih terasa gemetar hebat saat ini. Sama sekali tidak peduli dengan ndandanannya yang kini sangat berantakan pastinya. Dia bahkan baru bangun tidur, setelah sebelumnya-Olivia menggeleng. Berusaha mengenyahkan segala pikiran-pikiran yang kini membuatnya berkali-kali meringis.

Dia segera melangkah ke arah lift. Tapi, baru saja tangannya hendak memencet tombil lift, lengannya yang ditrik, membuat tubuhnya berputar hingga kini menghadap ke arah seseorang yang masih bertelanjang dada, membuat Olivia melotot.

"Kau akan pergi ke mana?"

"Lepas!" tegur Olivia, menarik tangannya saat Pedro mencengkram lengannya erat.

"Via,"

"Aku bilang lepas, Sialan!" Tapi bukannya menuruti apa yang Olivia minta, Olivia semakin dibuat panik saat tiba-tiba tubuh itu menunduk, menarik tubuhnya yang mendadak kini berada di pundak Pedro. Pria itu menggendongnya layaknya ia adalah karung beras.

"Pedro, turunkan aku! Sialan. Brengsek! Aku benar-benar membencimu!" Pekik Olivia, memukul-mukul punggung Pedro yang sayangnya sama sekali tidak pria itu gubris. Pria itu terus melangkah dan membawa Olivia kembali ke kamar hotel.

Pedro pun baru menurunkannya begitu mereka tiba di sana, tepat di atas ranjang yang kini keadaannya benar-benar sangat berantakan seakan tempat itu baru saja terkena badai. Membuat Olivia semakin menatapnya tak terima.

Pernikahan Semusim (Cintamu Seasam Lemon🍋) SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang