Empat Puluh CSL

287 39 2
                                    

Olivia menatap pantulan dirinya di depan cermin, tersenyum tipis saat merasa jika ndandanannya tampak sempurna pagi ini. Setelah memastikan jika ndandananya telah selesai dan rapi. Dia pun berbalik, segera keluar dari apartemen karna jam telah menunjukkan pukul delapan pagi.

Pagi ini, dia sengaja bangun sedikit siang karna semalaman dia tidur cukup larut setelah menyelesaikan pekerjaan yang diminta oleh Erika si nenek sihir. Untung saja dia tadi sempat meminta pada Dessi agar menyerahkan berkasnya pada wanita itu karna dia akan datang sedikit terlambat. Jika tidak, mungkin dia akan di teror oleh wanita itu agar cepat mengantar berkas itu.

"Hai,"

Olivia yang baru keluar dari pintu apartemennya cukup terkejut mendengar sapaan itu. Kedua matanya pun melebar sesaat. Tapi, setelahnya senyum terbit menghiasi wajahnya.

"Ped, kau belum berangkat?" Tanyanya, cukup heran karna pria yang kini berjalan di sampingnya belum berangkat padahal jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Pria itu biasanya berangkat pagi-pagi sekali.

"Sengaja. Aku ingin berangkat denganmu."

Olivia sempat melarikan tatapan sebal mendengar ucapan tidak biasa dari pria di sampingnya. Sedikit aneh karna akhir-akhir ini mendengar pria itu selalu mengatakan hal-hal yang dulu padahal bukan gayanya. Entah kemana perginya Pedro bermulut kejam dan jahat. Karna kini, yang ada di sampingnya, Pedro yang sering membuat Olivia merasa berdebar-debar tak karuan.

"Jangan bawa mobil. Kita pakai mobilku." Seru Pedro begitu Olivia hendak melangkah ke arah mobilnya.

"Tapi-"

Pedro hanya menggeleng, menarik pergelangan tangan Olivia hingga membuat wanita itu pada akhirnya menyerah dan mengekori Pedro yang kini membimbingnya agar masuk ke dalam mobil pria itu.

Tidak ada pembicaraan apa pun begitu mobil melaju, membelah jalanan pagi yang lumayan ramai. Olivia pun hanya menatap ke arah jendela karna mendadak dia merasa canggung. Hal yang tak seharusnya ia rasakan mengingat Pedro bahkan bersikap biasa saja.

"Kau ingin makan siang di mana nanti?"

Olivia baru menoleh mendengar ucapan itu. "Dessi biasanya mengajakku makan di kantin kantor."

"Kau suka makanan di kantin?"

"Lumayan. Aku awalnya tidak begitu menyukainya. Tapi, Dessi membuatku pelan-pelan menyukainya."

Pedro tersenyum, tangannya terangkat dan mengusap puncak kepala Olivia, membuat wanita itu cukup terkejut, tapi tidak melakukan apa-apa. Dia hanya diam dan membiarkan.

"Good. Aku bangga padamu." Pujian itu, untuk pertama kalinya ia dengar. Hingga membuat Olivia pun tersenyum dan mengangguk.

"Kalau begitu, sebagai hadiahnya. Bagaimana kalau nanti malam kita makan di luar?"

Senyum Olivia surut seketika. Yang saat itu tertangkap basa oleh Pedro. Dia buru-buru meminggirkan mobilnya. "Begini, aku hanya akan mengajakmu makan malam berdua. Aku janji tidak akan ada alkohol atau apa pun hingga membuatmu-"

"Okay." Potong Olivia, menghentikan ucapan Pedro yang terdengar buru-buru itu menjelaskan.

"Kau setuju?"

Olivia menganggukkan kepalanya dengan begitu mudahnya. Membuat senyum Pedro terbit seketika. Tanpa ragu dia langsung meraih satu tangan Olivia, menggenggamnya dan membawanya ke pahanya. "Seharusnya aku mengatakan ini sejak kita pertama kali bertemu kemarin, Via."

Olivia menggigit bibir dalamnya kuat-kuat. Menahan diri agar debar jantungnya tidak terdengar pada pria di sampingnya saat tatapan mata itu terasa menghanyutkannya.

Pernikahan Semusim (Cintamu Seasam Lemon🍋) SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang