"Mau sampai kapan kita akan saling memeluk seperti ini?"
Olivia mendengus, mendongak dan menatap pria yang kini juga tengah menunduk ke arahnya. Wajah itu bahkan terlihat begitu jengah menatapnya, membuat Olivia pada akhirnya pun menarik diri. Menjauh hingga kini tubuh mereka memiliki jarak.
"Ckk, dasar tidak peka." Gerutu Olivia yang masih bisa didengar oleh Pedro.
"Kenapa? Aku benarkan?"
Pedro hanya menggeleng, tampak tak peduli dengan gerutuan wanita yang kini 'entah mengapa membuatnya lega karna ekspresi wajah itu kembali seperti sedia kala' hal yang tak seharusnya ia pikirkan saat ini.
Berbalik dan melangkah menjauh. Pedro berusaha abai pada Olivia yang kini melangkah tergesa di sampingnya. Berusaha menyamai langkahnya yang lebar dan cepat.
"Pedro, tidak bisakah kau bersikap bagaimana seorang suami pada istrinya? Kita bahkan masih pengantin baru."
Langkah Pedro terhenti. Dia menoleh dan menemukan wajah Olivia menatapnya cemberut.
"Kita bahkan sedang berbulan madu di sini. Tidak bisakah-"
"Bukankah saya sudah mengatakan. Jika anda bisa melakukan apa pun yang anda mau. Dan saya juga akan melakukan hal serupa. Jadi-"
"Stop!" Seru Olivia. Meletakkan jari telunjuknya tepat di bibir Pedro, menghentikan ucapan pria itu dan seketika membuat Pedro terdiam.
"Bisakah kau berhenti bicara omong kosong?"
"Apa?"
Wajah Olivia meneleg. Menatap rumah Pedro sesaat sebelum kembali menatap ke arah pria yang kini masih menatapnya tanpa ekspresi. Namun entah mengapa malah membuat Olivia merasa gemas dan lucu.
"Apa kau tidak malu jika akan ada orang yang tahu tentang hubungan kita? Dan bagaimana kau memperlakukanku selama ini?"
Pedro seketika ikut melirik sekitar. Yang diam-diam membuat Olivia mengulurkan senyum. Namun mati-matian ia tahan agar tidak terbit juga membuat pria di depannya kembali bersikap semaunya.
"Aku yang ikut kau datang ke sini. Okay, kau memang benar, Pedro. Aku yang bersikeras untuk ikut ke sini. Tapi, apa kau tidak takut orang-orang di sini akan memandangmu kejam jika tahu bagaimana kau memperlakukanku? Terutama aku adalah istrimu!" Olivia sangat menikmati bagaimana wajah itu menatapnya. Bagaimana kedua mata itu hanya berfokus padanya. Mengunci pandangannya hingga dia pun hanya bisa menatap balik kedua mata itu.
Yang seakan menenggelamkannya juga menghanyutkannya.
"Walau kita menikah karna terpaksa. Tapi, semua orang tidak tahu akan hal itu, kan? Dan aku yakin jika kau juga tidak akan mau semua orang tahu bagaimana kita bisa menikah dan-"
"Olivia!" Panggil Pedro bergerak maju, menghentikan sederet kata yang terus keluar dari bibir Olivia tanpa henti.
"Ya?" Senyum Olivia kian melebar sempurna. Terutama saat mendengar Pedro memanggil namanya dengan suaranya yang rendah dan berat. Yang kian membuat Olivia kian kesulitan mengalihkan pandangannya. Dia seakan kian tenggelam juga hanyut dalam tatapan kedua mata itu.
Saat tubuh tegap itu kian memangkas jarak. Kian merapat. Juga tak berjarak. Olivia tanpa ragu mengulurkan tangannya untuk mengusap dada bidang itu.
"Kenapa kau begitu percaya diri?"
Gerakan tangan Olivia terhenti. Dia mengerjab berkali-kali juga berusaha mencerna apa yang baru ia denger itu. Lalu, ketika tangan tiba-tiba di remas. Dicekal dan digenggam erat. Olivia mendongak.
"A-apa?"
"Apa kau kira saya peduli dengan pandangan orang tentang saya?" Pedro menggeleng. Lemah tapi tampak tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Semusim (Cintamu Seasam Lemon🍋) SELESAI
Storie d'amoreIni adalah kisah cinta wanita kaya dan asisten pribadi!! *** Dulu, Olivia begitu ingin menaklukkannya. Percaya diri jika dia bisa membuat pria itu jatuh hati padanya. Tapi, lambat-laun segalanya berubah. Olivia memilih berhenti dan berbalik. Tapi k...