Dua Puluh Empat SCL

394 42 9
                                    

Tubuh Olivia berjengkit terkejut saat tiba-tiba sebuah tangan melingkari perutnya. Begitu menoleh, wajah Pedro yang menatapnya berada tepat di pundaknya. Seketika membuat Olivia mengerjab. Tidak menyangka jika pria itu akan selesai secepat itu. Olivia bahkan belum selesai membereskan dapur dan semua kekacauannya.

"Aku sudah mandi." Pamer pria itu yang seketika mengundang senyum geli Olivia. Dia berbalik dan menatap pria itu. Menilai penampilan pria itu yang kini memang telah terlihat segar, tawa renyah Olivia bahkan membahana saat menemukan pria itu tidak menggunakan atasan. Hanya celana pendek sebatas lutut. Memamerkan dadanya yang bidang dan enak di pandang.

See, dia telah benar-benar siap ternyata.

"Tunggu." Ujar Olivia menahan pundak Pedro saat pria itu hendak mendekat dan menciumnya. Memutar kepalanya ke belakang sesaat. Dia menatap tunpukan piring sebelum kembali menatap pria yang menatapnya penasaran itu. "Sepertinya kita harus membereskan kekacauan ini dulu." Tambahnya, seolah mengulur waktu.

Melihat bagaimana semangatnya pria di depannya ini, benar-benar membuat Olivia geli. Pedro bahkan tidak pernah bersikap seperti itu, dan yang bisa membuatnya begitu hanya perihal pekerjaan, Lalu, saat ini, melihat bagaimana tidak sabarannya pria itu, membuat Olivia tidak tahan untuk menggodanya.

"Apa?" Otak Pedro seakan ngebank. Dia menatap tak percaya Olivia yang dibalas wanita itu dengan tatapan mata polosnya.

"Aku tidak mau jika bangun pagi besok, dapur ini masih berantakan, Ped."

"Aku akan membersihkannya pagi-pagi sekali. Bagaimana?" Nego Pedro belum menyerah. Membuat tawa renyah Olivia kembali mengudara. Setelahnya, kepalanya menggeleng. Pertanda jika dia tidak setuju dengan ide itu.

"Kita bersihkan dulu. Baru setelah itu-" Dia mengedipkan matanya, yang seketika membuat Pedro terbatuk. Buru-buru berdehem dan mengangguk. Ouh, ada apa dengan pria di depannya ini, sih? Membuat Olivia benar-benar merasa geli.

Ke mana perginya Pedro yang sulit diajak kerja sama, jutek dan kaku? Kenapa sekarang dia berubah menjadi sangat penurut dan patuh?

"Akan aku bersihkan dengan cepat." Ujar pria itu tanpa ragu. Segera melesat menjauh, mencuci piring-piring yang sempat Olivia letakkan di wastafel. Olivia tersenyum melihat itu.

Tanpa ragu sedikit pun, dia mendekat. Melingkarkan kedua tangannya di perut itu. Berhasil membuat tubuh pria yang membelakanginya menegang sesaat. Dia tampak terkejut dengan apa yang Olivia lakukan.

"Keberatan kalau aku memelukmu?" Tanya Olivia menahan geli. Hendak menarik tangannya tapi secepat kilat Pedro tahan.

"Tidak." Ujarnya, kembali menarik tangan Olivia agar kembali melingkar erat di perutnya.

Olivia tersenyum, tanpa ragu menyandarkan wajah sampingnya di punggung itu. Tangannya mengusap perut rata yang merasakan bagaiamana perut itu terasa keras dan padat. Seperti, mungkin pria yang pasrah-pasrah saja itu, sering melakukan olahraga berat.

"Apa kau sedang menggodaku, Nona?" Gumam Pedro, menahan tangan yang nyaris saja mengusap dadanya. Tapi secepat kilat dia tahan, kembali meletakkan tangan itu untuk kembali memeluk perutnya.

Olivia terkekeh, memilih menarik tangannya dan berdiri di samping pria yang kini kembali sibuk dengan kegiatannya. Bagaimana pria itu tampak fokus dan serius. Yang entah mengapa Olivia suka saat memandang wajah itu.

"Kenapa?"

Wajah Olivia terkejut seketika begitu tiba-tiba bibirnya di kecup singkat. Tanpa rasa bersalah pria itu terkekeh dengan wajah geli. Merasa pria di sampingnya hanya mengerjainya. Kedua mata Olivia pun memicing. Sudah siap melayangkan protessannya kalau saja suara dering ponsel tidak menghentikannya. Dia menoleh, begitu pun pria yang berdiri di sampingnya.

Pernikahan Semusim (Cintamu Seasam Lemon🍋) SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang