Enam Belas CSL

430 51 3
                                    

Olivia menatap kesal dua orang di depannya. Yang berjalan berdampingan tanpa mempedulikan dirinya sedikit pun.

Pedro sejak tadi bahkan sama sekali tidak menoleh atau memedulikannya yang berjalan di belakang.

Jika seperti ini, Olivia lebih mirip seperti orang ketiga diantara mereka berdua yang asik berduaan. Entah membicarakan apa tapi yang jelas, Olivia merasa jengah dengan tingkah dua orang itu.

Kalau begini, lebih baik Olivia tidak ikut tadi. Tapi membiarkan dua orang di depannya pergi hanya berdua juga bukan pilihan yang tepat. Terutama saat Pedro bahkan tidak mempedulikannya. Sama sekali tidak peduli dengan Olivia yang marah sejak kemarin.

Ketika Olivia mendiami pria itu sampai malam hari, pria itu bahkan sama sekali tidak berinisiatif untuk membujuk atau mengajaknya mengobrol. Membuat Olivia semakin merasa dongkol.

Pria itu lebih tertarik berbicara dengan wanita di sampingnya ketimbang dengan Olivia. Yang notabenenya adalah istrinya sendiri.

Istri? Cih, Olivia mulai jengah dengan sebutan itu disaat pria itu bahkan tidak menganggapnya ada.

"Bagaimana tidak banyak yang berubah, kan?"

Olivia berlagak mual mendengar pertanyaan ganjen itu. Yeah, ganjen. Wanita di samping suaminya itu benar-benar ganjen. Dia bahkan tidak peduli dengan Olivia yang berstatus istrinya. Percuma saja cantik kalau tingkahnya layaknya murahan.

Tapi tunggu, cantik? Cantik juga Olivia ke mana-mana. Pedro saja yang buta! Tidak bisa membedakan mana berlian dan perhiasan murahan!

Olivia lagi-lagi berdecak kesal. Dia tatap dua punggung di depannya sinis. Sesekali kakinya akan menendang salju sebagai pelampiasan kekesalannya.

Wajahnya langsung berpaling saat dua orang di depannya itu menoleh ke arahnya.

"Liv, ayo. Kau bisa tertinggal jika terus di belakang."

Olivia semakin memasang tampang kesal saat wanita itu-yang saat ini Olivia nobatkan sebagai musuhnya bersikap sok ramah.

"Iya, kan, Ped?"

"Dia bukan anak kecil yang butuh pengawasan kita, Jeni."

Olivia semakin menatap Pedro penuh dendam. Mati-matian tidak mengumpati pria itu. Meski umpatan itu sudah berada di ujung lidah.

"Pedro, ini benar-benar kau? Ternyata Jeni tidak berbohong tenang kedatanganmu."

Perhatian Olivia teralihkan pada seorang pria yang tiba-tiba menyapa Pedro. Kedua matanya memicing penuh.

"Ya, hanya berkunjung." Balas Pedro.

"Endri, sangat semangat saat mendengar kedatanganmu. Sudah lama sekali kalian tidak bertemu, kan?"

"Sudah lama sekali. Saat kau pulang aku jarang pulang. Begitu pun sebaliknya. Dan sekarang, Wow.. aku cukup banyak berubah ternyata, Ped." Endri berseru takjub.

"Katanya kau juga sudah menikah? Di mana istrimu?"

Olivia sudah akan maju mendengar ucapan itu. Yang awalnya dia kesal karna sejak tadi diabaikan. Kini dia sudah bersiap maju. Tapi gerakan kakinya kalah cepat dengan kedua mata yang tiba-tiba menoleh ke arahnya.

"Dia istrimu?"

Pedro hanya mengangguk. Hal yang semakin membuat Olivia kesal karna pria itu bahkan tidak mau memperkenalkannya dengan layak.

"Hai, Nona Cantik. Siapa namamu?"

"Olivia." Olivia menjabat tangan pria yang terulur ke arahnya. Ada senyum ramah yang membingkai wajah itu. Yang Olivia balas tak kalah ramah.

Pernikahan Semusim (Cintamu Seasam Lemon🍋) SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang