Tujuh Belas CSL

460 47 3
                                    

Olivia yang awal terkejut, berangsur-angsur menguasai diri. Memasang tampang sesantai mungkin meski kini dia bisa mencium aroma tubuh itu dengan sangat jelas.

Apalagi saat Pedro terus mendekat, mengurung tubuhnya dengan kedua lengan itu di sisi tubuhnya.

Kedua mata itu menguncinya. Menatapnya dengan tatapan intimidasi, tapi Olivia seakan tak peduli. Tatapan itu sama sekali tidak berpengaruh untuknya. Dengan santai dia malah balik menatap kedua mata itu menantang.

Oh, Olivia masih mengingat dengan jelas bagaimana ekspresi wajah itu, juga respon tubuh itu terhadap wanita yang-sama sekali tidak tahu malu karna berani menggoda suami orang. Dan lebih menjengkelkan lagi, pria di depannya sama sekali tidak menolak. Malah dengan senang hati membuka lebar-lebar kesempatan bagi siapa pun mendekat.

Menjengkelkan sekali memang!

"Kenapa? Aku benar, kan?"

"Memangnya kapan kita melakukan itu?" Suara berat itu berbisik rendah. "Ah, ralat. Maksudku kau, Tuan Putri Olivia! Aku tidak pernah ingat jika kau pernah bertelanjang di depanku?"

Kedua mata Olivia memicing, ucapan pria itu seolah menantangnya untuk melakukan apa yang sempat ia katakan.

"Apa itu artinya aku harus bertelanjang sekarang agar pernah?"

"Olivia!"

"Kenapa? Jangan bilang sekarang kau sudah horny suamiku?" Ledek Olivia yang semakin membuat wajah Pedro mengerat dan jengkel.

Tapi seakan tak peduli dengan santai Olivia malah merapatkan tubuhnya. Mengalungkan kedua lengannya hingga kini wajah mereka berdekatan. Olivia dengan santai malah menggesek-gesek hidungnya dengan kedua mata menatap genit.

"Mau masuk ke kamar sekarang dan melihatku melepaskan semua bajuku? Atau-"

"Dasar wanita gila!" Pedro segera menarik lengan Olivia agar menjauh dari tubuhnya. Tapi seolah tidak ingin menuruti keinginan pria itu dengan mudah. Olivia malah semakin mengeratkan pelukannya.

"Lepas!"

"Ouh, suamiku yang tampan ini terlihat tidak sabaran? Kenapa? Sudah tidak tahan, ya?"

"Olivia!"

"Yes, honey?"

"Lepas!"

"Apa tenagamu begitu lemah sampai tidak bisa melepaskan pelukanku? Ouh, aku jadi penasaran jika aku bisa menjepitmu. Apa kau sama tidak akan bisa-"

"Apa kau benar-benar tidak punya urat malu?"

"Malu? Di depanmu?" Satu alis Olivia terangkat satu. Seolah menyakinkan Pedro jika ucapannya adalah sebuah ledekan yang menggelikan.

"Aku rasa sepasang suami-isteri tidak akan punya malu lagi. Mereka bahkan akan melihat luar dalam-" ucapan Olivia terputus saat tiba-tiba wajah itu menunduk. Mencium bibirnya tanpa aba-aba.

Yang awalnya Olivia melotot, melebarkan matanya. Berangsur-angsur kedua matanya pun berbinar puas. Tapi, baru saja dia hendak membalas ciuman itu. Tangannya sudah lebih dulu di lepas. Wajah itu menjauh dan sama sekali tidak peduli dengan wajah Olivia yang kini terkejut bercampur kesal.

"Aku harap kau bisa menjaga kata-katamu, Liv. Berhenti mempermalukan dirimu sendiri dan orang-orang di sekitarmu. Apa kau tidak malu jika saja orang akan berpikir yang tidak-tidak tentangmu?!"

"Orang lain malah akan berpikir macam-macam kalau saja kita biasa-biasa saja. Malah kadang terkesan kau menghindariku, Ped! Orang akan berpikir jika pernikahan kita tidak bahagia." Jawab Olivia kesal.

Pernikahan Semusim (Cintamu Seasam Lemon🍋) SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang