"Jadi kalian itu melakukan bulan madu atau tidak?"
Olivia menatap kakak iparnya itu sesaat sebelum memilih untuk menggigit buah apel di tangannya. Mengunyahnya perlahan tanpa tertarik untuk menjawab pertanyaan Belle yang sejak tadi terus mengintrogasinya.
"Liv?" Panggil Belle lagi. Wanita itu duduk di depan Olivia yang sejak kedatangannya sudah tampak aneh. Sesekali adik iparnya itu akan tersenyum, lalu sedetik kemudian akan mendengus jengkel dengan bibir menggerutu kesal. Begitu berulang-ulang sampai membuat Belle bisa menebak apa yang saat ini adik iparnya itu rasakan. Wanita itu sedang jengkel dan kesal.
"Belle?"
"Kenapa?" Tanya Belle, membenarkan letak duduknya dan menatap adik iparnya itu dengan serius.
"Kau terlalu cerewet."
"Cerewet?" Belle terlihat tidak terima dengan sebutan itu, karna itu wajahnya langsung terlihat kesal dan sinis. "kau tahu, Al bahkan berkali-kali bertanya padaku karna mengkhawatirkanmu! Dia bahkan memberikan kalian libur panjang agar kalian bisa bersantai dan menikmati bulan madu. Tapi, apa, ini? Kalian pulang padahal belum ada satu bulan? Pengantin gila mana yang pergi bulan madu tidak lebih dari satu bulan?" Decak Belle dengan wajah cemooh.
"Yaa," Gumam Olivia agak panjang, wajahnya terlihat sedang berpikir keras untuk menjelaskan. "Karna kami hanya berdiam diri di hotel. Kami menghabiskan waktu kami di hotel, karna itu kami merasa bosan dan memilih untuk pulang."
Kedua mata Belle memicing, seakan tidak begitu mudah mempercayai ucapan adik iparnya itu. Yang memang penuh dengan kebohongan.
"Ouh, ayo lah, Be. Kamu tahu Pedro, kan? Dia tidak akan bisa menjauh dari tumpukan pekerjaannya itu lebih lama lagi. Dia itu adalah teman Kak Al. Bagaimana mungkin dia bisa liburan dengan tenang disaat cintanya sudah menunggunya."
"Cintanya?"
"Bukankah perkerjaan adalah cinta mereka? Al, Pedro, tumpukan berkas dan semua pekerjaan mereka adalah pasangan yang serasi. Cinta yang tidak akan bisa dipisahkan."
Belle mendesah panjang. "Aaah, jika seperti ini rasanya aku ingin sekali membakar semua kantor Al dan membuat pria itu berhenti untuk memikirkan semua berkas menyebalkan itu."
Olivia tersenyum, senang karna berhasil membuat Belle berhenti mengorek semua informasi darinya. Yang nantinya pasti akan dilaporkan pada kakaknya.
****
"Liv, berhenti mengacaukan dapurku!" Omel Belle yang sayangnya hanya akan dianggap Olivia angin lalu. Wanita berpakain mini dress super ketat yang memeluk tubuhnya erat itu. Hanya tertawa saat menemukan wajah sebal kakak iparnya.
"Kau berbicara begitu seakan-akan aku akan membakar dapurmu, Be!"
"Kau lupa apa yang terjadi pada dapurku terakhir kali? Bukan hanya hampir terbakar, tapi kau hampir membuat rumah ini meledak karna ulahmu!"
Olivia meringis, tidak mendebat lagi karna memang benar apa yang dikatakan oleh Belle. Jika dia pernah hampir membuat rumah besar kakaknya itu hampir meledak karna kecerobohannya.
"Saat itu aku memang ceroboh, Be. Aku akui itu." Saat itu dia bahkan tidak tahu bagaimana cara menyalakan kompor. Tapi tetap memaksa untuk memasak. Berakhir, dia hampir membuat dapur kakaknya meledak karna kecerobohannya.
"Tapi aku jamin, Sekarang aku sudah jauh lebih mahir." Ujar Olivia bangga. "Kau tahu, saat pergi kemarin. Aku bahkan sudah bisa membuatkan Pedro coklat hangat." Pamernya. Seakan hanya orang-orang hebat sekelas chef yang hanya mampu membuatnya.
Belle mendengus sinis mendengar ucapan adik iparnya itu.
"Dan dia menyukai itu. Jadi, hari ini aku akan belajar membuat sesuatu lagi. Dan aku akan memamerkan padanya." Ucapnya, mulai kembali sibuk. Memilih-milih telur yang akan ia pecahkan di atas tepung. Seperti resep yang ia baca di internet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Semusim (Cintamu Seasam Lemon🍋) SELESAI
RomanceIni adalah kisah cinta wanita kaya dan asisten pribadi!! *** Dulu, Olivia begitu ingin menaklukkannya. Percaya diri jika dia bisa membuat pria itu jatuh hati padanya. Tapi, lambat-laun segalanya berubah. Olivia memilih berhenti dan berbalik. Tapi k...