Tiga Puluh Sembilan CSL

326 38 1
                                    

Setelah tragedi parfum, Olivia sebisa mungkin menjaga jarak dari Pedro. Selain karna tingkahnya yang kadang tak tahu malu jika berhadapan dengan pria itu. Olivia pun hobi sekali mempermalukan dirinya jika berada di dekat pria itu. Karna itulah dia selalu melarikan diri setiap kali berhadapan dengan pria itu.

Yang anehnya lagi, pria itu membiarkannya untuk menjaga jarak. Tidak seperti kemarin-kemarin yang gencar mendekatinya. Pria itu bahkan seolah diam saja dan membiarkan Olivia menjauh, membuat Olivia merasa kesal.

Mana yang katanya ingin memulai semua dari awal? Pria itu bahkan tidak lagi muncul di apartemennya atau bahkan mengantarkan makan malam atau apa pun. Olivia bahkan harus pulang sendirian akhir-akhir ini. Membuatnya berlipat-lipat tambah kesal.

Olivia sama sekali tidak mengerti dengan dirinya sendiri, di saat dia jauh dengan pria itu, dia merasa kesal, tapi saat berhadapan dengannya dia merasa malu dan bingung.

"Aghh..." Olivia menghela nafas dalam, membuat wanita yang duduk di sampingnya pun menoleh seketika.

"Kenapa? Kau ada masalah, Liv?"

Olivia hanya menggeleng lemah.

Dessi seketika meletakkan pulpennya begitu saja. Memusatkan perhatiannya ke arah Olivia yang sejak tadi bahkan terus menghela nafas kasar. "Kau yakin?"

Olivia hanya mengangguk ala kadarnya. Semangatnya sama sekali tidak menggebu-gebu seperti kemarin-kemarin.

"Tapi, kenapa aku perhatikan beberapa hari ini kau terlihat lesu?"

Olivia memutar kepalanya lambat, menoleh ke arah Dessi yang kini menatapnya serius.

"Aku perhatikan kau juga tidak pernah bertegur sapa dengan Tuan Pedro. Kenapa? Jangan bilang kau sedang bertengkar dengannya?"

"Tidak." Bohong Olivia. Yang sayangnya tidak begitu saja membuat Dessi percaya.

"Owh, ya? Tapi kenapa aku merasa kalian sedang bertengkar?"

"Kami tidak bertengkar."

"Lalu-"

"Akh, sudahlah. Aku tidak mau bicara denganmu."

"Kau sedang datang bulan, ya? Sensitif sekali."

Datang Bulan?

Kedua mata OLivia melebar sempurna mendengar itu, tubuhnya bahkan kini bangkit seketika. Lengkap dengan wajahnya yang terlihat syok dan terkejut.

"Kenap-"

Mengabaikan itu, Olivia segera berbalik dan pergi begitu saja.

"Olivia, kau mau ke mana?" Teguran Erika yang tiba-tiba benar-benar tidak tepat saat Olivia begitu buru-buru kali ini. Tapi, dia tahu jika wanita menyebalkan yang akhir-akhir ini sangat sering menyulitkannya itu, membuatnya sangat kesal.

"Aku harus pergi sebentar."

"Ke mana? Berbelanja atau spa?" Sindiran sinis itu adalah kesalahan Olivia yang beberapa hari yang lalu ia lakukan. Yang tentu saja tertangkap basah oleh nenek sihir itu. Hal yang sangat ia sesali karna terlalu ceroboh.

"Kau bisa melakukan itu setelah mengerjakan berkas ini."

"Erika, berikan saja padaku. Biar aku yang-" Dessi mengatupkan mulutnya begitu tatapan tajam Erika mengarah ke arahnya.

"Aku sedang tidak berbicara denganmu, Des. Jadi lebih baik tutup mulutmu." Tegur Erika dengan kedua mata menyorot tajam. Yang mau tidak mau membuat Olivia bergerak kembali mendekat ke arah meja.

"Aku akan mengerjakannya." Serunya, mengundang senyum puas nenek sihir di depannya.

"Pastikan besok pagi sudah selesai."

Pernikahan Semusim (Cintamu Seasam Lemon🍋) SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang