28

1.1K 96 9
                                    

Hyunsuk berjalan cepat, berusaha mengejar Maura yang sepertinya berusaha menjauh darinya. "Ra lo salah arah!" Teriaknya karena tak mampu mengejar Maura yang berjalan terlalu cepat.

Maura langsung menghentikan kakinya dan membalikkan tubuhnya kearah Hyunsuk.

Pria itu bernafas lega saat melihat Maura akhirnya berhenti berjalan. Ia lantas mengangkat tangannya, menunjuk kearah berlawanan. "Lewat sini!"

Maura pun berlari kecil kearahnya meski tampak kebingungan. "Naik sini?" Tanyanya tak yakin.

Maura pun menamati jalan bebatuan yang terlihat menanjak keatas bukit dengan raut bingung.

Hyunsuk mengangguk lantas mengulurkan tangannya, "Sini gue bantu." Ucapnya meminta persetujuan dari Maura terlebih dahulu. Hyunsuk hanya tidak ingin kejadian yang membuat canggung tadi terulang lagi. Oleh karena itu dia berusaha untuk lebih berhati-hati.

Maura pun tersenyum lantas menerima uluran tangan Hyunsuk tadi. Berjalan keatas penuh susah payah mengikuti pria didepannya itu.

"Hati-hari Ra.." Hyunsuk berulang kali memperhatikan langkah Maura, takut jika perempuan itu salah memijakkan kakinya.

Setelah mendaki kurang lebih lima belas menit, mereka berdua akhirnya sampai di puncak. Tempat indah yang Hyunsuk maksud tadi.

Maura melebarkan mulutnya takjub sesampainya mereka diatas. Matanya ikut berbinar melihat pemandangan sepanjang tepi pantai yang terlihat dari atas sini. Tak hanya hamparan pasir putih yang terlihat, tapi juga bukit-bukit hijau disekitarnya terpampang sepanjang mata memandang.

"Gila...!!" Teriaknya tak percaya.

"Kaka kok bisa nemu tempat kayak gini?" Tanyanya penasaran.

Hyunsuk tersenyum, "Gue sering liburan ke sini bareng keluarga, terus iseng aja naik bukit. Ternyata bisa nemu tempat sebagus ini."

"Ra lo harus nyoba buat teriak disini, rasanya bakal puas banget. Kalau lo punya masalah atau ada sesuatu yang ganggu pikiran lo, lo bisa teriak disini sepuas lo. Sedetik kemudian lo bakal ngerasa beban itu hilang, meski beban itu ga sepenuhnya pergi. Tapi rasanya lo baru aja ngebuang beban itu."

Maura berpikir sebentar, nampak ragu dengan saran Hyunsuk barusan.

Hyunsuk menoleh kearah Maura yang hanya diam saat mendengar ucapannya barusan. "Kalau lo malu buat ngebuang beban itu secara terang-terangan karna ada gue disini, Lo bisa utarain dalam hati lo. Setelah itu lo teriak sekenceng-kencengnya." Ucap Hyunsuk yang seolah paham dengan sikap diam Maura.

Maura meneguk ludahnya kasar mendengar ucapan Hyunsuk barusan.

"Oke gue dulu aja." Ucap Hyunsuk mendahului Maura.

Pria itu lantas memejamkan matanya sambil mengucapkan sesuatu dalam hatinya. Kemudian membuka matanya setelah selesai mengutarakan itu, ia mengeluarkan suaranya sekencang mungkin dengan penuh tenaga. "AAAAAAA!!!"

Hyunsuk mengatur nafasnya yang tidak beraturan karena baru saja berteriak kencang. "Sekarang giliran lo." Ucapnya yang masih dengan nafas tersenggal-senggal.

Maura lantas memejamkan matanya, mengutarakan sesuatu yang beberapa hari ini mengganjal pikirannya.

Gue ga mau manggil lo dengan embel-embel Kak kali ini, Ji.. sampai kapan lo mau diem aja soal perasaan gue. Gue tau, lo sebenernya tau perasaan gue. Karena seharusnya lo tau itu! Lo jahat banget Ji kalau sampe lo gatau kalau gue suka sama lo! Gue benci sama lo sejak awal gue tinggal di rumah lo! Tapi gue ga munafik kalau gue juga suka sama lo! Gue gamau hubungan kita cuma sebatas benefit doang!

Maura lantas membuka matanya dan berteriak sekencang mungkin, menumpahkan selururuh kekesalannya selama ini. Sampai tak terasa setetes air mata lolos dari wajah cantiknya itu. Maura menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajahnya, ia lantas menoleh kearah Hyunsuk tanpa berkata apapun.

COLD BOY |Jihoon TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang