27

2.4K 107 2
                                    



Meski harus mengumpat berkali-kali karna ulah Jihoon tadi. Maura tetap bersyukur karena pria itu mau mendengarkan dirinya untuk tidak membuat tanda merah ditubuhnya. Tentu saja dengan memberikan sedikit ancaman agar Jihoon mau menurutinya. Maura yakin jika dirinya tadi tidak mengancam Jihoon, pria itu pasti sudah membuat banyak tanda merah dilehernya.

Maura hanya takut jikalau nanti ada oranglain yang melihatnya. Lagipula dia sedang berlibur dengan banyak orang saat ini. Terlebih lagi Maura tidak membawa baju panjang, kebanyakan baju yang dibawa Maura adalah baju dengan lengan pendek atau tanktop dan baju-baju minim lainnya untuk pergi ke pantai. Pakaian seperti itu tentu saja mengekspos lebih banyak bagian tubuhnya.

Maura membuka tasnya, ia mengambil pil yang disembunyikannya didalam lipatan saputangan. Maura menghela nafasnya, untung dia sudah menyiapkan ini dari kemarin. Berjaga-jaga jika Jihoon berbuat seperti tadi. Maura bukan perempuan bodoh yang tidak tahu apa yang harus dilakukannya, apalagi diumurnya yang sekarang ini. Maura bahkan diam-diam mengunjungi dokter untuk berkonsultasi, sejak dia melakukannya pertama kali dengan Jihoon dahulu.

"Lo ngapain Ra?"

Ucap seseorang dibelakang yang membuat Maura sedikit terkejut. Maura buru-buru memasukkan obat tadi kedalam tasnya, ia menoleh dan mendapati Lia sedang berdiri didepan pintu kamar. Untung saja Maura tadi buru-buru meminumnya, jadi Lia tidak mungkin tahu jika dia mengkonsumsi pil itu.

"Ini lagi nyariin lipbalm gue, dimana ya?"

Lia mengangguk, "tadi malem kan lo taruh di sofa." Ucapnya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Maura. Tak heran lagi dengan sifat Maura yang teledor dan pelupa. Ia lantas berjalan menuju sofa dan mengambil lipbalm yang ditanyakan Maura tadi.

"Nih." Lia menyodorkan lipbalm itu kepada Maura. "Lo kebawah gih, makan dulu sana! Yang lain udah pada makan Ra." Ucapnya sambil berjalan menuju koper, lalu menoleh kearah Maura lagi "Gue mau mandi, terus kita jalan-jalan cari es kelapa." Teriak Lia kegirangan.

Maura pun mengangguk, ia ikut antusias dengan ucapan Lia barusan. Maura lantas segera pergi meninggalkan Lia disana sendirian.


"Lo tadi mandi apa semedi Ra? Lama banget." Sindir Dobby saat melihat Maura yang tengah makan sendirian dimeja makan.

Maura melirik kearah Dobby tajam, "Ya menurut lo aja deh, terserah." Jawabnya tak peduli dengan sindiran yang dilontarkan temannya itu. Walau sebenarnya perasaan sedikit takut muncul dalam hatinya.

Tidak mungkin kan jika dia harus jujur alasan mandinya begitu lama. Tadi saja Maura ketakutan untuk keluar dari kamar mandi. Ia takut dipergoki orang lain karena berada di kamar mandi terlalu lama. Dia tidak bisa membayangkan apabila ada orang lain yang memergokinya keluar dari kamar mandi bersama Jihoon. Untung saja diluar sedang tidak ada orang, jadi Maura bisa bernafas lega dan keluar tanpa rasa takut.

"Liat gue bawa apa?" Tanya pria itu antusias, berharap Maura akan tertarik dan penasaran dengan apa yang disembunyikan dibelakang tubuhnya.

"Tara..!!" Dobby mengeluarkan kamera dari belakang tubuhnya. Pria itu lalu memamerkan kamera yang dibawanya kepada Maura.

Maura hanya mengangguk menghiraukan temannya yang terlalu banyak tingkah itu. Ia lantas berdiri sambil membawa piringnya, berjalan kearah wastafel dan mencucinya hingga bersih.

"Kok reaksi lo biasa aja sih Ra?!" Ucap Dobby kesal. Biasanya Maura sangat antusias jika dirinya membawa kamera. Dobby hafal sekali dengan sifat Maura yang sangat suka berpose didepan kamera. Maura selalu percaya diri melampaui batas, membual tentang wajahnya yang sangat cantik dan tubuhnya sangat seksi bak model itu.

COLD BOY |Jihoon TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang