16

3.5K 147 7
                                    

Bias cahaya yang masuk melewati celah-celah jendela itu membangunkan Maura dari tidurnya.

Maura mengusap matanya berulangkali, mencoba menetralkan pandangannya yang terasa buram. Ia hendak meregangkan tangannya yang terasa kaku sebelum akhirnya ia sadar kalau dirinya sedang berada dipelukan seseorang. Maura mengerjapkan matanya berusaha untuk mencerna apa yang telah dia lakukan tadi malam. Karena jujur saja rasanya begitu aneh, terbangun disamping seseorang dengan tubuh telanjang. Hal yang tak pernah terbayang dalam kehidupan Maura sebelumnya.

Tiba-tiba potongan demi potongan kegiatan tadi malam terlintas dalam benaknya, membuatnya tersenyum tanpa sadar.

Pria didepannya menggeliat, ikut menetralkan pandangannya yang masih buram. "Udah bangun Ra?" Tanyanya dengan suara berat sambil mengusap matanya.

Pemandangan didepan Jihoon saat ia bangun ternyata benar-benar indah. Dia tersenyum lalu mengulurkan tangannya untuk mengusap rambut Maura, dan menyingkirkan anak rambut yang menutupi mata indah perempuan itu. Meneliti wajah Maura yang terlihat sangat cantik dan alami ketika bangun tidur seperti ini membuatnya merasa bahagia.

"Ayo bangun kak, udah pagi. Gue takut ketauan bi Ani sama kak Juna." Ucap Maura berusaha menarik dirinya dari dekapan Jihoon. Namun Jihoon malah menarik pinggang Maura lebih erat seakan tidak mau perempuan cantik dihadapannya itu pergi dari sana.

"Kak..." ucap Maura susah payah, dia tidak bisa bernapas jika Jihoon memeluknya seperti ini. "Bentar lagi Ra." Ucap Jihoon kembali memejamkan matanya.

Jihoon tidak ingin melepas Maura begitu saja, apalagi setelah kegiatan mereka tadi malam. Memeluk Maura dipagi yang dingin ini terasa sangat hangat, apa lagi keduanya masih sama-sama belum menggunakan sehelai pakaian pun.

"Bentar doang ya tapi kak?" Tanya Maura yang ditanggapi anggukan oleh Jihoon.

Mereka saling memeluk satu sama lain hingga tanpa sadar keduanya sama-sama tertidur kembali.

Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 10 pagi, sedangkan keduanya masih sama-sama nyenyak dalam tidurnya. Sampai akhirnya suara telpon dari ponsel Jihoon membangunkan keduanya.

Jihoon mengambil ponsel itu dan membelalakan matanya melihat nama yang tertera disana.

Juna

Lantas Jihoon mendorong Maura pelan yang terlihat sama paniknya dengan dirinya. Maura melihat kearah jam dan terkejut saat tahu jarum itu menunjuk ke arah angka sepuluh. Ia buru-buru mengambil kaos Jihoon yang tergeletak dibawah lantai, lalu memakainya asal. Maura berdecih kesal, andai saja tadi Jihoon tidak merayunya seperti itu, mereka tidak akan bangun kesiangan. Seharusnya tadi dia tidak menuruti ucapan Jihoon yang katanya hanya pelukan sebentar, jika nyatanya mereka malah sama-sama tertidur.

"Halo Jun?"

Lo masih di kamar kan Ji? Gue tadi ngetuk pintu tapi lo gajawab, gue tanya bi Ani katanya lo belum keluar kamar.

Jelas saja mungkin Juna akan sangat khawatir disana, karena Jihoon bukan tipe orang yang suka bangun siang dan membuang-buang waktunya untuk tidur. Tidak seperti Juna sendiri yang miliki hobi tidur jika tidak ada kegiatan.

"Ah iya Jun, gue semalem habis begadang ngerjain tugas liburan semesteran, jadi telat bangun." Jawabnya membuat alasan yang sudah pasti berbohong.

Oh yaudah, gue nyari Maura ga ketemu, gue telfon juga ga diangkat. Tu anak kemana deh?

"Gatau, paling keluar sebentar." Jawabnya sedikit takut, kemudian menutup panggilan telepon itu.

Maura menatap Jihoon dengan raut wajah kesal "Ih tu kan, harusnya lo tadi gausa ngeyel. Kalau udah gini gue gabisa keluar. Kalo keluar trus kak Juna liat gimana?" Maura mengomeli Jihoon yang malah menatapnya dengan gemas. "Gausa lebay, nanti juga bisa keluar." Jawab Jihoon menoyor kepala Maura.

COLD BOY |Jihoon TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang