14

1.8K 148 1
                                    

Semingu sudah berlalu, waktu berjalan begitu cepat. Kini mereka sudah memasuki libur semesteran. Dan satu minggu lagi juga acara tahunan dari studio Yoga akan diadakan.

"Boleh ya kak?" Maura memohon dengan tatapan mata yang dibuat-buat, ia mengerucutkan bibirnya berharap orang didepannya akan luluh.

Saat ini Maura sedang meminta izin kepada Juna, agar temannya Lia bisa tidur di rumah ini setidaknya dua hari sebelum liburan nanti.

Kebetulan sehari sebelum liburan, Juna dan teman-temannya tampil di acara tahunan studionya Yoga. Jadi Maura berinisiatif mengajak Lia dan Yeji untuk menontonnya juga. Tapi karena rumah Lia yang jauh, berbeda kota dengannya saat ini, jadi dia menyarankan kepada Lia untuk tinggal disini selama dua hari. Setelah itu mereka bisa berangkat ke pantai bersama, karena kebetulan  teman-temannya Juna menjadikan rumah ini sebagai titik kumpul nantinya.

Juna menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, bukannya tidak mau. Juna malah dengan senang hati menerima teman Maura yang ingin menginap disini. Tapi masalahnya ada pada Jihoon. Abangnya itu sangat sensitif dengan orang asing, terlebih lagi perempuan. Akan susah untuk menerima teman Maura agar bisa tinggal disini walau hanya beberapa hari.

Dulu saja saat Maura akan tinggal disini, Juna harus berdebat dengan abangnya itu. Dahulu Juna masih berani melawan Jihoon karena mendapat dukungan mamah papahnya yang juga menyuruh Maura untuk tinggal disini. Sedangkan saat ini, Juna sepertinya tidak punya kuasa lebih untuk melawan Jihoon. Ketika ada mamah papahnya, mamah papahnya lah yang puasa kuasa atas rumah ini. Dan ketika mamah papahnya tidak ada di rumah, Jihoon sebagai anak tertua lah yang punya kuasa atas rumah ini.

"Gue ga berani Ra, Jihoon sesitif banget kan kalo ada cewek yang tinggal disini. Coba lo aja yang ngerayu dia." Ucap Juna yang terlihat sama putus asanya seperti Maura.

"Ih kak.. gue males banget kalo harus ngomong sama kak Ji. Tau sendiri kan, kalo gue ngomong sama dia tu berasa kayak lagi ngomong sama tembok."

Maura merasa putus asa dengan situasinya saat ini. Sudah sejak seminggu yang lalu, dia sudah berusaha untuk menghindari Jihoon karena masih kesal dengan sikapnya saat itu. Lalu sekarang dia seolah dipaksa untuk menurunkan egonya dengan cara merayu Jihoon. Mau ditaruh dimana mukanya nanti, selama seminggu dia bersikap seolah dia sedang marah lalu tiba-tiba dia harus memohon dihadapan pria itu.

Tapi jika dia tidak ijin dahulu dengan Jihoon, ada kemungkinan dirinya akan diusir dari rumah ini oleh Jihoon nantinya.

Maura heran, apa sih yang membuat Jihoon sampai segitunya dengan perempuan. Sehingga harus bersikap seolah perempuan yang menginjakan kaki untuk tinggal di rumah ini adalah hal yang menjijikan.

Hal itu terkadang membuat Maura berfikir bahwa Jihoon memang sangat anti dengan perempuan, tapi setelah dia melihat Jihoon yang selalu kemana-mana bersama Yujin membuatnya sedikit berpikir lain.

"Gue masuk kamar dulu ya Ra, mau tidur nih. Siang-siang gini enaknya tidur." Ucap Juna sambil merentangkan kedua tangannya keatas, dan berjalan meninggalkan Maura sendirian di ruang tengah lantai atas.

Maura kini bergelut dengan pikirannya sendiri, dia sedang berpikir harus merayu Jihoon menggunakan cara apa agar pria itu mau menerima Lia untuk tinggal disini.

Makanan sudah pasti ditolak, Maura teringat oleh-oleh yang dia bawa saat pertama kali menginjakkan kaki di rumah ini ditolak mentah-mentah oleh pria itu. Barang? Bahkan Jihoon lebih kaya darinya.

"Masa harus gue cium dulu biar bisa luluh." Ucapnya sedikit kesal.

Pemikiran yang bodoh, tapi hal itu benar-benar terlintas pada otak Maura.

Maura teringat saat Jihoon yang hanya berbicara sambil menatap matanya saat mereka berciuman. Maura mengusap lengannya sendiri, bulu kuduknya tiba-tiba meremang jika membayangkan hal konyol itu.

COLD BOY |Jihoon TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang