39

1.8K 97 18
                                    

Maura menarik tangannya dari genggaman Jihoon, "Gue bisa jalan sendiri." Ucapnya ketus.

Jihoon pun menghela nafasnya. Dia hanya bisa menuruti Maura, kemudian berjalan mengekor dibelakang Maura. Mengkuti perempuan itu yang sudah berjalan meninggalkannya terlebih dahulu.

Jihoon paham jika perempuan itu masih kesal terhadapnya. Jadi dia hanya bisa menurut dan tidak ingin memperpanjang masalah lebih lanjut.

Sesampainya di parkiran, Maura sedikit kebingungan mencari letak Mobil Jihoon. Sehingga dia memilih untuk menghentikan langkahnya, mengedarkan pandangannya sambil mencari letak mobil Jihoon. Dia malas untuk bertanya atau sekedar berbicara kepada Jihoon, jadi dia mencoba untuk menemukannya sendiri.

Jihoon yang melihatnya malah tersenyum, sepertinya Maura sangat enggan untuk berbicara kepada Jihoon walau hanya sekedar bertanya letak mobil saja. "Sini.." Jihoon menarik bahu Maura, memutar tubuh kecil itu, kemudian menunjuk ke salah satu mobil yang terparkir disana.

Maura pun tanpa basa-basi dan terimakasih langsung berjalan ke arah mobil yang terletak di ujung sana. Lalu ia segera masuk saat mobilnya sudah tidak terkunci lagi. Bahkan sebelum Jihoon sempat membukakan pintu untuknya.

Di dalam mobil Jihoon pun tak segera menjalankan mobilnya. Dia menatap Maura sambil berharap perempuan itu segera memarahinya. Jihoon lebih memilih untuk dimarahi dengan sumpah serapah dari pada harus didiamkan seperti ini terus-menerus.

Jihoon menarik nafasnya melihat Maura yang terus menerus membuang mukanya ke arah lain. Sepertinya perempuan disebelahnya tidak akan mau membuka suara terlebih dahulu.

"Ra gue mau minta maaf." Lirih Jihoon saat Maura sama sekali tak menghiraukan keberadaannya.

Maura hanya berdehem saja, ia tidak mau menatap kearah Jihoon dan memilih untuk memalingkan wajahnya ke arah jendela.

"Lo marah banget ya sama gue?"

Maura berdecih, dia masih menanyakan hal itu?

Sebenarnya Maura sudah tidak terlalu marah dengan Jihoon persoalan kemarin, apalagi setelah mendengarkan penjelasan dari Yujin. Mungkin dalam hatinya masih merasa kesal terhadap Jihoon tentang kejadian tempo lalu, tapi dia tidak lagi semarah itu.

Namun sikap Jihoon hari ini benar-benar membuatnya marah sampai ke ubun-ubun.

"Ra gue bener-bener minta maaf soal kemarin, gue gatau kalau lo ada disana. Gue-"

Maura dengan cepat menyahut. "Terus kalau lo tau gue disana pun lo bakal tetep ngelakuin itu kan? Gue gapapa kok kak, lo ga perlu khawatirin gue. Dari awal kan emang hubungan kita cuma sebatas sepupu. Jadi wajar aja kalau lo nyatain perasaan lo ke orang lain."

"Ra.." Jihoon menatap Maura dengan frustasi. Mendengar ucapan itu dari mulut Maura membuat hatinya sakit. Jihoon tidak lagi bisa membayangkan betapa sakitnya Maura saat melihat ulah bodohnya kemarin.

"Atau mungkin emang dari awal lo udah ngincer gue? Karna dari awal gue nginjakin kaki di rumah lo, lo yang paling gasuka sama kehadiran gue. Jadi buat ngelampiasin kekesalan lo ke gue, lo manfaatin tubuh gue, dan mainin perasaan gue kan? Karna nyatanya cuma gue doang ya suka sam-"

"RAAA!" Jihoon meninggikan suaranya mendengar ucapan yang menurutnya tidak berdasar itu. Tidak pernah sekalipun dirinya berpikiran untuk memanfaatkan Maura bahkan tubuh Maura.

Jihoon menarik nafasnya, dia tidak bisa terus-menerus ragu dan menyembunyikan perasaannya seperti ini. Ia harus segera menyelesaikan kesalahpahaman ini. Tidak ingin membuat Maura berpikiran yang aneh-aneh tentang dirinya.

Jihoon tidak bisa terus-terusan Maura berpikir hanya dia yang mempunyai rasa suka, sedangkan Jihoon tidak. Dia tidak ingin kehilangan Maura untuk kedua kalinya lagi.

COLD BOY |Jihoon TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang