Chapter 32

7.4K 464 7
                                    

Lelah aku tuh

Makin dewasa banyak banget yang bikin insecure padahal dari semua itu gak dapet apa-apa.

Sekarang ya apa-apa kepikiran. Nulis gini jelek lah, anehlah, gak nyambung lah

Jadi pusing sendiri

Akhirnya gak nulis

Jadinya ? Gk dapet apa-apa

Kesel sendiri kudu gimana

Mohon maaf ini curcolan sedikit. Terima kasih xixixi

Jangan lupa vote dan comment ya

*-*-*

"Kau apa ?"

Ekspresi kekagetan sama sekali tidak bisa ditutupi oleh Shaila. Ia sama sekali tak menduga jika kata-kata itu yang akan di sampaikan oleh Alden.

Pria ini mencintainya ?

Sungguh ?

Shaila menggelengkan kepalanya dan mendorong Alden untuk menjauh. Alden tidak memberikan reaksi apapun dan hanya memandangnya.

Ini terasa aneh dan Shaila tidak menyukai perasaan hatinya yang seperti ini.

"Alden ini..." Shaila menghentikan ucapannya dan menatap Alden yang juga menatapnya.

"Tidak mungkin" lanjut Shaila dan Alden tersenyum lembut.

"Aku serius. Aku tidak ingin kehilanganmu. Aku benar-benar mencintaimu, Shaila"

"Tidak ini terlalu cepat" ucap Shaila dan menggelengkan kepalanya.

Tetapi Alden bergerak mendekatinya dan memegang tangannya lagi. Kali ini Alden tidak menariknya ke dalam pelukan pria itu.

Shaila menatap kedua mata Alden. Perasaannya tak menentu. Antara percaya dan tidak dengan semua ini.

Tentu saja Shaila merasa senang tetapi Shaila merasakan jika semua ini tidak semudah itu.

"Apa yang kau mau ?" Bisik Shaila pelan dan Alden menatap Shaila lekat-lekat sebelum sebuah senyuman terlihat di sudut bibirnya.

"Apa kau pikir aku selicik itu ? Aku benar-benar mencintaimu, apa kau tidak percaya hal itu ?" Shaila memincingkan matanya menatap Alden.

"Tapi kau benar. Aku menginginkan sesuatu" ucapan Alden selanjutnya membuat Shaila menarik tangannya dari genggaman Alden.

Jantung Shaila berdegup dengan cepat mendengar ucapan Alden. Ia tidak ingin berpikiran jika Alden menginginkan sesuatu.

Semua ini murni tentang kerefleksannya berucapan. Bagaimanapun Alden melakukan semua ini untuk membalas dendam.

Alden licik ? Tentu saja! Pria itu menjebaknya di saat Shaila merasa dititik terendah.

Pria itu seakan membantunya. Tetapi ternyata Alden memanfaatkannya untuk alat balas dendam. Shaila tidak pernah berpikir ada orang selicik itu

Tetapi hati sudah berkata lain. Shaila sudah mencintai Alden bagaimanapun pria itu bersikap. Namun jika pria itu mencintainya.

Shaila belum bisa mempercayai hal itu. Walaupun tatapan Alden tidak berbohong.

"Apa ?" Cicit Shaila dan Alden terlihat memasukkan tangannya ke dalam saku celananya.

Pria itu masih menggunakan style kantornya.

"Tinggalkan Albert"

"Apa maksudmu ?" Ucapan Shaila langsung ketika Alden baru saja menghentikan ucapannya.

Pregnant With Mr. GayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang