Chapter 5

18.8K 750 4
                                    

Hai hai hai...

Akhirnya muncul lagi nih xixixi

Gara-gara salah bikin Alur jadi bingung sendiri... Bentar nata ulang supaya ketemu ujungnya

Hehe

Jangan lupa vote dan comment dong. Supaya aku semangat nulisnya

*-*-*

"Apa yang kau temukan ?" Ucap Alden dengan menatap anak buahnya yang berdiri tepat di depan mejanya.

Wajah kusut terlihat jelas di wajahnya. Kelelahan tentu saja. Jasper baru saja terbang dari Singapore menuju London dan langsung menghampirinya ke perusahaan untuk menyampaikan sesuatu.

Anak buahnya ini sangat tau jika Alden paling benci dengan keterlambatan. Jadi Jasper memilih untuk langsung menghadapnya.

"Shaila Delova Danilda. Nona Shaila menghapus namanya menjadi dua kata saja semenjak memilih tinggal di London" ucap Jasper dan Alden menganggukkan kepalanya.

"Kurasa bukan tanpa sebab Shaila mengganti namanya. Tentu saja Mikael sudah menduga jika akan ada yang balas dendam"

"Apakah Anda membenci Nona Shaila, Tuan ?" Pertanyaan Jasper membuat Alden terdiam dan memikirkan sesuatu.

Sebelum Alden menegakkan tubuhnya dan mengetukkan tangannya di meja kerjanya.

"Tidak. Shaila tidak mengetahui ini semua. Kurasa ia seharusnya tidak bisa ikut andil dalam semua ini. Tapi ini adalah cara satu-satunya untuk balas dendam Jasper. Ini jalan satu-satunya" ucap Alden dan Jasper hanya terlihat diam saja

"Kau harus tau sekental apa rasa benciku pada Mikael. Seharusnya ia mati. Tetapi lebih menyenangkan jika pria itu merasakan apa yang kurasakan juga. Itu caraku untuk membalas dendam"

Alden terdiam menatap figura kecil berisikan Alden dan juga perempuan manis dengan dress selututnya.

Evelyn.

"Alden... Alden... Oh aku merindukanmu" ucap Evelyn dengan senyuman merekahnya menyapa adik kesayangannya yang berbeda dua tahun dari usianya.

Alden yang berumur 16 tahun hanya mendengus ketika tangan Evelyn mencubit dan menggoyangkan lengannya penuh semangat.

Evelyn berusia 18 tahun terlihat cantik dengan kaos serta celana Jogger pants yang digunakannya. Jam menunjukkan pukul 4 sore dan itu adalah jam dimana Evelyn baru saja pulang dari sekolah.

"Kau ingin makan apa ? Kau ingin kumasakkan ?" Tanya Evelyn dan Alden hanya meliriknya.

"Terserah" jawab Alden pelan.

Bukan karena ia membenci kakaknya. Hanya saja Alden memang cenderung pendiam daripada Evelyn yang penuh semangat.

Kakak perempuannya itu selalu penuh semangat dalam hal apapun

"Kau terlalu cuek, sangat menyebalkan" ucap Evelyn dan beranjak pergi dari sofa.

Alden menolehkan kepalanya dan menatap kakaknya yang menghilang di balik lorong menuju dapur.

Masih dengan ponselnya Alden beranjak dari sofa dan mengikuti Evelyn menuju dapur.

Kepergian orang tuanya membuat Alden hanya berdua bersama Evelyn. Dengan harta berlimpah yang di miliki mereka. Tetapi baik Evelyn di dan Alden belum bisa mengklaim warisan jika belum menginjak umur yang ditentukan.

Alden tidak memikirkan hal itu. Baginya uang bukan segalanya. Dulu kedua orang tuanya bekerja dengan keras dan melupakan memiliki anak yang masih butuh perhatian.

Pregnant With Mr. GayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang