Chapter 21

8.8K 490 5
                                    

Jangan lupa vote dan comment nih

Bismillah tamat bulan ini ya xixixi

*-*-*

Shaila mengusap rambutnya ke belakang dan menatap tak menyangka pada pintu kamar Alden ini.

Ini sudah dilakukannya selama 2 jam terakhir. Perutnya sudah keroncongan sejak tadi tetapi tidak ada yang masuk ke dalam kamar ini.

Tidak ada yang mengirimi makan untuknya. Sedangkan perutnya sudah berteriak-teriak anarkis sejak tadi.

Seakan-akan di dalam perutnya banyak makhluk yang saling berdemo ingin diberi makan. Bahkan jika diingat-ingat mungkin anak yang ada di perutnya saat ini juga ikut turun demo.

Shaila benar-benar lapar

"Alden benar-benar ingin membunuhku sepertinya" ucap Shaila kesal dan ingatannya berputar pada kejadian kemarin

Sialan! Shaila memang makan banyak kemarin dan berhasil menguras uang di dompet Lucas dan Alden.

Tetapi bukan karena ia sudah makan banyak besoknya Shaila tidak butuh makan. Shaila sekarang berbadan dua seharusnya Alden mengerti jika porsi makanannya berubah.

Bukannya menyuruhnya puasa seperti ini

Sialan memang pria itu!

Shaila menggeletakkan tubuhnya di ranjang dan mengusap perutnya pelan. Menatap atap kamar yang berwarna putih. Meratapi rasa laparnya.

"Hey kau anak Alden! Jika nanti kau lahir jangan lupa pukul ayahmu yang menyebalkan itu. Bagaimana bisa dia membiarkanmu dan diriku kelaparan. Benar-benar pria brengsek" gumam Shaila dengan mengusap perutnya.

Shaila diam memilih menyimpan energinya. Setidaknya ia tidak ingin mati hanya karena tidak makan seharian dan terlalu menggebu-gebu mengumpati pria itu.

Jadi Shaila memilih untuk mengumpati Alden dalam hati saja. Setidaknya itu tidak menguras tenaga.

Ketika sibuk dengan pikirannya suara pintu di buka membuat Shaila menoleh. Mendudukkan dirinya dengan semangat menatap berharap ke arah pintu kamar.

Tetapi yang datang sosok perempuan yang pernah di temuinya beberapa kali. Perempuan itu beberapa kali datang kemari untuk mengambil berkas Alden sebelum keluar lagi.

Salah satu pelayan yang dapat di ketahui Shaila termasuk tangan kanan Alden.

Camilla.

"Nona Shaila sudah bangun sejak tadi ?" Tanya Camilla yang membuat Shaila menganggukkan kepalanya beberapa kali.

"Ehm... Apakah tidak ada sarapan untukku hari ini ?" Cicit Shaila.

Salahkan saja perutnya yang sudah meronta-ronta sejak tadi. Jika saja bukan karena perutnya sepertinya Shaila tidak akan pernah berbicara dengan Camilla.

Perempuan itu terlalu menakutkan dan terkesan dingin daripada para pelayan lainnya di rumah ini.

Camilla terlihat mengernyitkan keningnya dan menatap Shaila yang terlihat seperti frustasi itu

"Tentu saja ada, Nona. Sejak hari ini Anda sarapan di bawah. Pelayan mengatakan anda belum bangun sebelumnya" ucap Camilla yang membuat Shaila langsung melototkan matanya.

"Tunggu... Kau mengatakan aku sarapan di bawah ?" Ulang Shaila.

Sepertinya telinga Shaila mengalami kerusakan karena telat makan beberapa jam daripada seharusnya.

Tentu saja Shaila tidak mungkin makan di bawah. Ia hanya pernah sekali makan bersama ketika Alden mengijinkannya keluar.

Jika tidak salah Shaila mendengar jika Alden hari ini ada pertemuan di luar kota dan akan pulang malam. Jadi tentu saja Alden tidak ada di rumah hari ini.

Pregnant With Mr. GayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang