Chapter 22

8.8K 501 17
                                    

Cie nungguin ya xixixi

Mohon maaf lagi gila. Butuh temen curhat tapi gk tau siapa xixixi

Oh iya selamat membaca yaa

Jangan lupa vote dan comment dong. Mau tamat deh kemungkinan

Eh masa ? Xixixi gk tau deh

*-*-*

Alden merasakan sesuatu memegang tangannya. Tetapi terasa seperti ragu. Sebelum sebuah tangan tersebut menggoyangnya lebih kencang dari sebelumnya.

"Alden..." Suara pelan terdengar dan membuat Alden membuka matanya.

Menemukan Shaila yang terduduk dengan rambut yang terlihat acak-acakan. Tetapi sangat menggemaskan. Katakan ia gila karena menganggap perempuan dengan rambut hampir mirip singa terlihat menggemaskan.

Shaila terlihat mengantuk tetapi entah apa yang membuat perempuan itu membangunkannya.

Alden menyalakan lampu nakas dan mendudukkan tubuhnya. Menatap Shaila yang masih menunggunya untuk mengumpulkan nyawa.

"Ada apa ? Kau membutuhkan sesuatu ?" Tanya Alden dan Shaila menganggukkan kepalanya beberapa kali.

Alden mengusap wajahnya sebentar sebelum menyibak rambutnya ke belakang. Sepertinya Alden harus merapihkan rambutnya.

Rambutnya sudah terasa panjang dan mungkin saja saat ini keadaannya sama seperti Shaila. Seperti singa xixixi.

"Aku ingin pizza" cicit Shaila dan Alden menatap perempuan itu yang terlihat ragu.

Demi tuhan! Alden tidak pernah mengetahui jika Shaila memiliki wajah yang menggemaskan seperti ini. Belum lagi Shaila menatapnya dengan kedua pipi yang memerah.

Oh sangat menggemaskan sekali.

"Kau lapar ? Oh anak kita lapar ?" Tanya Alden sekali lagi dan Shaila terlihat kaget dengan ucapannya.

Bahkan Shaila sampai melengoskan kepalanya dan kedua pipinya memerah. How cute!

Alden terkekeh dan menurunkan kakinya. Ingin beranjak dari ranjang. Tetapi tangan Shaila menahan kaos yang dikenakannya.

Alden menoleh dan menatap tangan Shaila yang memegang ujung kaosnya. Kernyitan di kening Alden semakin dalam ketika perempuan itu menatapnya.

"Aku akan memesannya di bawah" ucap Alden

Hari sudah malam dan nyaris pagi. Alden tidak terlalu suka merepotkan orang lain hanya untuk memesan makanan. Alden akan menunggunya di lantai bawah sampai makanannya di kirimkan.

Jika Shaila memegangnya begini bagaimana bisa Alden beranjak turun dan memesan pizza.

"Aku ikut" cicit Shaila lagi dan Alden tersenyum kecil.

Sebelum mengulurkan tangannya. Shaila menatap tangannya yang terulur sejenak sebelum menerimanya. Mata Shaila terlihat berbinar dan mata mengantuk ya sudah tergantikan dengan wajah sumringah.

Alden menatap Shaila hanya memakan sekotak pizza dengan semangat. Sedangkan Alden hanya tersenyum dengan menyuapkan sepotong pizza di mulutnya

Masih ada satu kotak pizza yang belum tersentuh. Alden juga sama laparnya dengan Shaila. Alhasil Alden memesan 3 kotak pizza berukuran sedang.

Satu untuknya dan dua untuk Shaila. Hanya untuk berjaga-jaga siapa tau Shaila menginginkan pizza lagi.

"Enak ?" Tanya Alden dengan mulutnya yang penuh dengan Pizza.

Shaila yang sejak tadi menundukkan tubuhnya langsung mendongak. Senyuman malu-malu terlihat di wajah Shaila.

Tangan Shaila dengan canggung menyelipkan rambut di belakang telinganya. Kedua pipinya terasa memerah mendengar pertanyaan Alden.

Pregnant With Mr. GayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang