Chapter 17

10.6K 611 22
                                    

Yuhuuuu xixixi

Eh mau tanya ini. Kakaknya Shaila itu Albert nggak sih ? Tolong jawab lupa nih cari chapternya juga nggak ada jadi bingung aku tuh...

Bantu jawab ya

Oh ya maaf juga molor dari yang dijanjikan. Udah lama banget nggak sakit sampai-sampai bolos kerja. Jadi sekarang lagi tepar dan berasa di kapal xixixi

Tapi ternyata malah ada mood untuk nulis xixixi

Semoga kalian suka dan sabar menanti Chapter selanjutnya xixixi

Jangan lupa vote dan comment ya

*-*-*

Alden memasuki kamarnya dan pemandangan Shaila melongokkan kepalanya keluar jendela membuatnya mengernyitkan keningnya.

Perempuan itu seakan tak menyadari kehadirannya itu terlihat sibuk memandang keluar jendela. Alden melangkah masuk dan suara langkah kakinya membuat perempuan itu tersadar dan menoleh.

Shaila terlihat kaget dengan kehadirannya sebelum tersenyum kecil. Terlihat di paksakan.

"Kau kenapa ?" Tanya Alden dan Shaila hanya menggeleng kemudian mengedikkan bahunya.

Alden melihat Shaila melirik sekilas keluar jendela sebelum berjalan menuju sofa dan mendudukkan tubuhnya di sana.

Shaila berusaha terlihat biasa saja dan menyalakan televisi. Ini hari Minggu dan tidak ada pekerjaan yang bisa dikerjakannya.

Jadi Alden memutuskan untuk menemani Shaila hari ini. Kata beberapa pelayan sejak kemarin Shaila lebih banyak diam daripada mengoceh.

Beberapa pelayan melaporkan pasangan jika sikap Shaila terhitung ceria dan sering mengajak semua pelayan mengobrol.

Sejak kemarin saja Shaila lebih banyak diam dan memakan makanannya tanpa mengatakan apapun.

Alden mendudukkan tubuhnya di samping Shaila dan perempuan itu terlihat memfokuskan pandangannya ke arah televisi.

"Tidak ada yang ingin kau katakan ?"

Shaila menatapnya dengan tatapan terkejutnya. Seolah-olah Alden memang berhasil membaca pikiran perempuan itu.

Alden berusaha tidak menampilkan senyuman mengejeknya. Jelas saja Alden paham apa yang diinginkan Shaila. Semuanya tergambar jelas di wajah perempuan itu.

"Apa boleh ?" Cicit Shaila dan Alden menganggukkan kepalanya.

Menunggu perempuan itu mengatakan maksudnya.

"Ehm... Apa bokong Lucas tidak gatal duduk di kamarnya saja ? Ehm... Kemana pria itu" ucap Shaila yang membuat Alden terkekeh geli.

"Kau merindukan Lucas ?"

Shaila mendengus dan mengganti channel televisi. Pipi Shaila terlihat merona tetapi perempuan itu melengos.

"Dih siapa yang rindu. Akukan hanya bertanya. Biasanya kekasihmu itu akan merusuh. Aku hanya ingin mengatakan selamat jika dia memang dia sudah sembuh"

"Aku mengusirnya" ucap Alden dengan mengedikkan bahunya.

Shaila langsung menolehkan kepalanya dan menatap Alden dengan tatapan horornya. Seakan-akan Alden baru saja melakukan pembunuhan keji.

"Mengusirnya ?"

"Huuh. Dia terlalu lama di sini sedangkan banyak pekerjaan yang ditinggalkannya" jelas Alden dan Shaila mengernyitkan keningnya.

"Memang dia bekerja ?" Alden mengangguk singkat dan menatap Shaila lurus-lurus.

"Kau tidak tau Lucas adalah pemilik butik ternama ? Tentu saja semua perempuan di kota ini tau" Tanya Alden dan Shaila terlihat tertegun kemudian menggelengkan kepalanya.

Pregnant With Mr. GayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang