Prolog

15.7K 834 69
                                    

Aliran yang mengalir, Bintang yang menantang.


Hallo semuanya, makasih banyak untuk yang sudah meluangkan waktunya membaca cerita 'Little Girl' ini baik pembaca lama ataupun baru.

Yang baik dari cerita ini harap di pahami manfaatnya, dan yang buruk tolong untuk tidak ditiru.

Sekian dari aku, salam kenal untuk semuanya! Terimakasih!🤍

HAPPY READING!


🤍
🤍
🤍
🤍

"Hiks ... bunda ... Lea kangen sama bunda ... ayah jahat ...." Tangis penuh kerinduan terdengar dari bibir mungil seorang gadis yang kini tengah berteduh di bawah pohon. Suasana yang begitu tenang dan sejuk sedikit mendamaikan hatinya yang kacau.

Mata bulat yang terus mengeluarkan air mata itu kini berhenti, dan meninggalkan sesenggukan yang memang tak bisa dicegah oleh siapapun yang baru saja menangis. Ia menyipitkan matanya sembari mencondongkan tubuh kearah depan agar pandangannya lebih jelas.

Karena penasaran, ia pun menghapus air matanya lalu berdiri dan mulai melangkahkan kakinya menuju sosok remaja laki-laki yang berdiri mematung cukup jauh didepannya.

Sekarang hanya tersisa empat langkah agar sampai di tujuan, namun keraguan menyerang hati kecil si gadis mungil dengan wajahnya yang menggemaskan itu. Ia melirik ke bawah, matanya membola kaget ... itu jurang!!

Dengan perasaan takut ia melirik kembali pada lelaki tersebut, lalu kembali menatap ke bawah, dan begitu terus. "Apa dia mau bunuh diri?" batinnya bingung. Karena, posisi lelaki tersebut tepat sekali berdiri didepan jurang, jika saja dia maju selangkah maka nyawanya akan melayang.

Setelah meneguk ludahnya dengan susah payah, Rhea kembali melanjutkan langkahnya dengan pelan. Tangannya yang gemetar terulur untuk menggapai bahu sosok dihadapannya.

Rhea kembali memundurkan badannya kaget, bagaimana tidak? laki-laki itu secara mendadak membalikkan tubuhnya saat ia bahkan belum berhasil memegang bahu milik remaja tersebut. Netra coklatnya bergerak gelisah saat bertubrukan dengan netra hitam legam yang menatapnya dingin.

"M-maaf ... L-lea tidak bermaksud meng-" ucapannya terpotong saat melihat lelaki tampan tersebut melangkahkan kakinya mendekati Rhea. Tatapan dinginnya seolah-olah ingin menusuk wajah mungilnya, dia terlihat begitu menakutkan.

Dengan kaki yang gemetar Rhea berusaha berjalan mundur, namun tatapan dari lelaki berkulit sawo matang itu seperti menyuruhnya jangan bergerak, kini Rhea hanya terdiam membeku.

"Siapa lo?" Suara serak nan tegas keluar dari bibir lelaki tersebut, lagi-lagi Rhea kesulitan menelan ludahnya.

Hembusan nafas menerpa pelipisnya yang putih mulus, ia mendongak menatap lelaki yang tinggi itu karena tadi ia hanya berhadapan dengan dadanya, ya ... tingginya hanya sebatas dada remaja itu.

"A-aku ... aku ... a-ak-"

Geraman lirih terdengar dari mulut tebal lelaki tersebut membuat bulu kuduk Rhea berdiri, gadis mungil itu menundukkan kepalanya takut. "A-aku Lea ...." jawabnya pelan seperti berbisik.

Rhea mencoba memberanikan dirinya menatap lelaki itu karena cukup lama tidak ada respon apapun darinya. "M-maaf ... boleh Lea tanya?" katanya dengan suara yang bergetar.

LITTLE GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang