Dini hari tadi, saat dia pergi dari rumah Sunghoon, Sunoo berjalan tak tentu arah. Dia memikirkan cara apa yang harus dia lakukan untuk mati. Mana yang sekiranya tidak akan membuat dirinya dan bayinya merasakan sakit terlalu lama.
Menghunuskan pisau? Tidak, tidak, itu pasti akan langsung menusuk bayinya.
Gantung diri? Sepertinya itu bukan ide yang bagus, proses nya untuk mati akan terlalu lama.
Tertabrak? Ya, itu terdengar boleh juga. Sunoo hanya akan berjalan di tengah - tengah sampai kemudian entah mobil atau apapun itu akan menabrak nya dari belakang, sehingga dia tak perlu repot - repot menusukan pisau atau mencari tali untuk gantung diri.
Namun sebelum itu, Sunoo ingin bertemu Sunny terlebih dulu dan meminta pengampunan nya. Setidaknya, kalaupun dia harus pergi ke neraka, Sunoo sudah meminta maaf pada kakaknya, sehingga dia bisa sedikit tenang.
Sunoo sudah ada di depan rumahnya sekarang. Dengan ragu, dia membawa langkah kakinya masuk ke rumah yang sempat di tinggali nya itu.
"Kakak?"
Hal yang pertama kali dilihatnya saat memasuki rumah adalah, Sunny yang tengah terduduk di kursi ruang tengah sendirian. Ini masih sore, orang tua mereka pasti masih bekerja.
Namun kenapa keadaan Sunny terlihat berantakan? Matanya sembab, tangannya mencengkram kuat rambutnya.
Sunny menoleh kala mendengar suara milik adik yang telah menyebabkan kesakitan nya.
Sunoo mengerutkan dahinya ketika Sunny tiba - tiba berjalan cepat kearahnya kemudian menamparnya keras.
"Kakak, ada apa?" Sunoo bertanya dengan penuh keterkejutan. Selama hidupnya, ini adalah pertama kalinya Sunoo melihat Sunny bertindak kasar padanya.
"Apa kau masih memiliki wajah untuk kembali dan memanggil ku kakak setelah apa yang kau lakukan?!"
"Aku tak mengerti maksudmu, kak."
"Kau! Taukah kau bahwa selama kau menghilang, aku sangat mengkhawatirkan mu? Sedangkan kau, kau yang ku khawatirkan justru tengah bersenang - senang dengan kekasihku?"
"Apa Sunghoon memberi tau mu?"
"Ya! Dia datang mencarimu dan mengatakan kalau kau mengandung anaknya!"
Alis Sunoo semakin bertaut. Sunghoon mengatahui kehamilannya? Bagaimana bisa? Sunoo sudah membuang semua testpack nya sebelum dia pergi. Apa dia menjatuhkan salah satunya? Sial! Sunoo sangat ceroboh.
"Bagaimana? Apakah menyenangkan menghabiskan malam panas dan penuh gairah dengan kekasih kakakmu sendiri?"
"Kakak, itu tak seperti yang kau pikirkan." Sunoo mencoba menjelaskan dengan putus asa.
"Aku tak menyangka kau sepicik ini. Jadi alasan mu memaksa ku untuk mengakhiri hubungan ku dengannya itu karena kau mendambakannya juga, begitu?"
"Kakak, tolong dengarkan aku." Air mata Sunoo luruh, kegetiran begitu terasa dalam hatinya. Ternyata mendengar perkataan Sunny dapat menimbulkan kesakitan luar biasa untuknya.
"Apa kau senang sudah mendapatkannya sekarang? Apa kau bahagia bisa mengangkang dibawahnya? Apa kau puas mengambil kebahagiaan kakakmu sendiri, Sunoo? Aku menyesal! Aku sungguh menyesal karena sudah berbaik hati padamu selama ini. Ternyata ibu dan ayah benar. Kau adalah sampah dan benalu yang menjijikan!"
"Kakak! Cukup!" Sunoo berteriak. Dia sudah tak bisa lagi mendengar kalimat menyakitkan lebih dari ini.
"Tak bisakah kau dengarkan aku sebentar? Aku sungguh - sungguh tidak melakukan ini dengan sengaja. Semua yang terjadi diluar batas kendaliku. Aku tak berdaya. Aku tau meminta maaf saat ini tak ada gunanya, tapi aku masih berharap sedikit pengampunan mu. Aku berjanji, setelah ini kau tak akan melihat ku lagi. Aku datang hanya untuk mengucapkan selamat tinggal padamu."
"Pergilah! Aku ingin kau pergi ke neraka! Mulai saat ini kau bukan adikku lagi. Jangan pernah biarkan aku melihat mu setelah ini!"
Pintu tertutup rapat setelah Sunny mendorong kasar Sunoo ke halaman.
Sunoo memandang pintu putih itu dengan pandangan yang sudah mengabur karena air mata.
Dia berusaha bangkit, sejenak dia memperhatikan rumah dihadapannya. Rumah ini, meskipun tak pernah memberinya bahagia, tetapi Sunoo memiliki beberapa kenangan manis dengan Sunny. Rasanya, kakinya mendadak berat untuk melangkah. Seketika dadanya terasa sakit, kenangannya bersama Sunny masih terlintas dalam benaknya. Dan perihal orang tuanya, meskipun mereka selalu bertindak kejam, tapi Sunoo tetap menyayangi keduanya. Hingga hari ini, Sunoo masih sangat mengharapkan kasih sayang dan kehangatan itu dari orang tuanya.
Bersamaan dengan kesedihannya, rintik-rintik hujan pun mulai membasahi jalan. Mengiringi air mata yang sedari tadi mengalir tanpa henti.
>>>
Sudah sekitar dua jam Sunoo berjalan di tengah - tengah, berharap ada sesuatu yang menghantam nya dari belakang. Namun hingga saat ini, Sunoo tak kunjung merasakan apapun.
Sambil memegang perutnya, Sunoo bersimpuh pada jalanan yang becek. Satu tangannya mempermainkan sisa-sia hujan sebelumnya. Rambut kusutnya beriap diterpa angin sore hingga tampak jelaslah wajah rupawannya. Sebuah kaos yang sudah kumal membalut tubuh sintalnya yang kotor.
Sunoo lelah. Kenapa dia tak kunjung tertabrak dan mati juga. Berapa lama lagi dia harus berjalan gontai dengan penuh keputusasaan seperti ini?
Kepalanya mendongak, matanya menyipit menatap lurus ke depan saat dia melihat sebuah mobil melaju kencang di depan sana. Senyuman indah terukir di bibirnya. Kedua tangannya memeluk erat perutnya sendiri.
"Nak, jangan membenciku. Aku melakukan ini karena aku tidak ingin kau mengalami ketidak adilan di dunia ini nantinya. Kau perlu tau, dunia terlalu kejam untuk ku dan kamu." Sunoo menghela nafas dalam, matanya perlahan terpejam.
Sudah tiba waktunya!
Sudah saatnya dia menghilang dari dunia yang kejam dan penuh ketidak adilan ini.
Double up lho iniii, kalo gak vote kebangetan yeeeee kalian
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother_in_Law (Sungsun)
RomanceKim Sunoo memiliki kepribadian yang gelap dan suram, saudara perempuannya yang cantik dan lembut adalah satu - satunya cahaya dalam hidupnya, tetapi iblis itu tiba - tiba muncul dan mencuri cahayanya, membuatnya menjadi gila. Bagaimanapun, dia tida...