28

2.1K 251 27
                                    

Hari ini adalah hari yang paling membahagiakan sepanjang kehidupan Sunghoon. Setelah beberapa jam di rundung kegelisahan dan kecemasan, akhirnya Sunghoon bisa bernapas lega saat seorang Dokter memberi tau bahwa anaknya terlahir selamat, begitupun dengan Sunoo.

Sunghoon berdiri di depan jendela kaca, mengamati ruangan putih itu. Seorang bayi laki-laki yang sehat sedang meronta dengan menggerakan kakinya kuat-kuat di dalam box inkubator, sebab ia dilahirkan belum genap 9 bulan.

Tangan Sunghoon menempel pada jendela kaca itu, air mata haru tak bisa ditahannya lagi.

Sekarang Sunghoon mengerti kenapa orang tuanya begitu menyayanginya. Karena kelahiran seorang anak ternyata merupan kebahagiaan yang luar biasa tak ternilai.

>>>

Tepat pukul 11.00 tadi, Sunoo terbangun. Yang pertama kali di lihatnya hanyalah ruangan serba putih. Tak ada siapapun selain dirinya di ruangan ini.

Tangan Sunoo meraba perutnya yang kini rata. Tertegun beberapa saat, pikiran Sunoo mulai merambat pada hal - hal negatif.

Apa dia melahirkan anaknya dengan selamat?

Sunoo tersadar dan melirik kearah pintu yang terbuka. Sunghoon dengan wajah tenang dan tampannya berjalan mendekat.

"Hai, bagaimana keadaan mu?" Sapaan itu terlampau lembut membuat Sunoo mengulas senyum tipisnya.

"Aku baik..." Sunoo menjawab dengan suara seraknya.

"Syukurlah. Aku mengkhawatirkan mu semalaman." Sunghoon menjulurkan tangannya mengusap surai halus Sunoo.

"Apakah... Apakah anakku.."

"Dia terlahir dengan sehat. Tapi sekarang kita belum bisa menemuinya." Sunghoon berkata sebelum Sunoo menyelesaikan ucapannya.

Helaan nafas lega terdengar dari Sunoo.

"Terimakasih sudah memberiku anak yang tampan, Sunoo." Sunghoon menunduk merendahkan kepalanya dan mencium dahi Sunoo penuh sayang.

Sunoo memejamkan mata menikmati sensasi yang menggelitik hatinya. Betapa dia merindukan lelaki ini.

Selama ini Sunoo sudah melakukan kesalahan. Dari semua tempat perlabuhan yang pernah dia singgahi, hanya dermaga Sunghoon lah yang mampu membuat dia rindu untuk tetap tinggal di sana. Karena pada hakikatnya hati tidak akan pernah bisa berbohong, ia tahu kepada siapa tempat ternyamannya untuk singgah dan tetap tinggal.

Dan sekarang Sunoo sadar pada siapa dia harus pulang.

"Sunghoon.."

Sunghoon menjauhkan dirinya, lalu menatap Sunoo lekat - lekat.

"Ada apa, hm?"

"Maafkan aku." Sunoo memandang nya penuh penyesalan.

"Stsss!" Sunghoon menggeleng dan meletakan jari telunjuk nya dibibir Sunoo yang masih pucat.

"Jangan katakan itu. Akulah yang bersalah, seharusnya aku tidak berusaha mendapatkan mu dengan cara pemaksaan seperti dulu."

"Tidak! Sekarang aku berterimakasih padamu, Sunghoon. Jika hal - hal yang dulu tak terjadi, aku tak akan pernah merasakan perasaan ini. Dicintai dan mencintai seseorang dengan begitu luar biasa. Jika saat itu kau tak bersikeras untuk mendapatkan ku, mungkin hingga saat ini aku masih tetap menjadi Sunoo yang dulu. Sunoo yang tak pernah mengerti atau merasakan tentang Cinta."

"Sunoo, apa kau menerima ku sekarang?" Sunghoon bertanya penuh harap.

"Aku tak memiliki keraguan apapun lagi Sunghoon. Seharusnya aku sadar sejak dulu, bahwa di dunia ini aku tak memiliki seorang pun yang menyayangi ku dengan sungguh selain kamu. Meski caramu tidak seperti yang lain, tapi aku tau rasa yang kamu miliki itu nyata."

Brother_in_Law (Sungsun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang