Sinar matahari menyelinap dari sela-sela tirai. Menyentuh wajah Sunoo yang masih terlelap. Sama sekali tidak ada ketenangan dalam tidurnya, semalam Jay beberapa kali datang mengecek keadaannya dan dia melihat Sunoo selalu bergerak gusar, dahinya berkerut menandakan bahwa lelaki manis itu masih memikirkan banyak hal bahkan dalam tidurnya.
Jay meletakan sebuah nampan di meja kecil di samping, kemudian dia mendudukan dirinya di tepi ranjang, memandang wajah terlelap Sunoo.
Tangannya menyentuh pelan bahu Sunoo, "Ayo bangun, Sunoo. Sudah saatnya minum suplemen." Jay berucap lembut di telinganya.
Merasa tidurnya terganggu, bulu mata Sunoo bergerak - gerak dan matanya terbuka perlahan.
Senyuman hangat Jay menjadi hal yang pertama di lihatnya setelah membuka mata.
"Selamat pagi." Jay berucap, lalu dia membantu Sunoo untuk duduk dan bersandar pada kepala ranjang. Perutnya yang semakin membesar membuat Sunoo selalu kesusahan saat bergerak.
"Selamat pagi, kak." Sunoo membalas hangat senyuman Jay.
"Makanlah bubur ini dan minum suplemennya." Jay mengambil semangkuk bubur yang sebelumnya di letakan di atas meja samping.
Setelah Sunoo meneguk beberapa air minum, ia mengambil satu sendok dan menyodorkannya pada Sunoo yang langsung memakannya tanpa protes.
Setelah beberapa saat, Sunoo menghabiskan buburnya lalu meminum suplemennya.
"Kau tak perlu datang ke kamar ini setiap pagi hanya untuk mengurusku. Aku bisa turun dan makan sendiri."
"Kau tidak mengatur waktu makanmu dengan baik. Kau juga terkadang melupakan suplemen mu, Sunoo."
"Kemarin aku lupa. Kedepannya tidak lagi, aku janji. Kau harus mengurus dirimu juga, jangan hanya mengkhawatirkan ku, kak. Lihatlah, kau bahkan tidak memperhatikan bulu yang mulai tumbuh di dagu mu, kau sudah seperti duda tua."
Wajah Jay tertekuk, bibirnya melengkung ke bawah. "Yaa, aku memang lelaki tua yang tak beristri, sehingga tak ada yang mengurusku."
Sunoo tertawa geli, "Akhirnya kau mengakui bahwa kau lelaki tua?"
"Mau bagaimana? Aku memang sudah setua ini."
"Kau marah hmm?"
"Tidak marah, aku hanya sedih."
"Kenapa? Semua orang akan menua. Jangan sedih karena hal itu."
"Bukan karena itu."
"Lalu?"
"Aku belum memiliki istri hingga saat ini."
"Apa masalah dari tidak memiliki istri? Itu bukan aib sama sekali."
"Tapi aku ingin menikah."
"Lalu, apa kau memiliki seseorang yang kau cintai?"
"Aku punya satu."
"Kalau begitu nikahi saja dia."
"Haruskah?"
"Tentu saja. Kau ingin menikah dan kau sudah memiliki seseorang, apalagi yang kau tunggu?"
"Kalau begitu ayo!"
"Apa?"
"Menikah!"
"Kak, maksudku ajaklah orang yang kau cintai."
"Aku sudah melakukannya barusan!"
Sunoo mengernyit, dia mulai tidak mengerti dengan maksud dan arah pembicaraan ini.
Jay tersenyum menatap Sunoo dengan raut kebingungannya.
"Yang kucintai, itu kamu, Sunoo."
"Kak!"
"Jangan marah... Aku serius."
Sunoo masih menggeleng - geleng tak percaya. Dia tau bahwa selama ini Jay begitu baik dan selalu merawatnya. Namun Sunoo kira, Jay menganggapnya sebagai seorang adik.
Jay meraih tangan Sunoo untuk di genggam. "Sunoo, aku tau sampai saat ini kau masih belum bisa melupakan seseorang di masa lalumu. Tapi bukan berarti kau tidak bisa. Ini masih baru beberapa bulan, aku yakin semakin lama waktu berjalan rasa itu akan menghilang. Kau hanya memerlukan waktu dan seseorang yang bisa menggantikan posisinya, dan aku bisa menjadi seseorang itu untukmu."
"Kak..."
"Mari kita menikah."
"Aku tidak-"
"Tolong pikirkan baik - baik Sunoo. Kau tak ingin menikah dengannya kan? Maka dari itu menikahlah dengan ku. Bagaimanapun anak ini memerlukan seorang ayah. Pikirkan masa depan anak ini nantinya, pikirkan bagaimana jika ada beberapa teman yang mengolok nya karena tak memiliki seorang ayah?"
Sunoo mengigit bibirnya. Saat ini dia benar - benar tidak tau harus bagaimana. Beberapa hari lalu, pertemuan singkatnya dengan Sunghoon berhasil merobohkan pertahanannya selama ini.
Sunoo kira dia sudah bisa menerima kenyataan. Kenyataan bahwa dia dan Sunghoon tak akan pernah bisa bersama. Namun ternyata Sunoo masih saja mudah menangis diam - diam, mudah menangisi sesuatu yang berbuhungan dengan Sunghoon. Masih terasa sesak dan sakit, bahkan air matanya masih terlalu mudah untuk jatuh. Sunoo masih selalu merindukannya, dia masih ingin kembali kepada Sunghoon dan memeluk iblis itu seerat mungkin. Sungguh, Sunoo sangat merindukannya. Dan pertemuan mereka hari itu membuat keinginan Sunoo semakin menggebu.
Namun apa yang dikatakan Jay semakin mengganggunya. Jay benar. Bagaimanapun anak ini harus memiliki seorang ayah. Seorang ayah yang baik, ayah yang akan menyayanginya seperti anak sendiri. Dan hanya Jay lah satu - satunya orang yang paling memungkinkan. Selama ini dia begitu telaten dan hati - hati dalam menjaga kandungan Sunoo. Terlepas dari cinta atau tidaknya Sunoo pada Jay, Jay pasti bisa menjadi ayah yang baik untuk anaknya.
Sunoo menghela napasnya dalam - dalam, matanya memejam untuk beberapa waktu. Setelahnya dia mencoba untuk menatap Jay lekat.
"Beri aku alasan mengapa kau ingin menikahi ku?"
"Sunoo, Aku tidak tahu harus memulainya dari mana, ini memang terlalu cepat untukku mengatakan cinta. Aku menemukanmu di saat aku benar-benar tidak ingin mencintai lagi. Setelah melewati beberapa waktu denganmu, hati ku menjadi lebih sering tidak terkendali. Aku ingin mengatakan yang sejujurnya padamu, bahwa awalnya aku memang menyukai mu karena kau mengingatkan ku akan seseorang. Kau dan dia memiliki banyak kesamaan. Kalian adalah orang yang terlihat keras namun rapuh di waktu yang bersamaan. Sunoo, ku akui aku menolong mu waktu itu karena aku seperti melihat dirinya dalam dirimu. Namanya Jungwon, dia kekasih ku yang sudah meninggal. Kau tau penyebab kematiannya, Sunoo?"
Sunoo menggeleng, dia bisa melihat mata elang lelaki di hadapannya mulai berkaca - kaca. Jelas ada kegetiran dihatinya.
"Dulu hasrat muda ku begitu menggebu, sehingga aku sering kali melakukan banyak hal nakal. Termasuk dalam hal seks. Aku dan Jungwon masih SMA, tapi karena gejolak masa muda, kami berani melakukan hal yang tak seharusnya. Dan perlu diketahui, bahwa Jungwon juga seorang interseks, sama sepertimu. Suatu hari dia datang memberi tau ku bahwa dia tengah mengandung. Aku yang saat itu masih terlalu muda tak bisa menerima kenyataan. Aku mulai mencampakkan Jungwon, memintanya untuk mengugurkan kandungan. Aku benar - benar menjauh dan tak memperdulikannya lagi hingga malam itu aku mendapat kabar bahwa dia sudah meninggal. Dia meninggal karena meminum banyak obat yang menyebabkannya overdosis. Itu adalah awal dimana penyelasalan ku yang tak berujung ini dimulai. Sampai suatu hari, dalam perjalanan ku pulang, aku menemukan seorang bocah yang juga berniat bunuh diri. Kala itu aku membawamu tanpa berpikir apapun, tapi setelah beberapa waktu aku merenung, aku merasa mungkin Tuhan ingin aku menebus kesalahan ku di masa lalu dengan menjagamu. Jadi aku memutuskan untuk merawat dan menyayangimu, Sunoo. Namun seiring berjalannya waktu rasaku menjelma menjadi cinta yang menerimamu tanpa syarat. Lihatlah lebih lama kedalam mataku, kau akan menemukan banyak cinta disana untukmu, Sunoo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother_in_Law (Sungsun)
RomanceKim Sunoo memiliki kepribadian yang gelap dan suram, saudara perempuannya yang cantik dan lembut adalah satu - satunya cahaya dalam hidupnya, tetapi iblis itu tiba - tiba muncul dan mencuri cahayanya, membuatnya menjadi gila. Bagaimanapun, dia tida...