24

1.7K 234 16
                                    

Langit gelap, kilat menyambar, halilintar menggelegar. Tak terelakkan, air hujan mengucur dengan derasnnya, membasahi setiap benda yang berada di bawahnya.

Lelaki itu berdiri tegak dengan wajah menantang langit. Kedua tangannya terentang keatas. Rambutnya beriap mengikuti arah sang bayu. Derai tawa yang sebenarnya mirip lengkingan keluar dari bibirnya mengiringi gemuruh air hujan.

Lelaki itu, Sunghoon berjalan tanpa arah membelah hujan di tengah malam. Setelah sebelumnya Jay datang dan memberinya kabar tak terduga.

'Kami akan menikah.'

Tiga kata yang terucap dari mulut Jay telah berhasil menghancurkannya seketika.

Langkahnya gontai, tubuhnya bergetar hebat, sedangkan hujan turun semakin deras. Sebanyak itu jugalah air mata yang Sunghoon tumpahkan.

Jika ini adalah Sunghoon yang dulu, dia hanya akan menculik dan membawa Sunoo ke tempat yang jauh dari siapapun, menyimpannya untuk dirinya sendiri.

Tapi sekarang berbeda. Sunghoon sudah tak seberani dulu. Dia takut Sunoo akan semakin membencinya jika dia melakukan hal - hal seperti itu. Terlebih, dia tak ingin keegoisannya menyebabkan luka untuk Sunoo lagi. Dia tak ingin Sunoo merasa tak bahagia dibawah tekanannya.

Tadinya, dia berharap Jay akan berbesar hati dan memberinya kesempatan untuk memiliki Sunoo dan mendekatinya lagi dari awal, dengan cara yang jauh lebih baik dari apa yang sudah dia lakukan dulu. Namun rupanya Jay memiliki tekad yang sama juga untuk memiliki Sunoo.

Setelah berkilo - kilo meter dan berjam - jam Sunghoon berjalan, dia berdiri dan menatap rumah putih di hadapannya.

Tubuh menggigil nya memasuki gerbang rumah itu. Tangannya memencet bel kala dia sudah berada di depan pintu utama.

Tak berselang lama pintu terbuka, menampilkan sosok lelaki manis dengan perut besarnya.

Sunghoon menatapnya dengan senyum hangat yang terulas dibibir nya yang sudah memucat. Berbanding terbalik dengan sosok di depannya yang justru memandang terkejut.

"Kau? Dari mana kau tau aku tinggal disini?"

"Sunoo..."

"Pergilah! Suamiku sedang lembur. Aku tak ingin dia salah paham nantinya."

"Kenapa harus berbohong padaku?"

"Apa?"

"Kau belum menikah. Dan anak itu, dia ... Anakku."

"Aku tidak berbohong. Tapi jika kau tak percaya, aku tak perduli. Pergilah!"

"Sunoo.. bisakah kita bicara sebentar?"

"Tidak!" Sunoo hendak menutup pintu sebelum Sunghoon bersimpuh ke lantai dan memeluk kakinya.

Ini adalah kali kedua Sunghoon berlutut di bawah kaki orang lain, yang pertama dia lakukan pada Jay, lalu ini adalah yang kedua, dan alasan yang membuatnya berlutut masih sama.. Sunoo.

"Untuk yang terakhir kali, aku janji."

Sunoo bergeming, dia tak tau harus bagaimana menghadapi situasi ini.

"Setelah sekian lama kita tidak bercengkerama, untuk malam ini saja bolehkah aku meminta sesuatu darimu? Aku ingin merebahkan kepalaku di pundakmu. Aku ingin melepaskan penatku di bahumu. Aku ingin menumpahkan sedihku pada rengkuhan pelukmu. Aku ingin merasakan hangatnya genggaman tanganmu. Aku ingin mendengarkan merdunya suaramu. Aku ingin mengelus perutmu, dan aku ingin berbicara dengan anakku. Aku minta, izinkan aku merasakan semua itu sekali saja... Untuk malam ini, Sunoo."

Sunoo kembali terkejut saat Sunghoon mulai tersedu sambil memeluk kakinya. Sunoo berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan Sunghoon.

"Jangan seperti ini ... Kenapa kau menjadi selemah ini? Dimana si iblis Sunghoon yang brengsek itu?"

Brother_in_Law (Sungsun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang