VAA Bab 11

5.2K 626 49
                                    

Balkon sekolah salah satu tempat favorite Mazaya. Sekarang gadis itu berada di sana, merebahkan tubuhnya pada salah satu bangku panjang yang memang salah satu fasilitas balkon.

Sudah seminggu ia lewati di sini, akan tetapi apa yang ia ketahui dan apa yang terjadi sangat berbeda. Sepengetahuannya cerita novel My True Love tidak seperti ini. 

"Demi apa si Devil udah balik?"

"Lo kira gue segila itu apa berani bawa-bawa nama dia kalau lagi bercanda?"

"Mana gue tau. Tapi buset cepet banget yak, dia baliknya. Perasaan sekolah kita baru aja merasakan kedamaian, eh nggak lama si setan udah balik aja."

"Lama pala lo! Sebulan anjir dia izin berobat. Menurut lo dia sakit apaan?"

"Kalo lo tanya gue, tanpa ragu gue bakal jawab sakit jiwa!"

"Sstt... jangan keras-keras mulut lo, di bacok David, baru tau rasa."

"Ya maap, emang dasarnya mulut gue toa. Btw, gue jadi rada merinding tau. Menurut lo korban selanjutnya siapa?"

"Ck, korban apaan? lo percaya rumor itu? David emang gila, tapi seenggak warasnya tuh orang nggak mungkin bunuh orang kan?"

Kedua wanita tersebut saling menatap seakan jawaban mereka sama, kemudian melebarkan langkah pergi dari sana. 

Mazaya dengar semuanya. Tak satupun percakapan mereka luput dari indra pendengarannya. Beberapa hari lalu, ia pernah mendengar gosip di kantin. Mereka yang bergosip sering mengatakan David gila, psikopat, nakal, bar-bar, pokoknya yang negatif semua di lontarkan untuk menggambarkan laki-laki itu. 

Sebelum David berobat keluar negeri, salah satu siswi Hapan Bangsa ditemukan tewas akibat bunuh diri, siswi itu katanya pacar dari laki-laki itu. Menurut rumor yang beredar mereka berdua pacaran baru dua minggu—backstreet

Lo harus ekstra hati-hati sama David. Dia orang berbahaya. 

"Kenapa? kayaknya kalian pernah deket, sampe dia meluk lo dan sok mau ngelindungin lo gitu." Mazaya membalas.

Hubungan kita nggak seperti spekulasi lo. Beberapa waktu lalu sebelum lo merasuki tubuh gue, gue nggak sengaja mengetahui rahasia dia, sejak saat itu gue merasa di awasi. Tapi untungnya gue masih selamat. Intinya sebisa mungkin lo menghindari David. 

"Kalau hubungan kalian nggak seperti apa yang gue pikirkan, kenapa tiba-tiba dia dateng meluk gue? Gue hampir mengira David punya rasa sama gue," kata Mazaya masih mencerna.

Gue juga bingung, tapi gue rasa itu bukan bentuk simpati dia. David bukan tipe sesederhana itu. 

"Terus dia laki-laki kayak gimana?" tanya Mazaya namun tak ada balasan dari pertanyaanya.

Keingintahuan Mazaya tentang David sangat besar. Semakin ia penasara semakin besar daya tariknya. 

▪︎▪︎▪︎

Brukk....

Gadis itu terbanting, membentur dinding ruangan. Merasa ajalnya sebentar lagi tiba. 

Hari ini memang sudah di perkirakan olehnya. Ia tenang manusia iblis di depannya ini memilih hari ini untuk menjemput ajalnya. Karena ia sudah mempersiapkan beberapa petunjuk untuk mengungkapkan kejahatan manusia tak berperasaaan itu. 

Menodong pisau ke arah gadis itu, membuat huruf A pada pipi gadis itu. Seragam Harapan Bangsa yang menutupi tubunya, di robek kasar, gadis itu kini telanjang seutuhnya. 

Ckrekk...

Sang pelaku memotret tubuh telanjangnya. Mengabadikan momen tersebut. Gadis itu menangis tak berdaya. Kabur pun tidak mungkin bisa. Senyum menyeramkan pelaku itu keluarkan, sambil berjalan mendekati gadis malang itu. 

"Karya Tuhan benar-benar mengesankan indahnya. Nggak heran banyak yang suka sama lo. Tapi sayang, sebentar lagi keindahan itu akan lenyap." Berdecak mengasihani perempuan lemah itu.

"Apa yang lo dapet dengan membunuh gue?" Di masa-masa kritis seperti ini, gadis itu masih bisa memberanikan diri bertanya. 

Kekehan terdengar, "Maybe, untuk memenuhi kepuasan hasrat gue?" Jari telunjuknya mencolek darah gadis itu yang bercucuran, dijilatnya sedikit darah itu. "Sweet, I like it."

Gila, pelaku itu benar-benar gila. Seketika sang gadis menyesali perbuatannya, tidak seharusnya ia mengetahui apa yang seharusnya tidak di ketahui orang lain. Gadis itu berharap setelah dirinya tidak ada lagi korban selanjutnya. 

"Mata lo, membangunkan napsu gue."

"Hmm... agaknya akan lebih epik kalo mata lo itu menjadi pajangan kamar gue. Good bye, my doll," kata sang pelaku mencokel bola mata gadis itu. 

Senyum sumringah pelaku itu tampilkan, memandang mainannya yang kini tak bernyawa. 

"Yang menurut orang lain mempesona, akan musnah di genggaman gue," ucapnya mengepalkan tangan penuh lumuran darah, tak lupa seringai mematikannya.

▪︎▪︎▪︎

Seperti keramaian kantin pada umumnya, kantin Harapan Bangsa tak menyisakan satu bangku kosong. Beruntungnya Mazaya mendapatkan salah satu bangku tersebut. Gadis itu memutar-mutar sedotannya, bosan. Meskipun bosan otak kecilnya masih berkerja. 

Sampai sekarang gadis itu tidak tau fungsinya ia datang ke dunia novel yang menurutnya sama sekali tidak ada konflik mengerikan. Novel ini hanya menceritakan kehidupan remaja pada umumnya, monton tapi tidak terlalu monoton. 

Keasyikan melamun Mazaya tidak sadar teman makannya tadi sudah berganti. Bola mata gadis itu membulat seperti bola basket. 

Laki-laki itu melirik ke arahnya seolah bertanya, tidak boleh kah ia duduk di sini?

Tetapi masalahnya tatapannya itu seperti ingin membunuh orang. Tak peduli mau lansia, muda , anak-anak, pejabat sekaligus bisa mengartikan tatapan itu tatapan mnyeramkan yang pernah mereka temui. Mazaya tidak menghiperbola, laki-laki itu diam saja sudah mengeluarkan aura mencekam. 

"Lo mau makan gue?" tanya laki-laki itu dengan suara berat miliknya. 

"Itu mah lo, lo mau makan orang-orang?"

Laki-laki itu menaikkan salah satu alisnya. "Maksud lo?"

"Tatapan lo itu bisa menimbulkan persepsi nggak masuk akal. Lo nggak pernah belajar gimana caranya menatap lawan bicara lo sesopan mungkin?" 

"Apa pentingnya sopan santun, kalau semua manusia punya sisi binatang," timpal David, memasukkan nasi goreng ke dalam mulutnya. 

"Ralat, nggak semua manusia jahat. Masih banyak kok manusia baik di dunia ini, kek gue contohnya," kata Mazaya menunjuk diri sendiri, entah dari mana perempuan itu mendapatkan kepercayaan diri. Mungkin akibat terlalu banyak bergaul dengan Ankara. 

Laki-laki itu mengeluarkan smirknya, "Sebaik-baiknya orang, mereka tetap punya sisi gelap. Orang yang dikira bak malaikat, lebih menyeramkan dari pada orang yang memiliki label iblis."

"Lo mau tau sesuatu? bentar lagi kepala sekolah bakal mengumumkan kematian salah satu siswi," lanjut  David merendahkan intonasinya, memberi tahu Mazaya sembari mengedipkan salah satu matanya.

▪︎▪︎▪︎

Sampai bab ini boring nggak sih, cerita ini?






















Voice and ActingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang