Lemas, letih, lesu, lelah itulah yang di rasakan Raksa malam hari ini. Selesai shooting Choose Your Love, laki-laki itu lanjut merekam vidio podcast di rumah teman selebritinya.
Waktu luang temannya hanya di malam hari seperti ini, karena kebetulan temannya itu malam ini masih senggang makanya mereka take vidionya malam ini.
Menaiki anak tangga rumahnya, Raksa menyempatkan diri ke kamar sang mama. Lewat pintu kamar Raksa mengintip mamanya yang sudah terlelap. Ayahnya tidak ada di rumah, beliau pergi ke luar kota, urusan bisnis, kurang lebih empat hari lagi beliau baru pulang ke rumah.
Tangan kanan Raksa laki-laki itu taruh di atas kening mamanya, mengecek suhu tubuh perempuan yang melahirkannya. Dari kemarin malam mamanya demam, agaknya sekarang pun masih sama, badan beliau masih panas.
Menaruh jaketnya di atas meja rias kamar mamanya, Raksa pergi mengambil handuk kecil dan ember kecil berisikan air guna mengompres mamanya. Ketika melewati kamar saudaranya laki-laki itu mendengar suara saudaranya sedang mengobrol dari dalam. Ia pun mengetuk pintu kamar saudaranya.
"Kenapa?" tanya saudara Raksa membuka pintu, mendengar pintu kamarnya di ketuk malam-malam.
"Belum tidur?"
"Kelihatannya? Lo sendiri kenapa belum tidur, baru pulang?" Giliran saudaranya yang bertanya, di angguki Raksa sebagai jawaban.
"Nggak langsung tidur?"
"Barusan ke kamar mama, suhu badan mama belum turun. Gue mau kompres dulu sebelum tidur," kata Raksa menunjukkan ember kecil yang barusan ia bawa dari dapur.
"Oh, gitu... Sini embernya, gue aja, lo mending istirahat. Besok sekolah," ujar Saudaranya menawarkan bantuan.
"Gak papa? Besok lo bukannya berangkat awal jam setengah enam. Lo jadi ikut sukarelawan, kan?" Raksa hanya memastikan saja. Sewaktu sepulang sekolah saudaranya ini mengatakan padanya bahwa mulai besok ia tidak bisa merawat mamanya yang sedang sakit dikarenakan akan mengikuti acara sekolah.
"Santai, gue bisa tidur di perjalanan," jawabnya, mengambil alih ember kecil itu dari Raksa.
"Makasih ya Sagara, gue duluan ke kamar, mau istirahat. Lo juga, selesai ngompres mama langsung tidur," amanat Raksa di akhir kalimat lalu tersenyum tipis kepada saudara tirinya.
•••
Dua puluh siswa siswi perwakilan kelas berkumpul, mereka masuk ke dalam bus.
Mazaya mencari keberadaan Lula, namun ketika ia menemukannya ternyata Lula sudah duduk bersama Andra. Terpaksa Mazaya mencari kursi kosong lainnya. Matanya menemukan dua kursi yang kosong. Pertama di sebelah Pak Bambang dan yang satunya di sebelah David.
Laki-laki itu sengaja menantapnya seolah tatapannya itu mengatakan, lo mau duduk sama pak Bambang?
"Ngapain ke sini?" David menaikkan alisnya, sok bertanya.
"Menurut lo? Minggir, gue mau duduk di deket jendela," usir Mazaya.
David menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Perempuan ini seenaknya sekali, datang-datang langsung mengusirnya dari tempat awalnya. Tidakkah Mazaya melihat kursi sebelahnya itu masih kosong, kenapa nggak duduk di situ aja.
"Duduk tinggal duduk, ini kursi masih kosong," ujar David menepuk-nepuk kursi di sebelahnya.
"Gue kalau nggak duduk deket jendela ntar mabok," ungkap Mazaya melirihkan suaranya supaya tidak kedengaran yang lain.
Jujur Mazaya malu mengatakannya, dia sudah besar, namun masih saja mabok darat, satu-satunya cara supaya ia tidak mabok ya duduk di dekat jendela, melihat pemandangan jalan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Voice and Acting
FantasiPernah nggak sih kalian nge-ship in karakter novel tapi akhirnya sad ending? Kalau pernah kalian termasuk satu spesies bareng Mazaya. Mazaya penggemar garis keras Couple Gitar, singkatan Gista Sagara. Mereka berdua tokoh fiksi yang Mazaya harap bers...