VAA Bab 9

5.7K 746 31
                                    

Keramaian butik tak membuat Ankara melepas genggaman tangannya. Laki-laki itu betah sekali mengenggam tangan mungil milik Mazaya, seperti takut gadis itu diculik sekumpulan preman-preman gendut. Mereka berdua kemari berniat mencari gaun untuk Mazaya gunakan saat pesta dansa besok malam.

Jika kalian bertanya siapa biangkerok yang mengajak Mazaya datang kemari, tentulah Ankara jawabannya. Selepas pulang sekolah laki-laki itu langsung menarik paksa Mazaya masuk ke dalam mobil putih kepemilikannya, Mazaya pasrah karena gadis itu mengira laki-laki itu mau mengantarnya pulang seperti biasa. Namun nyatanya Ankara malah memberhentikan mobilnya di depan butik ini.

Pelanggan butik yang menyaksikan pun mengarahkan kamera ponsel mereka kepada Ankara dan Mazaya. Ankara sudah terbiasa dengan hal itu, berbeda dengan Mazaya, dia menundukkan kepala supaya wajahnya tidak tertangkap kamera ponsel para pengunjung.

"Tuan Ankara dan Nona Mazaya, selamat sore, mari ikuti saya. Nyonya Rosalinda sudah menunggu," sambut pelayan butik.

Kedua anak manusia itu mengekori sang pelayan masuk ke dalam ruang VIP.

Pintu terbuka, netra Mazaya langsung tertuju pada perempuan cantik yang menggunakan gaun biru sepanjang lutut. Perempuan itu mendekat kearahnya kemudian memeluk Mazaya.

"Ya ampun sayang, akhirnya kalian dateng juga," ucapnya di pelukan Mazaya.

Ankara hanya diam, laki-laki itu memilih mendaratkan bokongnya di atas sofa panjang. Jika saja ini bukan perintah, laki-laki itu pasti tidak akan membawa Mazaya menginjakkan kaki ke butik yang ia benci.

Ya, laki-laki itu membenci tempat ini, terutama si pemilik butik-Rosalinda Megasari.

Rosalinda Megasari, perempuan yang sedang memeluk Mazaya menggunakan gaun biru sepanjang lutut itu merupakan ibunya, sialnya lagi ibu kandungnya. Seorang ibu kandung yang membuang anaknya sendiri ketika sang anak berusia sepuluh tahun. Demi karir, perempuan itu menelantarkan anaknya di depan pintu panti asuhan.

Selama beberapa tahun Ankara tinggal di panti asuhan. Ibunya merintis karir sebagai artis, sedangkan ayahnya pergi keluar negeri bersama keluarga barunya yang sekarang berada di London, Inggris.

Butuh waktu enam tahun laki-laki itu membuktikan kemampuannya tanpa figur ayah dan ibu. Kehidupannya di panti asuhan tidak lah menyenangkan. Sering menyendiri dan tidak mau bergaul bersama anak-anak lain itulah dirinya tujuh tahun silam. Ibunya datang menemuinya saja ketika ia berumur enam belas tahun.

Anak dan ibu itu bertemu kembali setelah enam tahun lamanya bertepatan sang anak memenangkan artis pendatang baru terbaik. Dari situlah sesekali sang ibu mengunjung anaknya di lokasi shooting.

Ingat, wanita itu hanya mengunjungi anaknya di lokasi shooting ketika banyak sepasang mata yang melihat. Rosalinda tidak pernah menemuinya secara pribadi layaknya seorang ibu yang memang mau meluangkan waktunya bersama sang anak.

Dari situlah Ankara berpikir bahwa ibunya hanya memanfaatkan ketenarannya saja. Namun bodohnya masih ada rasa senang di hatinya. Setidaknya ia masih bisa merasakan kasih sayang seorang ibu, meskipun palsu.

"Ankara sini dong, jangan diam di situ terus. Ayo foto bareng, mumpung ada Mazaya," ajak Rosalinda pada anaknya. Ankara mau tak mau menuruti ibunya, foto bersama. Foto mereka bertiga pun langsung di upload Rosalinda lewat akun sosial media pribadinya.

"Liat, nih, penggemar kalian pada seneng dapet asupan kayak gini." Rosalinda membaca sekilas komentar di kolom foto tersebut. Pengikut akunnya perlahan-lahan menambah, kesenangan wanita berkepala empat itu tentu saja berlipat ganda.

Mazaya hanya memasang senyum tipis menanggapi hal itu. Tidak mungkin kan gadis itu berbicara yang sejujurnya, bahwa ia muak dengan penggemar cp mereka.

"Kamu, tolong bantu calon menantuku memilih gaun paling catik yang ada di sini, ya. Pokoknya malam pesta dansa besok nggak boleh ada perempuan mana pun yang bisa mengalahkan kecantikkannya." Roslinda menunjuk salah satu pelayan.

Mazaya mengernyitkan dahinya mendengar penuturan 'calon menantu' dari mulut Rosalinda, tetapi ia tidak mengajukan protes karena gadis itu berpikir mungkin saja hanya sebuah candaan.

Dipandu pelayan Mazaya menerima dua gaun yang dirasa pelayan tersebut cocok ia kenakan. Ia pun masuk kedalam ruang ganti, dan memakai gaun pilihan pelayan tersebut.

Pelayan itu tidak salah memilih, gaun ini memang cantik, hanya saja di bagian pundak gaun ini sedikit terbuka, dan ia merasa kurang nyaman.

"Cantik, lo cantik pakai gaun itu," puji Ankara dari belakang punggungnya.

Mazaya membelakkan matanya. Bagaiaman bisa laki-laki itu masuk tanpa sepengetahuannya. Jangan bilang laki-laki itu sudah ada di sini ketika ia mengganti bajunya. Astaga, seandainya benar ia melihat auratnya dong?

"Sejak kapan lo di sini?" tanya Mazaya panik.

Laki-laki itu tertawa kecil sebelum menjawab, "Baru aja, ya kali gue mau liat lo bugil. Tanpa gue liat pun gue udah tau lo tepos," katanya dengan nada mengejek, mengganti kepanikan Mazaya menjadi amarah.

"Tepos tepos begini, banyak yang suka sama gue," timpal gadis itu sinis.

Ankara masih berdiri di sana sambil mengangkat bahunya tak peduli, laki-laki itu juga tak membalas perkataan Mazaya.

Berjalan perlahan mendekati Mazaya, Ankara menyamakan bibirnya dengan daun telinga Mazaya.

"Lo mau taruhan nggak? kalau lo pakek gaun ini, lo milik gue, kalau lo pakek gaun lain besok malem berarti, nggak ada yang berubah," bisik laki-laki itu.

▪︎▪︎▪︎

Membolak-balik halaman buku yang dipegang, seorang laki-laki memutar otaknya. Laki-laki itu membuka halaman dua.

Malam itu Mazaya menjadi pusat perhatian seluruh murid Harapan Bangsa. Gaun merah mudanya sangat indah, perempuan itu bak putri dongeng versi dunia nyata. Pandangan Raksa selalu tertuju pada wanita itu, seperti ada magnet di sana. Senyum laki-laki itu tercetak jelas, ia bersyukur Mazaya menggunaka gaun pemberiannya.

Air mata mengalir membasahi pipinya. Mazaya tak pernah mengira melihat laki-laki yang masih dicintainya berciuman dengan perempuan lain. Hatinya sakit sekali. Mazaya akui ialah sumber masalahnya, seharusnya dua tahun lalu ia tidak memaksa putus dari laki-laki itu. Mazaya pikir dengan mencoba mengejar-ngejar Ankara seperti orang gila bisa membantunya melupakan laki-laki yang pernah ia cinta. Ternyata tidak. Mazaya masih mencintai Raksa.

Seringai laki-laki itu keluarkan selesai membaca paragraf pertama halaman dua. Ternyata ia memiliki bakat menulis novel. Ia pun melanjutkan bacaannya sampai paragraf terakhir halaman dua

Beberapa kejadian aneh yang diceritakan waktu itu semua bisa nyata atau sebaliknya

▪︎▪︎▪︎

Sampai sini ada nggak yang bingung sama cerita ini?

Kalau ada sini aku bantu jelasin.

Voice and ActingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang