Bab 14

3 1 0
                                    

"Bakso satu ya bang," triak Rin saat memasuki warung bakso yang berjualan di pinggir jalan itu.

Menenangkan hati sambil makan Bakso itu memang menyenangkan, apa lagi suasana sedikit mendung.

Rin langsung duduk di bangku yang tersedia di sana, yang tak jauh dari gerobak Abang bakso itu.

Di sana sudah tersedia meja dan kursi untuk pelanggan yang ingin makan bakso di tempat.

"Makan sini mbak?" Abang bakso itu mendongak ke arah Rin.

Rin mengangguk sembari mengibaskan tangannya.

Karena Abang bakso itu sudah mengangguk untuk mengiyakan pesanan Rin, Rin pun kembali menghadap ke arah depan. Ke arah jalanan yang sedikit ramai sepedah motor.

Rin menghela napasnya pelan. Tak sadar baksonya sudah datang sangat cepat. Karena memang saat itu lagi tidak ada pembeli selain Rin itu sendiri.

"Bang, baksonya dong dua, di bungkus, sambelnya di pisah." Satu cowok tiba tiba datang sembari mencungkan dua jarinya.

Rin yang ingin menuangkan sambel ke dalam mangkok baksonya itu menoleh ke asal suara. Rasanya ia mengenal suara ini.

"Loh Tupai, udah pulang lu?" Cowok itu tiba tiba beranjak duduk di samping Rin.

Rin terkejut, ada Ben di sebelahnya. Cowok yang berpakaian jaket abu abu dengan celana warna hitam itu tersenyum tipis ke arah Rin sembari melihat isi bakso Rin.

"Loh? Kok lu ada di sini? Bukannya lagi sakit?" Tanya Rin binggung.

Ben membulatkan matanya emosi.
"Yaelah Tupai gua cuma sakit, gua masih kuat jalan, cuma gak kuat mikir pelajaran aja, makanya gua gak masuk, ngertiin lahh."

Rin memincingkan matanya.
"Oh ya? Gua pikir sakit bohongan, biar bisa bolos sekolah." Rin memalingkan wajahnya ke arah lain. Ia ingin menikmati baksonya ini segera mungkin.

Tanpa aba aba Ben tiba tiba meraih tangan Rin dan langsung menempelkannya kepada jidat Ben.

"Percaya gak sekarang?" Tanya Ben serius.

Rin terkejut, memang suhu tubuh Ben sedikit panas. Rin berkedip beberapa kali melihat wajah Ben yang tenang itu.

Ben melepaskan tangan Rin dan beranjak berdiri.

"Nih baksonya." Abang bakso itu menyerahkan satu bungkus berisi dua bakso itu kepada Ben.

Ben merogoh saku jaketnya dan menyerahkannya dua lembar uang warna ungu itu kepadanya.

Ben lantas langsung melirik Rin.
"Tupai, lo tumben diem aja kali ini? Sakit juga kah?" Binggung Ben.

Biasanya Rin akan selalu banyak bicara, tapi kali ini gadis itu sedikit terlihat murung dan tidak bersemangat.

Di lihat dari raut wajahnya juga Rin seperti orang yang baru saja terkena masalah.

Rin memalingkan wajahnya.
"Stres aja gara gara pelajaran di sekolah tadi." Jawab Rin asal.

Ben menghela napasnya lega. Ia mengelus dadanya, dia pikir kenapa gitu.
"Gua pikir kenapa, ya udahlah kalo gitu, gua bal....."

"Duduk dulu dong, gak usah buru buru, gua mau ngomongin," pinta Rin saat Ben hendak berbalik.

Ben menoleh binggung ke Rin, ia menggaruk kepalanya heran, namun ia tidak banyak tanya, ia langsung duduk di kursi dekat Rin.

Rin masih tidak kunjung makan baksonya. Ben menopang dagu sembari memperhatikan Rin.

"Makan Tupai, udah dipesen juga baksonya!" Suruh Ben.

Rin menoleh sekilas.
"Lo kemarin ketemu Jolie ya?" Tanya Rin hati hati.

Ben menarik satu alisnya.
"Maksud lo pas pulang sekolah?"

Rin mengangguk.
"Lo juga kasih Hoodie hitam lu ke Jolie ya?"

"Enggak sih, cuma itu buat tangannya gak kotor aja karena megang kucing."

Rin mendelik.
"Kucing?"

Ben mengangguk.
"Iya, kemarin pas pulang sekolah gak sengaja lihat anak kucing yang hampir tenggelam jadi gua selametin deh."

Rin tersenyum kecil.
"Jadi ini alasannya lu jadi sakit?"

Ben tertawa.
"Enggak juga sih."

Rin kembali serius.
"Lo tau kan, Jolie suka sama lu?"

Ben kembali tertawa.
"Ngaco, cewek kek dia mana suka sama gua, masih gak percaya aja hahahah."

Rin mengut mangut.
"Dia tuh tertarik sama lo, tau kenapa?"

Ben tertawa lagi.
"Dari pada ngomongin ini, mending lo makan aja deh Tupai, gua mau balik, udah ditunggu orang rumah."

Ben beranjak berdiri.

Rin menoleh ke arah Ben.
"Lo besok masuk?"

Ben berfikir panjang.
"Mungkin?"

"Mau berangkat bareng gak? Sekalian gua mau kasih tau pr apa besok."

***

"Ema, mau kasih aku sesuatu hal enggak?" Jolie tiba tiba bertanya.

Gadis yang bertubuh tinggi itu dengan Hoodie hitam dan rambut yang terkuncir satu tengah berselenden di tembok sembari menunggu Ema yang sedang menyapu kelasnya.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit lalu, karena besok adalah jadwal piket Ema makanya Ema memutuskan untuk piket pake jam terakhir saja, biar besok enggak terlalu buru buru untuk berangkat sekolahnya.

Ema yang masih menyapu itu langsung menghentikan kegiatannya, ia menoleh binggung.

"Heh?"

Jolie tersenyum tipis dengan kedua tangan yang terlipat di dada.
"Kasih tau aku alamat rumah Ben dong!"

"Kamu mau apel kah?"

Apel itu adalah istilah tentang orang yang ingin mendekati orang yang ia suka. Ya begitulah intinya.

Jolie menarik satu alisnya. Tidak ingin terlihat bego di mata Ema.
"Enggggakkk!"

Ema tersenyum mengejek.
"Ahhhh, tenang aja nanti ku kasih kok, atau sekarang mau ke sana? Boleh juga, sekalian jenguk dia," kata Ema sembari melanjutkan menyapu.

Jolie terkejut.
"Ben sakit?"

Ema mengangguk.
"Betull, gimana? Mau jenguk dia?"

Jolie menimbang nimbang. Sepertinya ini adalah ide yang bagus untuk dia semakin dekat dengan Ben.

Jolie langsung mengangguk setuju dengan senyumannya yang mengembang.
"Okeh!"

To be continued

About You✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang