Bab 15

4 2 0
                                    

"Heran ya, kita satu daerah tapi gak pernah berangkat bareng," kata Rin.

Ben garuk garuk kepalanya sembari tertawa kecil. Memang Ben dan Rin tinggal di darah yang sama, namun Ben juga baru mengenal Rin waktu kelas sepuluh. Itu pun deket juga baru kelas dua belas.

Tadi Rin tiba tiba mengajak Ben pulang bareng selepas dari mereka dari beli bakso.

Ternyata rumah Ben hanya beda belokan dari rumah Rin. Lumayan dekat sih, tapi kenapa mereka baru kenal sekarang ya?

Jawabannya cuma simpel. Sejak dulu Ben itu selalu betah di kamar, hanya untuk maraton anime atau membaca novel dan komik yang ia koleksi dari jaman SD.

Cowok itu jarang sekalih keluar rumah, keluar rumah itu pun cuma hanya karena tugas sekolah, kalo gak ya gak bakal keluar rumah. Mungkin gempa pun gak bakal keluar rumah beliau ini.

Tipe cowok yang enggak akan menghabiskan uangnya untuk foya foya di luar, tapi menghabiskan uangnya untuk mengoleksi kesenangannya, seperti novel, komik dan beberapa koleksi lainnya.

Kalo Rin mah, dari SMP sudah pinter bergaul, temennya banyak sana sini, walau tampang kek berandal, tapi Rin ini pinter Matematika, makanya anak dari sekolah lain bisa kenal dia, karena sering ikut lomba sana sini.

Hal itu lah membuat keduanya tidak bisa saling dekat walau rumahnya sangat berdekatan.

Beda pemikiran lah.

Rin menoleh ke arah Ben yang menenteng satu kresek putih berisi dua bungkus bakso.

Rin kali ini mencoba untuk mampir ke rumah Ben, sapa tau dia kenal dengan orang tua Ben di rumahnya nanti, siapa tau juga bisa dekat.

"Beli bakso dua banget, buat siapa saja?" Tanya Rin basa basi.

Ben menoleh membuat Rin memalingkan wajahnya ke arah depan.

"Buat aku sendiri, memangnya kenapa? Gak boleh kah?"

Rin ingin sekalih tertawa.
"Anjir ya lu, gua pikir sekalian mau beliin buat siapa gitu, eh taunya beli dua buat diri sendiri." Rin geleng geleng tak percaya dengan sifat Ben ini.

Ben tertawa, memang ya rasanya kalo makan bakso satu mangkok itu masih kurang pengennya nambah lagi.

Tapi enggak juga sih, mungkin cuma Ben doang.

"Emang lo mau? Tapi kan lo udah makan tadi sana," kata Ben.

Rin tertawa receh.
"Yah sapa tau lo mau nawarin gua makan lagi, ya gapapa tetep bakal gua abisin kok."

"Pede banget, agah ah, mulut gua pait gua pengen makan yang pedes pedes, pengen gua abisin nih Bakso sendiri." Ben menujuk baksonya semangat.

Rin mengeleng tak percaya.
"Udah minum obat ya?"

Ben cuma berdehem.

Rin bertanya banyak tentang Ben namun langkah mereka terhenti karena di depan rumah Ben ternyata ada seseorang yang mungkin dari tadi sudah berada di sana. Sedang clingak clinguk mencari sesuatu.

Satu orang mencurigakan tengah berdiri di sana. Ia memakai Hoodie hitam yang menutupi seluruh tubuhnya jadi Ben atau pun Rin tidak mengenalinya.

Ben langsung berteriak.
"Woy ngapain lo?"

Sontak Ben langsung lari arah kerumahnya.

"Mau mal....eh.."

Ben terkejut kita sampai di depan orang misterius tersebut.

"Jolie? Ngapain lo di sini?" Triak Rin terkejut melihat Jolie ada di sana.

Jolie menghela napasnya karena ia di triaki seperti ini. Hal ini tidak pernah terjadi kepadanya tau.

"Kenapa? Gak boleh ya aku dateng?" Tanya Jolie dan bibir sedikit di manyunkan karena kesal. Padahal ia sudah ribet ribet mau ke rumah Ben.

Rin memincingkan matanya.
"Mau jenguk Ben kah?" Tanyanya dengan nada tak suka.

Ben sontak menoleh kaget ke arah Rin.

"Eh," Celetuk Ben. Ben menoleh lagi ke arah Jolie.

"Jolie serius jenguk gua? Baru aja gak masuk sehari," Batin Ben.

Beberapa menit kemudian, Ben menyadari sesuatu dari penampilan Jolie.

"Loh itu kan punya ku!" Tujuknya pada Hoodie yang dikenakan Jolie.

Jolie memperhatikan penampilannya.
"Iya, kan kamu yang kasih, kemarin," kata Jolie enteng.

Rin memutar bola matanya malas.
"Yaelah."

Ben geleng geleng tak percaya. Padahal Hoodie itu untuk alas kucing biar Jolie gak kotor tangannya saat megang.

"Tapi itu kan kotor, bekas kucing yang kemarin," kata Ben binggung. Ia takut aja Jolie risih karenanya.

Jolie tersenyum tipis.
"Udah ku cuci kok, lagian sayang banget kalo Hoodie sebagus ini dibuang kan?"

Ben mengaruk kepalanya.
"Iya juga sih, tapi...."

"Kamu enggak mau ya Hoodie kamu ini ku pake?"

Ben kaget, ia sontak mengeleng kuat.
"Enggak enggak bukan gitu maksud ku, cuma ya, anu itu gimana ya, pokoknya mah aku takut aja kamu gak nyaman pakenya, karena bekas kucing yang kecemplung selokan."

Jolie menghela napasnya.
"Kamu pikir aku cewek apaan, aku gak mungkin sejijik itu kali."

Jolie membatin dalam hati.

"Kamu mikir aku kek gitu ya Ben?"

Ben menghela napasnya, mencoba untuk tenang.
"Maaf."

Jolie menepuk jidatnya tak percaya.

"Kurang ajar nih cowok," umpat Jolie dalam hati.

Sementara Rin masih saja memperhatikan gerak gerik Jolie.

Ia sangat mengidolakan gadis itu, karena sifat baiknya kepada semua orang yang tidak pilih pilih.

Saat mengetahui ia menyukai Ben sedikit membuat dia syok. Namun ia masih ragu apa Jolie bener bener menyukai Ben apa tidak.

Makanya ia memutuskan untuk berteman dengan Jolie dan membantunya dekat dengan Ben.

Tapi rasanya makin ke sini Jolie bener memperlihatkan rasa sukanya terhadap Ben.

Rin menunduk sedikit mengepal tangan kuat.

"Kamu udah sembuh? Kok bareng Rin? Abis dari mana?" Tanya Jolie.

Rin langsung mendongak cepat. Ia buru buru menjawab sebelum Ben yang menjawab.

"Tadi cuma ketemu doang kok di jalan, lagian kita searah tempat tinggal." Kata Rin sembari tersenyum yang sedikit dipaksakan.

Jolie mengangguk percaya.

"Yah gua gak peduli juga sih mereka mau bareng atau apa kek, tapii ini Rin kok aneh ya?"  Jolie diam diam memperhatikan Rin lekat.

"Jangan bilang Rin suka sama Ben?"

To be continued

Hali kalian, makasih udah mau baca cerita ini huhuhuhu.

Jangan lupa vote juga yaaa terimakasih.

About You✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang