Bab 20

2 0 0
                                    

Target

|Jol, ini pulang ke rumah dulu ya

|Takutnya dicariin, gak baik pulang sekolah langsung main. Ganti baju dulu

Gua tau kok|

|Boleh kasih tau alamat rumah lo?

|Nanti gua jemput.

🙃 Enggak usah, aku aja yang ke rumah mu|


|Enggak, aku aja

|Mana buru sini?

Sending location* |

Jolie terdiam dengan sesekali menghela napasnya, entah kenapa Ben terlihat seperti entahlah Jolie juga tidak terlalu mengerti tentang itu.

Mungkin dia ingin jadi seorang laki laki yang baik untuk seorang wanita.

Memang seharusnya seperti itu kan?

Jolie melirik jam yang melingkar di tangannya, kini tepat pukul tiga sore, kemungkinan ia akan jalan sama Ben pukul setengah empat dan akan kembali mungkin paling lambat malam jam tujuan.

Bukan perkara mudah untuk minta ijin pulang jam segitu, apa lagi masih seorang pelajar.

Yah walau resikonya dimarahin orang tua, Jolie masih tetep kekeh ingin pergi bersama Ben.

Apa lagi mendengar tuturan Rin tadi pagi.

Apa benar Ben bakal nembak dia?

Jolie menyentuh dadanya tiba tiba. Rasanya ada gejok aneh dalam lubuk hatinya. Jantungnya juga berdetak tak karuan.

"Jolie, kemungkinan besar nanti Ben bakal pergi dengan baju yang sama kayak baju yang waktu dipake buat ketemuan dikafe, inget gak?"

Jolie menoleh ke arah Ema. Seperti yang diketahui, Jolie menyuruh Ema untuk mencari tau apa yang akan dipakai Ben kali ini.

Jolie mengangguk.
"Lupa lupa inget sih, yang ku tau dia peka Hoodie," kata Jolie sedikit tidak bersemangat.

"Hoodie Ben sudah kamu kembalikan?"

Jolie menarik satu alisnya. Ia jadi inget, waktu itu dia datang kerumah Ben untuk mengembalikan Hoodie yang ia pake, tapi malah kelupaan.

Jolie menepuk jidatnya tak percaya.
"Lupaaa!"

Ema mengulas senyum.
"Gapapa, coba nanti kamu pake aja tuh, cuma nonton doang, pake aja baju yang sederhana, gak usah yang ribet ribet," saran Ema.

Jolie mengangguk, memang sih, sepertinya juga Ben suka yang sederhana gitu.

"Nanti bakal ku pake deh, makasih sarannya," kata Jolie.

Ema sadar, Jolie sedang tidak bersemangat sekarang, namun ia tidak mau menanyakan kenapa, karena itu bukan urusan dia, takut saja Jolie malah kesinggung.

***

Ben melihat dirinya di pantulan cermin lemarinya, ia sedang tengah merapikan kemeja yang ia pake. Rambutnya yang ia olesi minyak menjadi sedikit berkilau dan rapi.

"Keputusan gua bener gak ya?" Tanya Ben memberhentikan aktifitasnya tadi.

Ia menunduk binggung. Rasanya kasian sekali melihat Jolie yang sepertinya ingin sekalih dekat dengannya.

Dalam satu sisi Ben tidak yakin Jolie mengintainya, karena belom ada di dunia ini yang ia tau, seorang gadis mengungkap perasaan kepadanya.

Di bilang bukan tipe seorang gadis gadis jaman sekarang membuat Ben lebih memilih gadis gadis fiksi dari pada yang nyata.

Ben sudah terlalu nyaman dengan posisi itu, tapi kini malah ada satu gadis cantik yang katanya menyukainya.

Apa Ben harus percaya?

Flashback Ben SMP KELAS 9

Suasana sedang tegang, angin hari ini entah kenapa berhembus sangat kencang. Membuat beberapa pohon bergoyang dan daun yang sudah kering berjatuhan dan berterbangan.

Satu siswi yang memakai baju seragam putih biru itu menatap binggung kearah depannya.

Rambut yang sedikit merah di ujung itu berhembus karena angin yang kuat. Ia menatap langit yang sudah mendung dan akan segera hujan.

"Kamu mau ngomong apa? Bentar lagi hujan loh, aku juga udah di tunggu temen ku di sana!"

Gadis itu menoleh ke belakang ke arah teman temannya yang sibuk kini sedang merekam ke arahnya.

Gadis itu menghela napasnya.
"Ayolah Ben, cepet ngomong!" Gadis itu menoleh kesal ke arah Ben yang tertunduk di depannya.

Ben tak berkutik, badannya kaku, ia takut melihat kearah depan.

"Anu-ittuuuu eee-"

"Cik, cepet deh," decak gadis itu sembari melipat kedua tangannya.

Ben menelan ludahnya. Lantas ia mendongak takut. Matanya merah ingin sekalih menangis, astaga kenapa ia setakut ini?

Ben menarik napasnya banyak kali. Gadis di hadapannya juga diam menunggu apa yang akan dikatakan Ben.

"Ku mohon jadilah pacar ku?"

Ben pikir hari itu bakal jadi jari bahagia dia, ingin sekalih punya pacar, apa lagi pacar itu orang yang kita cintai dari lama.

Ben suka dia dari kelas tuju, cinta monyet pikir Ben, tapi lama lama. Ben makin suka sama dia, hingga kelas sembilan.

Karena sudah mau lulus, Ben ingin sekalih mengungkapkan perasaannya. Karena ia takut tidak bisa lagi bertemu dengan dia, sapa tau dengan jadi pacar dia bisa dekat dengan Ben.

Makanya sekarang Ben memberanikan diri, tapii...

"Enggak, Lo bukan tipe gua, jangan mimpi deh jadi pacar gua, narak deh lu, untung nembak gua pas lagi sepi sekolah, kalo gak, gua yang bakal malu nerima cinta lo di depan banyak orang."

Ben terdiam mendengarnya. Ben pikir selama ini dia baik.

"Gua emang baik sama lo, sebagai temen, inget itu lah, tolol. Kalo buat pacar gua pilih pilih, sorry aja nih menurut gua, lu tuh bukan cowok idaman wanita, salah satunya gua, ngaca deh, biar paham."

Flashback selesai..

To be continued

About You✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang