Bab 23

2 0 0
                                    

Jolie menutup pintu kamarnya keras, hal itu membuat Jessika yang masih berada di rumahnya langsung lari kearah kamar Jolie.

"Woy, Jol. Udah pulang lu? Gua pikir maling tadi," seru Jessika di depan pintu kamar Jolie.

"Jol, lu emosi ya? Gimana kencannya? Gagal ya?" Tanya Jessika penasaran.

Dari dalam masih tidak merespon. Entah apa yang tengah dilakukan gadis itu.

Jessika mencoba berfikir.
"Kalo dilihat lihat gagal ya? Berantakan ya acara jalan jalannya? Haduh kasian deh, udah diperingatin juga dari awal." Jessika tersenyum kemenangan.

"Ya udah deh, silahkan bergalau ria, gua mau lanjutin makan bakso dulu, bapapayyyy." Jessika beranjak pergi, ia tidak perduli dengan Jolie yang berada di dalam itu yang kemungkinan kini tengah emosi.

Jolie di dalam berselenden di pintu kamarnya. Ia terduduk lemas di sana. Ia pikir rencananya akan berhasil.

Ia tidak menyangka Ben akan seperti itu.

Meongggg meongggggg

Jolie mendongak melihat anak kucing Oren yang kini tengah memandanginya.

Anak kucing yang waktu itu ditemukan Ben di got dekat sekolahannya. Entah apa yang membuat hati Jolie bergerak.

Ia pada awalnya tidak ingin mengadopsi anak kucing itu, tapi kalo di pikir pikir ini rencana yang bagus untuk mengambil hati Ben, namun cowok itu kini malah?

Jolie mengepalkan tangannya kuat melihat kucing itu, rasanya kesal sekali mengingat kejadian tadi.

"Bangsat, gak ada alasan lagi buat gua ngurus lo!" Jolie beranjak berdiri dan bergegas menghampiri kucing itu.

Jolie mengangkat kucing itu dan membawanya ke arah depan kamar.

"Eh, jangan taroh di luar dong, gua takut kucing tau," kata Jessika yang kebetulan lewat dengan membawa satu mangkok berisi bakso.

Jolie menatap marah Jessika.
"Bacot," umpat Jolie yang langsung menutup pintu kamarnya lagu sembari meninggalkan kucing Oren kecil itu.

Jessika yang melihat tatapan Jolie tadi tertegun.
"Emosi banget dah," kata Jessika geleng geleng.

Lantas ia pun beranjak kepada kucing kecil itu yang masih berkeliaran di depan pintu kamar Jolie dan masih terus saja mengeong.

Meonggg meongggg

"Waduh, kasian banget ya lu meng, gua pikir Jolie bakal nyayangin lu, tapi kok dia gitu sih." Jessika duduk di depan kucing itu.

Kucing itu juga duduk dan mendongak menatap Jessika, seperti minat dielus.

Melihat itu membuat Jessika jadi tersenyum kecil.
"Aduhh gemes deh, mungkin cuma satu, gapapa kali ya," kata Jessika.

Jessika sebenarnya takut sama kucing, tapi kali ini ia sedikit kasian. Jolie terlihat emosi dan ingin membuang kucing kecil malang ini.

Jessika pun mengangkat kucing itu dengan satu tangan karena satu tangannya lagi sedang membawa bakso.

Jessika pun bergegas membawa kucing itu kedalam kamarnya sebelum Jolie marah marah lagi.

Kini Jolie terdiam dikamar. Entah apa yang ia lakukan, rasanya sakit sekalih. Ia heran, kenapa ia melakukan itu.

Rasanya ingin sekali cerita kepada seseorang. Jolie mencari ponselnya di dalam tas kecil yang ia bawa tadi. Di sana ia pun segera mencari nomer yang ia tuju.

Kini Jolie sudah menemukan nomer itu, ia pun segera memencet logi telfon dan meletakan ponselnya didekat telinga.

Titttttttt

Sambung terhubung.

"Halo, Jol!"

"Rin, aku mau jujur, aku cinta sama Ben, aku cuma mau dia yang cinta sama suka sama aku, apa aku salah?"

"Jol, lu?"

"Rin, aku tau aku aneh, aku tau aku gila, tapi aku gak bisa biarin Ben kek gitu, dia harus suka sama ku, dia harus cinta sama aku pokoknya, kek yang lain."

"Jol, lu beneran gak punya rasa sedikit pun di hati lu buat Ben?"

Jolie mengeleng.
"Enggak, aku gak pernah mencintai seseorang, kecuali keluarga ku, harusnya mereka yang mencintai ku, itu udah takdir alam."

"Jol, jadi selama ini lu deket sama Ben cuma buat dia...."

"Rin, aku lakuin itu karena...."

"Karena apa anjing? Lu jahat banget tau gak?" Bentak Rin.

Jolie tertegun mendengarnya.

"Lo tuh sama saja mempermainkan hati orang sialan, gimana kalo Ben udah beneran suka sama lu? Lo beneran kau nerima cinta dia? Ha? Anjing sialan banget lu busuk banget."

Mulut Jolie terkunci rapat. Tak mampu menjawab pertanyaan Rin. Mendadak air matanya pun turun begitu saja.

"Jangan mainin perasaan orang, demi kesenangan lu, semuanya punya hati, semuanya punya perasaan, yah mungkin orang di dunia ini, cuma lu doang yang gak punya hati..."

"Jaga mulut lo, sialan, gua gak kek gitu," sentak Jolie emosi.

"Wahhh, jadi ini ya sifat lu sebenarnya, udah deh males banget gua temenan sama lu, dengerin gua ya anjing, jangan sekalih kali lo deketin Ben, muak gua sama lu,"

Jolie tiba tiba tertawa.
"Lu suka kan sama Ben?" Tanya Jolie remeh, ia juga sedikit menghapus air matanya dengan usapan tangan.

"Kalo iya, terus kenapa?" Jawab Rin lantang.

Jolie tiga tiga terdiam lagi.

"Udahlah, males banget gua ngomong sama lu, bayy...."

Rin diseberang sana hendak mematikan sambungan, namun ada satu hal lagi yang ia ingin sampaikan kepada Jolie.

"Satu lagi, Ema itu kan sepupunya Ben, gimana kalo Ema tau kalo lu cuma mempermainkan Ben? Mungkin Ema juga akan mikir kek gua, udah deh, terima aja nasip gak punya temen."

Jolie melotot tak percaya.

"Ap..."

Tutttttttttttttttttttttttt

Sambung terputus.

To be continued

Mau gelot nih Kenya wkwkwkw

Jangan lupa vote yaaa

About You✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang