Bab 30

2 0 0
                                    

"Tupai, mau masuk enggak? Dingin di luar soalnya," kata Ben.

Hari sudah mulai malam, jam juga sudah menurunkan pukul dua puluh titik enol enol.

Kini Ben tengah memperhatikan Rin yang berjaket hitam tengah tertunduk nesu ke arahnya.

"Tupai." Ben menyentuh lengan Rin.

Rin mendongak merasakan sentuhan itu.

"Kamu oke?" Tanya Ben.

Rin kembali menunduk. Ben menghela napasnya panjang, raut wajah Rin sangat aneh, ia diam dari tadi, Ben takut Rin itu sakit.

Ben frustasi karena Rin juga tidak kunjung berbicara. Ben mengacak ngacak rambutnya kesal.

"Kamu kenapa sih? Kamu marah sama aku?" Tanya Ben kesal.

"Tadi katanya mau ngomong, kok gak ngomong sekarang? Malah diem, jangan bikin aku binggung dong!" Cicit Ben.

Ben mencoba lagi, ia menarik tangan Rin  ke arahnya, sontak wajah Rin pun mendongak kearah Ben yang kini juga menatap Rin.

"Kamu marah kan sama aku? Kamu......"

Tiba tiba Ben terdiam melihat raut wajah Rin. Ben memalingkan wajahnya kesal.

"Tupai, gak mungkin kan ini?" Tanya Ben.

Rin kembali tertunduk. Ben melepaskan tangan Rin.

"Ternyata kau cukup peka juga, Ben," kata Rin.

Ben menoleh sinis.
"Adegan kek gini udah katam buat aku."

Rin tersenyum miring.
"Ya Ben, terus kenapa kau enggak sadar dari awal?" Tanya Rin.

Ben berdecak kesal.
"Sadar kok, cuma aku....."

Rin membulatkan matanya.
"Aku udah ngerti kok jawaban kamu kok, kamu hanya anggap aku temen saja, itu kan Ben. Maksud kamu?"

Ben tersenyum kecut.
"Jangan gitu dong, kita tuh juga gak cocok kalo jadi pasangan kekasih, jadinya ya sahabat aja," kata Ben.

Rin tertawa receh.
"Segitunya banget ya? Lantas, kamu suka sama Jolie? Kamu nyaman sama dia?" Tanya Rin.

"Dia baik kok," jawab Ben.

Rin mengangguk.
"Kalo kamu suka ya aku dukung sih, asal lu bahagia aja," jawab Rin sembari tersenyum kecil ke arah Ben.

Ben menyengol lengan Rin.
"Senyum aja kek gini terus ya, jangan kek tadi, kek mayat hidup tau gak sih?"

Rin tidak merespon apa yang dikatakan Ben. Kini ia hanya menatap Ben yang tampak bahagia.

Mungkin Jolie memang ingin mencintai Ben. Dan Ben pun juga sebaliknya, ingin membuka hati kepada Jolie.

"Gua telat, atau memang takdirnya harus seperti ini?"

Rin tiba tiba memeluk Ben. Ben melotot tiba tiba.

"Tupai, lu kenapa?"

"Aku suka sama kamu, Ben, walau ini telat, tapi aku cuma pengen bilang doang, walau kamu gak bisa bales, gapapa, bales pake traktiran di sekolah saja yaa, aku maksa pokoknya!"

Tanggan Ben terangakat dan mendarat di kepala Rin.

"Maaf aku menolak, tapi untuk traktirannya, boleh dehhhh!" Ben tersenyum lebar.

Rin bahagian sekalih, ia sangat memeluk erat Ben. Jadi akhirnya memang seperti ini. Pada akhirnya Ben akan bersama Jolie, bukan bersamanya.

"Semoga Jolie membuat mu bahagia, Ben."

-Selesai-


Alhamdulillah ya Allah, akhirnya cerita ini selesai tepat waktu.

Kalian terimakasih sudah baca sampai akhir 😉

Walau sedikit kecepatan ya mungkin endingnya, tapi aku gak terlalu kecewa sama hasilnya wkwkwk.

Menurut kalian gimana? Kritik saran gapapa kok, sama sama kita belajar.

Mungkin masih ada beberapa typo mohon dimaklumi ya, kalo kalian lihat kesalahan komen aja.

Sekalih lagi makasih ya buat sudah mampir ke cerita ini.

Akhirnya kepal aku ini ku bikinin cerita juga 🤭✊😀

Papah semuanya.

goodbye👋👋👋

About You✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang