04 : In The Name Of Love

371 48 14
                                    

Perth bangun di saat jarum jam sudah menunjukkan pukul 07:33 am. Tidak dia dapati Meen di ranjang, namun dia mencium aroma masakan. Seingat dia, Meen tidak bisa masak. Perth lupa, dulu demi membujuk Perth makan, Meen belajar masak. Tapi Perth tidak tahu mengenai hal ini. Ada baiknya dia tidak tahu sehingga dia benar-benar berpikir kalau Meen di kehidupan ini bukan Meen di kehidupan sebelumnya.

Perth segera beranjak dari kasur, dia segera mendekati jendela, mencoba membuka terali besi. Dia ingin kabur mumpung Meen sibuk di dapur.

Seperti apapun dia mencoba membuka terali besi tersebut, tetap saja tidak bisa. Lagipula mereka berada di lantai teratas. Lantai yang hanya di huni oleh orang kalangan atas.

Perth teringat, kalau dia belum menghubungi Anan maupun atasannya. Segera dia cari ponselnya di dalam tas. Ketemu. Ternyata ada banyak pesan dan telepon dari Anan dan atasannya.

Segera dia hubungi namun malah operator yang mengangkat panggilannya. Kini dia menghubungi atasannya.

"Halo kak,"

"Iya, ada apa pengantin baru?" Dia pikir Perth masih bulan madu.

"Itu, aku gak jadi resign kak... Tapi apa aku boleh kerja dari rumah?" Sebelum Perth menikah, dia mengundurkan diri. Dia ingin fokus mengabdikan hidupnya pada Meen seorang.

Dia minta kerja dari rumah, karena dia masih takut bertemu dengan orang-orang. Namun begitu dia sembuh, baru dia bekerja seperti biasanya.

Perth bicara di kamar mandi, dia takut Meen mendengar percakapannya dengan atasannya.

"Kenapa? Kamu kekurangan uang?"

"Tidak, hanya saja aku bosan jika tidak melakukan apapun di rumah. Boleh ya kak, please..." Perth butuh uang, dia sudah bertekad tidak akan menerima apapun dari Meen, apapun itu. Sebenci itulah Perth pada Meen.

"Baiklah, tapi harus on time ya. Selain itu kamu tidak mendapatkan gaji bonus. Karena kamu hanya berstatus pekerja freelance. Bagaimana? Apa kamu mau?"

"Iya, gak apa-apa kak. Terima kasih banyak kak!"

"Iya sama-sama! Kalau begitu Minggu depan aku minta Sammy mengirim pekerjaan mu melalui email." Sebenarnya bisa saja dia kirim sekarang, tapi setahu dia sekarang Perth lagi bulan madu.

Setelah panggilan pun berakhir, atasan Perth yang mengakhiri karena clientnya menelepon.

Begitu panggilan itu berakhir, Perth segera membuka online shop. Dia mau membeli kalung collar supaya tidak seorangpun yang bisa menandainya. Terutama Meen. Di kehidupan ini dia tidak mau menjadi Omega Meen apalagi sampai punya anak dari Meen. Dia trauma, karena di kehidupan sebelumnya dia keguguran karena Meen.

Tidak hanya kalung yang dia pesan, tapi juga obat heat serta obat lainnya jika tanpa dia sadari Meen menidurinya.

Cepat-cepat dia pesan upaya Meen tidak curiga dengan apa yang dia lakukan di dalam kamar mandi. Dia bahkan memesan makanan, mana sudi dia memakan makanan yang Meen masak. Takut dia diberi obat dan sejenisnya seperti kehidupan sebelumnya. Kepercayaannya pada sudah hancur parah hingga tidak bisa lagi diperbaiki.

Lalu di saat Meen masuk kedalam kamar untuk membangunkan Perth, dia mau mengajak Perth sarapan. Meen tidak melihat Perth di kasur namun dia mendengar suara gemericik air di kamar mandi. Kamar mandi mereka tidak ada pintunya sehingga Meen bisa masuk. Dia tidak bermaksud mengintip, hanya untuk memastikan kalau Perth benar-benar mandi. Karena di kehidupan dulu, Perth selalu menggunakan kesempatan yang ada untuk bunuh diri.

Meen bernafas lega saat dia dapati Perth mandi dibawah shower. Perth tidak menyadari kehadiran Meen karena pikirannya sibuk memikirkan cara untuk lepas dari Meen.

The UnconditionallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang