01 : Side To Side

555 50 9
                                    

Begitu yang dia lihat itu adalah seorang pria, PRANK! Suara tiang infus yang jatuh akibat Perth tarik asal infus yang terpasang di tangannya, "ARGHHHHHHHHH!" Teriak dia segera bangun lalu beranjak dari ranjang sembari berteriak histeris serta melempar benda apapun yang bisa dia raih kepada pria yang dia lihat tadi.

Kejadian itu begitu cepat, sehingga sekarang Perth turun dan berlari ke sudut ruangan karena dia pikir pintu keluar terhalang oleh perawat yang masih tertegun dengan apa yang terjadi.

"PERGI! ARGHHHHH!!!"

Teriakan dari ruangan itu semakin keras takkala dokter mencoba mendekati Perth yang sudah meringkuk ketakutan di sudut ruangan.

Kini perawat sudah sadar dengan apa yang terjadi, lalu segera dia hubungi perawat pria guna membantu dokter untuk menangani Perth yang semakin histeris ketakutan. Tidak berselang lama, beberapa perawat masuki ruangan tempat Perth berada.

Lalu saat itu juga Meen datang dan melihat beberapa perawat masuk ke ruangan tempat Perth berada. Langkah kakinya terhenti di sertai debaran jantung yang tak karuan. Dia menatap sekitar guna memastikan kalau suara teriakan itu bukan berasal dari kamar rawat inap Perth, tapi kenyataannya selalu lebih menyakitkan dari yang di harapkan. Setelahnya dia melihat dokter berlari tergesa-gesa berwajah panik masuk ke kamar rawat inap Perth.

Pikiran Meen semakin berkecamuk, "Tidak mungkin Perth juga kembali ke masa lalu sama seperti aku! Oh tuhan, sebenarnya takdir apa yang kau berikan kepadaku? Kenapa begini?" Monolog Meen dengan mata yang berkaca-kaca dan rasa sesak yang sungguh menyesakkan dadanya.

Suara teriakan pilu di dalam semakin keras, bahkan terdengar suara benda yang pecah.

"Anda siapa?" Tanya dia datar.

"Aku Meen Nichaakon, suaminya!" Jawab Meen tergurat jelas wajah penuh kekhawatiran.

"Suami tuan Perth Tanapon Khajornborirak?" Tanya dia tuk memastikan, takut dia kalau bukan pria Omega yang di dalam yang Meen maksud.

Meen mengangguk seraya melihat kejadian di dalam sana dari sela pintu yang terbuka. Sepertinya mereka sudah berhasil membawa Perth ke ranjang pasien. Ada 4 orang pria yang memegang Perth. Sementara itu salah satu dokter sedang menarik jarum suntik.

Jatuh air mata Meen melihat Perth seperti itu, dia berjalan mendekat saat jarum suntik sudah masuk kedalam bahu Perth yang terus meronta-ronta tuk melepaskan dirinya.

"Lepas!!!" Teriak Perth lemah saat dia melihat Meen, dia ingin lari dari Meen namun tidak bisa karena kedua tangan dan kakinya masih dipegang erat sekalipun tenaga Perth sudah lemah akibat obat penenang yang mulai bekerja.

Mata Perth semakin berat di saat tatapan matanya selalu waspada bercampur rasa benci dan takut yang tak terkata kepada pria yang ada di sana terutama kepada Meen.

Sekarang mata Perth kembali terpejam, jika begini dia tampak tenang, seolah-olah kejadian tadi tidak pernah terjadi. Namun ruangan yang berantakan menjadi bukti kalau kejadian tadi nyata.

Srethhh, Meen mengambil duduk di sisi Perth, dia raih tangan Perth yang kini sudah kembali terpasang infus. Dia kecup tangan kecil nan lembut itu. Dia pegang selalu sembari menatap Perth yang sungguh tampak nyaman dalam tidurnya.

"Bisakah tuan ceritakan apa yang telah terjadi kepada istri tuan sehingga dia seperti ini. Sebab berdasarkan pengalaman saya sebagai seorang dokter, sepertinya istri anda adalah korban pemerkosaan," Kata dokter yang menyuntikkan jarum suntik tadi.

Netra Meen bergerak tuk menatap pria paruh baya di sebelah Perth, berdiri dihadapannya.

Jakun Meen naik turun menelan ludah, kerongkongan dia terasa kering nan perih. Sungguh dia tidak mau mengakui fakta kalau bukan dia seorang yang kembali ke masa lalu, tapi Perth juga.

The UnconditionallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang