18 : Akhirnya, Tawapun Hadir Menghiasi Wajahmu🍀

262 37 8
                                    

Tujuh menit kemudian Meen menyudahi ciumannya mengingat Perth tidak membalas ciuman Meen. Dia mendusel-dusel hidung mancung Perth dengan hidung mancungnya. "Kalau begitu adek memilih pilihan pertama?"

Perth mengangguk ringan, setelahnya dia merebahkan kepalanya di bahu lebar Meen. Dia peluk erat pria yang mampu menenangkan dia. Pria yang dia beri kesempatan untuk mendapatkan hatinya.

⏩⏩

"Besok kekasih Boss ulang tahun, apa adek ikut?" Dikehidupan sebelumnya Perth tidak ikut karena waktu itu kakinya terkilir. Oleh karena itulah banyak rumor yang bermunculan mengenai rumah tangga mereka. Terlebih waktu di pesta ada wanita cantik yang mendekati Meen.

Mata Perth bergerak, ingin ikut tapi dia takut berada di keramaian yang hingar-bingar disertai asap rokok dan aroma alkohol.

Secara perlahan-lahan suara hair dryer itu mengecil, Meen sudah selesai mengeringkan rambut Perth. Jika di kehidupan sebelumnya, Meen mengantar Perth ke rumah sakit tuk mengobati kakinya yang terkilir. Sedikit banyaknya masa depan sudah berubah. Semoga saja berubahnya kearah yang lebih baik.

Meen letakkan hair dryer itu pada tempat semula, dan dia kembali pada Perth yang masih duduk di depan meja rias.

Keduanya masih memakai bathrobe, belum lama ini mereka selesai mandi.

Meen mengangkat tubuh Perth yang membuat Perth terperanjat kaget dan seketika itu juga dia mengalungkan tangannya pada leher Meen.

"Ikut ya Yank, supaya kakak bisa pamer ma teman-teman kakak kalau kakak punya istri yang manis, lucu dan gemoy." Pinta Meen seraya membawa Perth ke ranjang. Mau apa Meen sampai membawa Perth ke ranjang?

"Ta-tapi di sana banyak orang." Gugup dia kemudian melirik tangan Meen yang memegang pahanya. Terlebih Meen membawa dia ke ranjang. Tanpa dia inginkan, debaran dadanya menggila karena takut. Dia belum bisa.

Cup!
Kecupan Meen pada pipinya mengalihkan atensi serta ketakutannya. "Jangan takut, kita tidak bercinta. Kakak hanya mau mendudukkan adek di kasur." Sepertinya Meen menyadari ketakutan yang melanda Perth.

Perth mengangguk pelan lantas kini Meen menurunkan dia dengan hati-hati di tepi ranjang. Meen sendiri memilih duduk di lantai beralaskan karpet bulu. Dia mau memijat kaki Perth. Karena dia pikir Perth pasti lelah akibat berlari tadi siang.

"Apakah boleh?" Tanya dia dulu pada Perth yang meringsut mundur.

Perth tampak berpikir, kemudian dia mengangguk sehingga sekarang Meen bisa lebih leluasa menyentuh kakinya.

"Ja-jangan kuat-kuat, sakit." Rengek Perth sambil menahan bahu Meen. Perth meletakkan bantal di pahanya mengingat dia belum pakai underwear.

"Iya," Tanggap Meen sebenarnya sudah pelan dia pijat. Entah karena Perth itu Omega atau karena dia yang pandai merawat badan, mulai dari ujung kakinya sampai ke ujung jemari tangannya terasa lembut seperti bayi.

"Sialan!" Meen mengumpat kasar dalam hatinya. Bisa-bisanya dulu dia membiarkan orang menjamah tubuh indah istrinya.

"Besok adek ikut. Tapi..." Cicit Perth berhasil membuyarkan pikiran Meen yang merutuki dirinya sendiri dengan segala sumpah serapah. Dia heran, kenapa dulu dia sangat bodoh.

"Tapi apa sayang, hembn?" Dia menatap Perth yang duduk ditepi ranjang.

"Kamu jangan jauh-jauh, jangan lepas genggaman tanganku."

"Tentu." Ucap dia kini sudah berpindah pada kaki kiri Perth yang dia pijat. Meen kembali fokus memijat kaki Perth.

"Au, sakit. Udah dibilangin pelan-pelan."

The UnconditionallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang