09 : Take You To The Hell - 2

251 35 36
                                    

Sorry for typo & kata yang hilang 🙏

❄️❄️❄️💙💙💙❄️❄️❄️

"Lalu bagaimana dengan pria BAJINGAN ini?" Tanya dia dengan nada tinggi, sumpah bukan main paniknya dia saat ini. Takut istri Boss nya mati karena nyawa mereka taruhannya jika hal itu terjadi. Walaupun dia tahu akhir-akhir bosnya sering menyakiti istrinya namun bukan berarti dia tidak mencintai Perth.

Perlakuan hangat bosnya pad istri tercinta berubah semenjak Ping masuk kedalam rumah tangga mereka.

"BUNUH DENGAN SANGAT MENYAKITKAN!!!" Teriak Meen kesetanan dari seberang ponsel.

"Kalian dengar sendiri kan apa kata tuan kita, jadi cepat lakukan!" Perintah dia pada mereka yang masih meringis kesakitan setelah dia hajar. Ternyata panggilan itu dia loud speaker-in sehingga siapapun yang ad di dekatnya pasti mendengar perkataan Meen.

"Tidak! Tolong jangan bunuh kami. Kami sudah melakukan apa yang telah tuanmu perintahkan, kami bahkan sudah berkata jujur mengenai telah dilakukan istri tuanmu pada pria yang bernama Ping!" Padahal keadaan Perth sudah seperti ini dan mereka masih saja berniat melanjutkan sandiwaranya. Sungguh luar biasa Ping mencari orang untuk menjalankan perintahnya.

"Apapun yang terjadi, jangan sampai membuat dia mati dengan mudah. Siksa dia dengan sadis setelah itu baru bunuh mereka begitu tubuh mereka sudah rusak. Ambil organ tubuh mereka yang bisa di sumbangkan pada yang lebih membutuhkan di saat mereka masih hidup. Tidak perlu aku ajarkan bukan cara untuk membunuh orang dengan sadis?" Dia tidak peduli mereka berkata apa yang jelas tujuannya cuman satu, yaitu memberikan kematian yang mengerikan pada mereka yang telah memperkosa istri majikannya.

Bawahannya mengangguk patuh.

"Lalu begitu mereka sudah mati, lemparkan mayatnya ke laut dan hilangkan semua bukti bahwa di sini pernah terjadi pembunuhan. Pokoknya lakukan sebersih mungkin sehingga tidak seorangpun yang tahu apa yang telah terjadi hari ini di rumah ini. Paham!"

"Paham ketua!" Jawab mereka serentak nan lantang sehingga mereka yang telah memperkosa Perth langsung bergidik ngeri. Mereka panik dan meronta-ronta berusaha lepas dari tali yang mengikat mereka di kursi besi. Bukan hanya tangan dan kaki mereka saja yang terikat, namun pinggang mereka juga.

"Tidak, tolong jangan bunuh aku! TOLONG!!!" Dia abaikan teriakan itu karena saat ini hanya satu tujuannya, yaitu membawa Perth ke rumah sakit.

Luka yang Perth terima bukan lagi pelecehan seksual maupun pemerkosaan tapi penyiksaan.

Dia membawa Perth ke rumah sakit terdekat mengingat Perth diam tak bergeming. Jika tadi Perth kejang-kejang maka sekarang dia tidak sadarkan diri dengan denyut yang semakin melemah.

Seluruh tubuhnya penuh luka, tidak ada bagian yang tidak terluka. Semuanya terluka bahkan ada luka sayatan pada lengan dan pahanya. Daun telinga Perth bahkan berdarah akibat gigitan yang kuat. Selain itu ada jejak melepuh karena benda panas. Itu bekas rokok, sepertinya tubuh Perth mereka jadikan sebagai wadah abu rokok selain mereka gunakan sebagai pemuas nafsu mereka.

⏩⏩

Sudah setengah jam Perth berada di dalam ruang operasi. Dan tepat 45 menit berlalu, Meen datang dengan nafas yang tersengal-sengal. Sorot matanya tampak kacau terutama pikirannya. Dia takut Perth kenapa-kenapa.

Dia datang telat karena dia terjebak macet.

"Bagaimana keadaan istriku?" Tanya dia to the point pada kepala bodyguardnya yang sedari tadi berjalan mondar mandir di depan pintu UGD.

Dia menggeleng, "Tuan Perth masih dioperasi!" Jelas dia tidak berani mengatakan kalau tadi suster berlari-lari mengambil beberapa kantong darah untuk Perth.

The UnconditionallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang