21 : Dia Tidak Perlu Tahu🍀

276 39 9
                                    

Kini manik gelap mereka saling bersitatap. "Bulanku, sayangku, kekasihku, cintaku, hidupku... Please... Jangan pernah tinggalkan kakak..." Pinta dia tidak bisa dia bayangkan Perth pergi dari hidupnya.

"Ceraikan aku atau bunuhlah aku!"

"Ceraikan aku atau bunuhlah aku!"

"Ceraikan aku atau bunuhlah aku!"

"Ceraikan aku atau bunuhlah aku!"

"Ceraikan aku atau bunuhlah aku!" Itulah yang selalu Perth ucapkan berulangkali hingga akhirnya Meen meminta dokter yang merawat Perth untuk memberi Perth obat penenang.

Meen tidak bisa menyalahkan Perth, tidak akan pernah bisa sebab ini semua terjadi karena ulahnya sendiri.

Meen pikir, dengan membawa Perth berobat ke psikiater, Perth akan kembali seperti semula. Itu akan terjadi, jika orang tuanya tidak ikut campur.

"Kenapa kamu tidak pernah cerita mengenai istrimu yang gila?" Teriak mamanya baru datang langsung marah-marah, beruntung kantor Meen kedap suara.

Kening Meen mengernyit setelah berhasil menenangkan dirinya dari keterkejutannya.

"Jika bukan Ping yang cerita, mama dan daddy tidak akan pernah tahu mengenai istrimu yang gila!" Tambah dia lagi lebih keras nada bicaranya dari tadi.

Degh, dada Meen berdebar-debar. Selama ini dia sudah berusaha menyembunyikan fakta mengenai Perth yang sedang menjalani perawatan mental.

"Adek tidak gila ma, dad. Semua yang dikatakan oleh Ping itu bohong!" Tukas Meen setelahnya dia rasakan beberapa lembar foto mendarat di wajah tampannya. Itu foto mengenai Perth yang sedang menjalani perawatan.

Daddynya yang melempar foto tersebut.

"Ceraikan dia!"

Meen menggeleng, "Aku gak akan pernah menceraikan dia. Lagipula dia lagi hamil dad!" Tolak Meen sampai kapanpun dia tidak akan pernah menceraikan istrinya.

Mendengar perkataan Meen, ekspresi orang tuanya semakin memburuk, "Kalau begitu bawa dia pulang!" Ini perintah dan harus di turuti, orang tuanya tidak menerima penolakan.

Perintah yang kembali membuat Meen menyesal.

Meen segera membangunkan Perth yang mengigau resah dalam tidurnya, dia bahkan menjerit.

Mata Perth terbuka dan dia dapati dirinya berada dalam pelukan Meen. Di sebelahnya ada Nunu yang tampak khawatir.

Meen mengusap air mata Perth yang hadir akibat mimpi buruk tadi. "It's okey, itu semua hanya mimpi. Hanya bunga tidur." Hibur Meen hangat kemudian dia kecup pucuk kepala Perth yang tampak pucat dan ketakutan.

Dia peluk balik suaminya dengan erat seraya menyembunyikan wajahnya di dada bidang suaminya.

Dalam pelukan Meen, dia masih menangis dan bergumam lirih, "Apa kau akan menikah lagi jika aku tidak mau melahirkan anakmu?" Meen menggeleng sambil mengusap lembut kepala belakang Perth.

"Bagaimana jika papa memintamu menikah lagi?"

"Tenang saja kak, mama papa tidak akan melakukan hal itu." Nunu yang menjawab pertanyaan Perth, membuat Perth menoleh kearah Nunu, hanya sebentar karena dia kembali menyembunyikan wajahnya di dada bidang Meen.

The UnconditionallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang