12 : Know Me

268 39 29
                                    

Sorry for typo dan kata yang hilang

❄️❄️❄️💙💙💙❄️❄️❄️

Sekarang Meen dan Perth sudah berada dalam mobil yang berjalan. Nafas Perth masih memburu, dia bahkan berkeringat. Pheromone Meen membuat dia kacau.

Perth itu sangat sensitif dengan pheromone Meen.

Pada kenyataannya Perth tidak bisa kehilangan Meen.

Dia butuh.

Dia menginginkan Meen.

Dia sayang.

Dia cinta.

Namun dia juga benci.

Dendamkah dia?
Jawabannya tidak.
Dia hanya membenci Meen.
Benci karena begitu dalamnya cintanya kepada Meen.

"Kakak gigit ya!" Meen minta izin pada Perth yang mulai mengendus lehernya.

"Gak mau, sakit!" Cicit Perth frustasi sendiri tuk mengendalikan dirinya, pheromone Meen tadi membuat sisi liar omeganya bangun.

"Kalau begitu kita bercinta?"

"Jangan coba-coba menyentuh ku!" Ancam Perth pada pria yang merangkul pinggangnya, dia sendiri kembali menciumi leher jenjang Meen.

"Minum obat mau?" Tawar Meen takut dia tidak bisa menahan birahinya pada Perth yang terus menciumi leher jenjangnya.

Perth mengangguk.

Setelahnya Meen meminta kotak obat pada Max yang sedari tadi tidak pernah menganggu interaksi majikannya dengan istrinya.

Meen memberikan obat penenang pada Perth.

"Pahit!" Ucap Perth ketika obat itu dia kunyah supaya bekerja lebih cepat.

Segera Meen berikan Perth permen yang segera diambil oleh Perth.

"Apa masih pahit? Perlu kakak belikan es krim?"

Perth menggeleng lantas dia rebahkan kepalanya pada dada bidang Meen. Mereka duduk dengan posisi berhadap-hadapan, Perth duduk diatas paha Meen.

Setidaknya sejauh ini tindakan Meen tidak pernah lebih dari pelukan, justru sebaliknya. Mau bagaimana lagi, dia sangat mengutamakan kenyamanan Perth.

Karena obatnya mulai bekerja, mata Perth pun menjadi berat.

"Ji-jika suatu hari nanti... ada yang memperkosaku, apa yang akan kamu lakukan?" Tanya Perth mulai mengantuk, masih teringat jelas di memorinya Meen memerintahkan bawahannya untuk mengkebiri pria tadi. Jujur saja dia senang.

"Akan aku potong-potong dia hidup-hidup!"

"Walaupun dia teman masa kecilmu?"

Meen mengangguk pada Perth yang kini tersenyum tipis. Perth ingin mempercayai Meen yang memeluk hangat dirinya ini. Walaupun keinginan dia untuk bercerai masih ada.

Sedangkan di sini dia tersenyum melihat berita tadi siang, berita tentang Meen yang mengkebiri orang yang menghina istrinya.

Dia merasa tidak sia-sia membuat mereka kembali ke masa lalu. Walaupun hidupnya sebagai taruhannya. Namun dia belum bisa bernafas lega mengingat manusia yang membawa mimpi buruk itu masih berkeliaran bebas di luar sana.

Janjinya, dia akan memberikan happy ending untuk semuanya.

Sementara itu di sini, di tempat dan jam yang berbeda.

"Sampai kapan Abang mengurungku?" Tanya dia pada abangnya yang berusaha memberikan yang terbaik pada adik kesayangannya walaupun mereka berbeda orang tua.

The UnconditionallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang