14 : Call Me By Your Name

302 43 16
                                    

Sorry for typo dan kata yang hilang

❄️❄️❄️💙💙💙❄️❄️❄️

05:00 am.
Meen bangun ketika dia merasakan badannya sudah mulai panas dengan hasrat birahi yang mulai membumbung tinggi. Sepertinya efek obatnya sudah habis.

Segera dia bangun, di vila ini hanya ada dia sendiri sehingga kalau dia mau sesuatu harus dia lakukan sendiri.

Sebenarnya ada pelayannya, cuman dia minta pergi selama dia ada di sini.

Setelah minum obat dia pergi mandi, masak habis itu sarapan sambil melihat rekaman CCTV yang ada di apartemen. Dia memasang CCTV kecuali kamar tidur dan kamar mandi.

Rencananya setelah dia makan, dia melanjutkan pekerjaannya.

Awalnya memang tidak ada yang spesial dari rekaman tersebut namun lama kelamaan dia melihat Perth keluar dari kamar dengan berlari menuju ruang kerja sembari memanggil namanya.

Degh!
Dadanya berdebar-debar cemas ketika melihat Perth menangis karena tidak dia dapati Meen di ruang kerja. Detik berikutnya Meen menghubungi Max untuk menjemput dia menggunakan helikopter, segera.

Saking tergesa-gesanya dia, dia sampai lupa membawa ponselnya. Oleh karena itulah ketika Perth menghubungi Meen, masuk tapi tidak dia angkat.

Begitulah ceritanya kenapa dia bisa berada di apartemen dan sekarang dia dan Perth saling bersitatap.

Mereka tidak bicara, Perth hanya menatap Meen dalam diam. Lalu dia menoleh ke kanan dan ke kiri seolah-olah dia sedang memastikan kalau saat ini hanya ada mereka berdua di sana. Entah apa yang mau dia lakukan yang jelas dia tidak mau ada orang lain di sana.

Perth menggeser kursinya lalu dia raih tangan kanan Meen tuk dia kecup.

Sejauh ini Meen hanya memperhatikan Perth dengan diam nan mengulum senyum.

"Haruskah aku mencarikan Omega untuk mu?" Tanya dia seolah-olah dia berani keluar seorang diri dari apartemen.

"Memangnya adek rela melihat kakak bercinta dengan yang lain?" Tanya Meen hanya untuk memastikan orang yang dia cintai sekarang sudah mulai membuka hatinya pada dia lagi. Berbeda dengan yang dulu, Perth langsung bilang rela.

Perth berpikir, cukup lama.

Membuat Meen yang menunggu jawabannya berdebar-debar dadanya.

Perth menggeleng, Meen di dunia ini miliknya. Dia masih memegang erat tangan kanan Meen dengan kedua tangannya.

Meen tersenyum, sungguh bukan main bahagianya dia saat ini. Harapannya menjadi kenyataan. Tidak sia-sia dia menunggu Perth dengan sabar.

"Tapi aku tidak mau kau sentuh. Aku tidak mau!" Tukas Perth dibalas anggukan kepala oleh Meen. "Iya, begini saja sudah cukup. Terima kasih banyak adek." Ungkap Meen penuh suka cita lalu dia kecup kening Perth dalam-dalam. Perth suka, karena merasa paling di sayang. Senyuman di wajah Meen semakin bertahan lama, bahagianya dia hari ini.

"Ini obatnya!" Kata Forth tiba-tiba sehingga Perth segera memeluk Meen. Kaget dia.

Setelahnya Meen meraih pinggang Perth dan mendudukkan Perth di pahanya. Sementara kursi tempat Perth duduk tadi di duduki oleh Forth.

Perth melingkarkan kedua tangannya pada leher Meen dan duduk manis tanpa banyak bicara seraya memperhatikan Meen dan Forth yang sedang bicara.

"Tapi setelah minum ini kamu tidur 24 jam. Walaupun gempa bumi datang atau ada maling yang masuk, kamu tidak akan bangun. Tapi dosisnya kecil sehingga tidak menyebabkan kerusakan pada jantung dan tidak akan membuat pria mandul jika dikonsumsi setiap bulan. Gimana, mau?" Jelas Forth sudah lama mengkonsumsi obat ini.

The UnconditionallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang