16 : Semeone You Loved

397 44 33
                                    

Di depan pintu masuk taman sudah tertulis 'Dilarang Masuk! Sudah di booking!'

Meen membooking taman kota pada walikota kota Bangkok. Tak hanya taman kota yang dia booking tapi juga  aneka macam jajanan jalanan serta penjual boneka serta pedagang mainan lainnya. Tentu saja tidak ada penjualnya karena semua dagangan itu Max yang akan menjadi penjualnya.

Seperti sekarang, Max mengambilkan es krim untuk Perth.

Meen sendiri duduk diatas rumput beralaskan tikar, dia sedang menelepon dengan wakil direkturnya.

Perth berjalan riang gembira menghampiri suaminya, dia mau memberikan es krim pada suaminya yang sudah memenuhi semua keinginannya hari ini.

Di taman ini hanya ada Meen, Perth dan Max. Sementara di luar taman bodyguard Meen berjaga supaya tidak ada yang masuk.

Diatas tikar itu sudah ada beberapa macam jajanan, seperti sosis bakar, cumi bakar, Padthai, sandwich, oyster omelette, banana pancake, coklat, susu vanila, Durian sticky rice dan jajanan tusuk. Semuanya baru dimakan satu atau tiga gigit dan sisanya dimakan oleh Meen sambil menelepon. Hari ini Meen menjadi tong sampah Perth.

Perth menarik ujung baju kemeja Meen untuk menarik atensi Meen. "Pedas..." Ucap Perth pada Meen yang melihat dia. Dia sengaja makan makanan pedas supaya Meen memperhatikan dia. Sedari tadi Meen hanya berkutat dengan pekerjaan nya sambil menelepon.

Segera Meen berikan Perth sekotak susu vanila yang belum dibuka.

"Nanti aku hubungi lagi!" Kata Meen kini tercenung karena Perth merebut ponsel Meen. "Jangan ganggu, kami lagi kencan!" Ucap Perth pada wakil Meen yang kini hanya bisa diam sebab begitu kalimat itu terucap dari bibir ranum Perth, Perth mengakhiri panggilan itu.

Meen mengusap poninya kebelakang, dia terkekeh. Lucunya istrinya. Setelahnya dia melihat nama sosmed yang tertera di ponsel Meen.

"Blokir, terus delete!" Titah Perth pada Meen mengenai akun IG Ping.

"Ya udah, adek saja yang blokir!" Tanggap Meen seraya menyuapkan Perth cumi bakar. Dia tidak marah Perth mengotak-atik ponselnya.

Perth mengangguk semangat, "Boleh aku kata-katai?" Tanya Perth kini mulutnya kembali terisi cumi bakar yang disuapi oleh Meen.

"Lakukan saja jika itu bisa membuat adek senang." Jawab Meen kini terpaksa meletakkan laptopnya di meja lipat yang bisa dibawa kemana-mana.

Perth menjadikan paha Meen sebagai bantal sambil mengirim kata-kata kasar pada Ping. 'Jalang rendahan, berhentilah menggangguku! Kau manusia menjijikan. Manusia paling hina yang pernah aku kenal! Cantik-cantik tapi pelakor tak beradab. Asal kau tahu, aku hanya menganggap mu seperti adik namun kau malah berharap lebih. Mulai sekarang kita tidak memiliki hubungan apapun lagi! Dasar manusia MENJIJIKAN!' Itulah pesan yang dia kirim kepada Ping di setiap sosmednya sebelum dia blokir kemudian dia delete.

Meen senang melihat bibir ranum Perth melengkung keatas. Dia tidak peduli Perth mengirim apa pada Ping. Lagipula Meen memang mau mengakhiri segala hal yang berhubungan dengan Ping.

Meen kembali melanjutkan pekerjaannya.

Tiga menit kemudian Perth menarik lengan baju Meen sehingga Meen yang sedang mengetik segera salah memencet tombol.

"Apa sayang?" Tanya dia pada Perth yang masih betah menjadikan paha Meen sebagai bantalnya sambil goleran malas.

"Kenapa tidak ada nomor ponsel Ping? Kamu sembunyikan?" Perth belum bisa memanggil Meen dengan sebutan kakak, sekali lagi harus step by step.

Meen menghentikan pekerjaannya, sepertinya hari ini semua waktunya harus dia curahan untuk Perth seorang.

Dia usap lembut surai hitam Perth yang sedikit panjang sehingga poninya sudah menutupi mata Perth. "Nomornya sudah kakak blokir dan kakak delete." Jelas Meen lembut pada  kesayangannya yang tampak bingung.

The UnconditionallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang