23 : Hujan dan Cerita

273 34 11
                                    

Sorry for typo & kata yang hilang 🙏

❄️❄️❄️💙💙💙💙❄️❄️❄️

Hari itu, Meen sengaja tidak bawa motor ke sekolah. Dia berencana pulang dengan bus supaya bisa bertemu dengan Perth.

Malang nasibnya, hujan malah turun lebat sehingga dia terpaksa berteduh di pinggir rumah tak berpenghuni.

Mungkin tak sepenuhnya dia bernasib buruk, buktinya sang pujaan hati ikut berteduh disana. Dia juga tidak membawa payung sementara halte bus masih ada 500 meter lagi jaraknya.

Perth terkesiap ketika dia menyadari hanya dia seorang Omega di sana. Di sana tak hanya Meen seorang yang berhenti, ada beberapa orang yang berhenti berteduh di sana.

Perth takut, terlebih saat ini dia akan mendekati periode heatnya, sehingga pheromonenya jauh lebih menyengat dari biasanya.

Ketakutannya semakin menjadi-jadi ketika tiba-tiba saja ada yang merangkul pinggangnya dari belakang. Lantas dia menoleh kebelakang, sehingga bisa dia lihat Meen tersenyum pada dia. "Tenanglah, aku akan menjagamu. Tidak akan aku biarkan mereka menyentuhmu." Bisik Meen mampu menenangkan Perth yang ketakutan, entah kenapa Perth percaya saja dengan ucapan Meen, mungkin karena Perth menyukai dia.

Ketika Perth membuka mata, yang dia lihat pertama kali adalah suaminya. Di luar lagi hujan lebat di sertai kilat dan petir.

Ini hari Sabtu, jam 06:00 pagi.

Perth mendusel-dusel dada bidang suaminya, dia ingin suaminya memeluk dia lebih erat.

Pergerakan Perth membuat Meen bangun, dia tersenyum pada Perth yang menatapnya dengan tersipu malu. Dia ketahuan ingin dipeluk lebih erat lagi. Dan sang dominan mengerti apa maunya, kan jadi semakin malu dianya.

"Semalam aku mimpi." Dia bicara sambil menikmati usapan hangat Meen pada punggungnya.

"Mimpi tentang apa?"

"Mimpi tentang kisah kita sebelum jadian, tentang kita yang kebetulan berteduh di tempat yang sama. Lalu kamu memelukku dari belakang karena kamu menyadari kalau saat itu aku ketakutan."

"Ah, jadi tentang itu. Kakak ingat. Kangennya kakak dengan masa itu." Tanggap Meen masih bersabar menanti Perth yang belajar untuk menerima dia.

Kesehatan mental Perth jauh lebih baik dari sebelumnya, walaupun ada di saat-saat tertentu dia tidak mau jauh dari Meen.

"Itu kenangan yang sangat menyenangkan," Tambah Perth ingin sekali kembali ke masa itu. Masa-masa ketika dia jatuh cinta pada Meen.

"Kita saling menyukai, tapi sama-sama tidak berani untuk memulai, sehingga akhirnya hanya bisa mencintai secara diam-diam." Sambung Meen bernostalgia mengingat masa lalu yang manis.

Keduanya sama-sama mulai sembuh dari luka yang menyesakkan itu.

"Kira-kira siapa ya yang duluan menyatakan cinta? Kakak lupa?" Pancing Meen masih betah mengusap punggung Perth.

"Kamu. Kamu yang menembak aku." Ucap Perth yakin 100%.

"Benarkah, bukannya adek ya?" Goda Meen membuat dia ditatap oleh Perth.

"Bukan, tapi kamu." Tegas Perth menatap dalam-dalam manik gelap suaminya yang teduh.

"Tapi kenapa diingatan kakak malah adek ya, hembn?"

"Kamu... itu kamu. Buktinya kamu yang melamar aku, terus menikahi aku..." Terang Perth dengan wajah serius. Dan yang mendengar mengulum senyum.

"Kakak akan percaya kalau adek tidak lagi memakai aku kamu, tapi kakak adek, hembn?" Pancing Meen ingin kata aku kamu hilang diantara mereka.

The UnconditionallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang