بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
"Saat hatimu dipenuhi sesak akibat caci maki yang keluar dari mulut manusia. Sekalipun itu bertentangan dengan realita. Maka ingatlah, bahwa rasulullah terlebih dahulu merasakan itu semua, dan dengan hati yang lapang beliau memilih untuk memaafkan. "
-Happy reading!"
"Total semuanya jadi dua puluh tiga ribu lima ratus. Ada yang mau ditambahin lagi, Bu Warti?"
"Segitu aja dulu belanjaannya, Bu Amina. Besok deh, in syaa Allah saya mau pesen mentega sama terigu masing-masing dua kilo. Ah, sama gula pasir juga satu kilo. Saya mau nyoba bikin kue pengantin buat lusa."
"Masyaa Allah, siapa yang mau nikah, Bu?"
"Keponakan saya. Do'ain ya, semoga pengantin dan kuenya aman-aman aja."
"Aamiin, semoga kuenya enak, dan acaranya juga berjalan dengan lancar. In syaa Allah pesanannya besok saya siapkan."
Bu Warti tersenyum. Lalu pergi setelah membayar. Amina melanjutkan kegiatannya yang tengah menyusun satu buah dus mie instan ke dalam etalase. Alhamdulillah hari ini warungnya ramai pembeli. Sepertinya esok Ia harus belanja lebih banyak lagi.
"Lho, Aira udah pulang? Memangnya jam berapa ini? Perasaan tadi saya berangkat dari rumah jam delapan. Masa iya belanja segini doang ngabisin waktu enam jam. Sekarang udah jam dua kah?"
Mendengar Bu Warti menyebut nama putrinya, Amina sontak berbalik. Terlihat Aira yang tengah berhadapan dengan Bu Warti sembari mengecek arloji yang menempel di tangan kiri.
"Sekarang baru pukul delapan lewat tiga belas, Bu. Bukan jam dua. Dan saya memang pulang lebih pagi hari ini."
"Oh, saya kira waktu berjalan begitu rurusuhan. Ya sudah, berhubung saya orangnya nggak kepoan sama urusan orang. Saya mau pulang duluan ya, Aira."
Aira mengangguk. Membiarkan Bu Warti pergi. Lalu dengan langkah gontai Ia mendekati warung.
"Assalamu'alaikum, Bu."
"Wa'alaikumussalam, Sayang. Tumben udah pulang. Sekolahnya libur? Atau ada rapat para guru?" tanya Amina di depan pintu.
Tidak ada jawaban yang sesuai. Aira bingung harus mengutarakan kemalangan ini mulai dari mana.
Dihadapan Ibunya, gadis itu meremang.
Ya Allah, bagaimana cara mengatakannya pada Ibu?
Hamba takut Ibu bersedih saat mendengar berita ini. Senyum indah di wajahnya bisa saja berubah luntur. Dan saat itu terjadi, berdosakah hamba-Mu ini ya Rabb? Membuat wanita yang kau letakkan surga di bawah kakinya merasa khawatir bahkan mungkin yang lebih menakutkan merasa kecewa. Ia yang selalu mendoakan kebaikan untuk hamba. Justru dihadiahi kenyataan sedemikian rupa.
"Kok malah ngelamun, kamu nggak--
Belum rampung perkataannya, tiba-tiba Aira sudah bersimpuh di atas kaki. Tak peduli dengan rok yang kini menyatu dengan lantai yang terinjak. Dia menunduk, merendahkan diri dengan seluruh rasa sesal.
"Sayang, kamu kenapa?"
Amina benar-benar syok. Tidak ada angin tidak ada hujan, Aira tiba-tiba memeluk kakinya sembari bertekuk lutut. Tubuhnya juga sedikit bergetar. Ada apa ini sebenarnya?
"Maafin aku, Bu. Aku diskorsing dari sekolah. Aku nggak boleh datang ke sana untuk belajar selama tiga hari. Hari ini aku juga dipulangkan secara paksa. Maafin aku, ya, Bu. Aku bener-bener udah ngecewain Ibu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Humaira ✓
Teen FictionMenilai masa depan seseorang berlandaskan masa lalunya adalah suatu kekeliruan. Karena Umar Bin Khattab yang dahulu sangat membenci islam bahkan hendak membunuh Rasulullah pun kini terbaring di sampingnya. Hal tersebut terjadi karena hidayah Allah...