DH-26. Memori Bersama Ayah

159 18 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

"Sesekali menyendirilah. Renungkan kembali dosa-dosa yang telah kau perbuat dengan menggunakan segala nikmat pemberian dari Allah sampai detik ini. Jika sedikitpun rasa sesal tak terbesit dalam hati. Maka beristighfarlah, barang kali hatimu sudah lama mati."

-Happy reading!-

🕊️🕊️🕊️

"Kak, katanya waktu terjadi banjir besar di zaman Nabi Nuh alaihissalam, anak tertua Nabi Nuh yang bernama Kan'an malah ikut tenggelam bersama orang-orang kafir, ya, Kak? Kenapa bisa begitu? Kan dia anaknya Nabi," heran Ajil.

Aira yang baru selesai menceritakan tarikh islam kepada anak-anak, mendengarkan pertanyaan dari Ajil dengan seksama. Tidak ada raut lelah sama sekali di wajah gadis itu, meskipun tadi sudah bercerita cukup panjang. Senyum terbaiknya selalu Aira tampakkan.

Setelah anak itu selesai berbicara, barulah Ia menjawab dengan lembut.

"Karena saat itu Kan'an tidak beriman kepada Allah dan menentang ajaran yang disampaikan oleh Ayahnya sendiri. Dan saat banjir besar itu terjadi, ia memilih untuk mencari perlindungan ke gunung saat Nabi Nuh mengajaknya naik ke dalam kapal. Alhasil, Kan'an ikut tenggelam bersama kaum Nabi Nuh alaihissalam yang ingkar dan kafir. Istri Nabi Nuh yang bernama Walihah juga sama. Dia juga tidak selamat dalam peristiwa tersebut, karena belum beriman pada Allah ta'ala," jelas Aira.

Anak-anak yang tengah menyimak lantas mengangguk.

"Oh, pantesan aja ikut tenggelam. Kan'an anak durhaka ternyata."

Ajil kini mengerti. Pantas saja Allah membiarkan Kan'an tidak selamat atas azab yang diberikan kepada kaum Nabi Nuh saat itu. Selain tidak beriman pada Allah, Kan'an juga termasuk anak durhaka. Maka dari itu Ajil tidak mau menjadi anak durhaka seperti Kan'an beserta geng nya yang lain. Ia benar-benar takut dengan azab Allah. Jangankan di akhirat, di dunia pun azab Allah begitu pedih.

"Aku juga mau nanya dong, Kak," kata Fatimah.

Aira yang tengah bersandar di dinding masjid seketika tersenyum. Senang rasanya melihat anak-anak aktif dalam menyuarakan apa yang kurang mereka pahami tanpa mengedepankan rasa malu sedikitpun.

Semangat mereka dalam memperdalam ilmu agama nyatanya tak pernah pudar. Karena seperti yang Aira rasakan sendiri. Saat ilmu agama semakin banyak didapat, maka keinginan untuk menambah ilmu yang belum diketahui pula akan turut bertambah.

Mengingat, islam itu agama yang begitu luas. Setiap hal yang menyangkutnya juga mampu menimbulkan ketertarikan baik untuk dipelajari maupun untuk diamalkan oleh para penganutnya.

Aira menatap Fatimah sembari tersenyum. "Iya, Fatimah. Kamu mau nanya apa?"

"Gini, Kak. Kan Istri Nabi Nuh memilih ingkar meskipun suaminya adalah seorang Nabi. Nah, kalo kebalikan seperti yang istrinya shaliha tapi suaminya ingkar kepada Allah ada juga nggak, Kak?"

"Ada. Asiyah binti Muzahim contohnya. Beliau adalah istri dari Fir'aun sang raja mesir yang hidup di zaman Nabi Musa alaihissalam dan terkenal dengan kekejaman dan kedzalimannya terhadap rakyat. Salah satu bentuk kedzalimannya yang tersohor yaitu, beliau memerintahkan agar setiap bayi laki-laki yang baru lahir harus dibunuh. Hanya karena adanya sebuah takwil mimpi yang menyebutkan bahwa akan lahir seorang anak laki-laki dari bani israil yang akan meruntuhkan kekuasaannya di Mesir. Maka dari itu, peraturan tersebut dibuat."

"Namun, meskipun suaminya seorang kafir bahkan sampai pernah mengaku sebagai Tuhan. Keimanan Sayyidah Asiyah terhadap Allah sedikitpun tidak terpengaruh. Terbukti saat Fir'aun mengetahui keimanannya terhadap Allah lalu dia mendapat berbagai penyiksaan yang begitu berat, hal tersebut tak mampu menggentarkan keimanan beliau sedikitpun. Hingga pada akhirnya, puncak penyiksaan yang diberikan oleh Fir'aun terjadi kepadanya. Yakni, Firaun memerintahkan para algojonya untuk menjatuhkan sebongkah batu besar ke dada wanita yang tidak lain merupakan istrinya sendiri."

Dia Humaira ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang