DH-34. Apa itu Bahagia?

115 13 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

"Tidak ada manusia di muka bumi ini yang tidak diuji. Jangankan manusia biasa, bahkan sekelas para nabi pun mendapat ujian dari Allah. Jika para manusia yang derajatnya begitu dekat dengan sang pencipta saja masih diberikan ujian. Lantas apa yang membuatmu merasa bersedih hati, saat ujian itu turut pula kau rasakan?"

-Happy reading!-

🕊️🕊️🕊️

Minggu depan. Hari yang ditunggu-ditunggu seluruh pengurus OSIS maupun bakal calon pengurus OSIS akhirnya tiba. Tepatnya hari jumat selepas waktu dzuhur, puluhan orang berbaju hitam putih mulai memadati lapangan utama untuk melakukan upacara pembukaan.

Terik matahari yang tengah berada di puncak kepala tidak dirasa. Para calon pemimpin yang sudah siap fisik dan mentalnya akan diuji selama dua hari satu malam menginap di sekolah. Dengan didampingi beberapa guru. Menampilkan roman terbaiknya dengan penuh bersemangat.

"Semuanya udah datang. Nggak ada yang ketinggalan?" tanya Abi mengabsen anggotanya satu persatu.

Seluruh anggotanya serempak menjawab, "Siap lengkap!"

Lalu dengan satu intruksi, mereka mengikuti langkah Abi untuk masuk ke lapangan. Berbaris berbanjar diapit oleh para anggota MPK, juga sekbid dua dengan diberi sedikit jarak antara laki-laki dan juga perempuan.

Terdengar suara lantang Imran di depan sana. Ia melambaikan tangan meminta perhatian.

"Oke, kita punya waktu lima menit lagi sebelum upacara pembukaan dimulai. Jadi yang mau ngobrol boleh ngobrol dulu, yang mau ngelamun boleh ngelamun dulu, dan yang ngerasa badannya suka tiba-tiba gatel pas lagi upacara silahkan garuk dulu sepuasnya."

"Jangan sampai waktu Bapak Kepala Sekolah lagi menyampaikan kata sambutan, ada yang garuk-garuk sambil ngereog dan tertangkap sesi dokumentasi. Bahaya kan kalo udah di up di sosmed, susah buat dihapus aibnya soalnya," ucap Imran membuat para anggotanya langsung tertawa. Yang pernah merasakan hal semacam itu auto tersindir.

Sembari menunggu para pembina OSIS datang, Imran mengecek kelengkapan anggotanya satu persatu. Menangkap ada sesuatu yang mengganjal. Ia turun dari mimbar lalu menghampiri seseorang di barisan.

"Bi, gue boleh ngomong sama lo sebentar?"

Abi yang semula tengah membenarkan jam tangan dan tak sadar akan keberadaan Imran di sana langsung mendongak. Lalu mengikuti langkah si ketua OSIS yang hendak menepi ke luar lapangan.

Wajahnya terlihat serius. Begitupun dengan Abi. Memastikan tidak ada orang selain keduanya di sekitar sana, Imran mulai berkata.

"Sorry, Bi. Gue yakin kabar ini nggak enak buat lo denger. Dan jujur aja nggak enak juga buat gue sampein."

Imran berdehem sebentar. Memilah-milih kata yang pas untuk dikeluarkan. Minimal tidak akan menyinggung si pendengar.

"Sebenarnya gue lupa buat ngomong dari awal sama lo masalah ini. Dan sebelum para dewan guru datang, gue harap masalah ini udah terlebih dahulu tuntas."

Abi kian penasaran. "Masalah apa yang lo maksud, Ron?"

"Masalah keanggotaan. Berdasarkan keputusan Bapak kepala sekolah dan wakasek kesiswaan saat runding tiga hari yang lalu, dengan memperhatikan segala pertimbangan, mereka udah memutuskan. Bahwa ada salah satu anggota sekbid lo yang nggak bisa ikut kegiatan OSIS hari ini, Bi. Berbeda dengan pengurus OSIS sekbid lain, anggota dari sekbid kalian nggak akan lengkap. Harus ada salah satu dari mereka yang terpaksa dipulangkan sekarang."

Dia Humaira ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang