...
Seorang pria dengan setelan rapi baru saja keluar dan menutup pintu mobil. Kakinya melangkah dengan lebar memasuki sebuah rumah mewah di depan sana. Bibirnya membentuk sebuah kurva tipis. Wajahnya terlihat letih dan sedikit lelah, tapi walaupun begitu senyumnya tidak pernah memudar. Pria itu terlihat begitu bahagia dengan binar kerinduan di sorot matanya.
"Sayang, aku pulang!" serunya keras dan sedikit nyaring.
Dua detik, tiga detik. Pria itu mengerutkan keningnya bingung. Biasanya selalu ada yang menyambut dan menyahut kepulangannya, tapi sekarang justru malah sebaliknya. Rumah ini terasa kosong dan sunyi.
"Tuan-"
"Di mana istriku?!" sela pria itu dengan cepat. Bahkan sang pelayan belum melanjutkan ucapannya, tapi sudah dipotong.
Pelayan wanita itu menunduk takut, terlebih mendengar nada bicara sang tuan padanya.
"S-saya tidak tahu," ucapnya pelan. Kepalanya semakin tertunduk dalam.
Pria itu semakin mengerutkan keningnya tajam. "Kau-"
"Hiks ..."
Eh?
Suara Isak tangis itu terdengar hingga membuat si pria tidak jadi memarahi pelayan itu. Telinganya semakin menajam untuk mendengar lebih jelas lagi. Tidak salah, itu memang suara tangisan dari istrinya.
Lantas dengan langkah lebar pria itu berlalu pergi. Dia melangkah menuju ke arah taman belakang rumahnya. Asal di mana suara itu terdengar. Saat langkahnya semakin dekat, isakan itu semakin terdengar jelas.
"Nyonya, sudah ya. Jangan menangis," bujuk bibi pelayan lainnya.
Gelengan kepala wanita itu berikan. "Hiks ... T-tidak ..." Isakannya terdengar tersendat.
Kedua matanya terlihat sembab dan masih mengeluarkan air mata. Dengan menyorot sedih pada sebuah gundukan kecil di depannya. Sementara para pelayan yang berada di sana semakin panik dan bergerak gelisah ketika majikannya sulit untuk dibujuk sejak tadi.
"Ada apa ini?!" Pria itu berseru dengan tukikan alis yang tajam.
Mendengar hal itu kompak para pelayan menoleh lalu menelan ludah dengan gusar. Terlebih aura yang pria itu berikan tampak mencekam dan mengintimidasi.
"T-tuan Jeon ..." Ketiga pelayan itu buru-buru menunduk hormat dengan kepala yang merendah ke bawah.
Tatapan pria itu beralih pada wanita yang masih bersimpuh di atas rumput dengan tubuh yang bergetar. Seketika sorot matanya berubah dengan panik. Lantas ia pun segera menghampiri sang istri dan berjongkok di sampingnya.
"Sayang kenapa?" tanyanya lembut seraya menarik tubuh mungil yang bergetar itu ke dalam dekapannya.
"Siapa yang sudah membuat istriku menangis?!" teriaknya marah. Kepalanya menoleh dengan tatapan tajam mengarah pada ketiga wanita yang menunduk takut di depannya.
Namun ketiga pelayan itu hanya diam. Mereka tidak berani untuk bersuara sedikitpun. Sungguh, aura majikan mereka sangat menyeramkan ketika marah seperti ini.
"Katakan!" seru Jungkook menggeram marah.
Sontak mereka tersentak mendengar suara Jungkook yang begitu menggelegar. Rasanya mereka ingin mengubur diri saja daripada harus dihadapkan dengan kemarahan dari pria itu.
"A-anu ... I-itu ..." Salah satu pelayan mencoba untuk memberanikan diri berbicara. Namun suaranya tersendat karena rasa takutnya. Bahkan tangannya sedikit bergetar saking takut dan gusarnya ia pada sang Tuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Husband [✓]
FanfictionJeon Jungkook x Roseanne Park sebuah kisah romantis dari rumah tangga yang harmonis. Namun di balik keharmonisan dan keromantisan terkadang ada sesuatu hal yang tersembunyi.