..Rosé menangis tersedu-sedu saat diberitahukan jika bayi dalam kandungannya tidak bisa terselamatkan. Wanita itu menangis dalam pelukan Yura yang berusaha menenangkannya.
"Ibu ... bayiku hilang ..." gumam Rosé terisak pilu.
"Iya, Sayang. Ibu mengerti apa yang kau rasakan, tapi mau bagaimana lagi, ini sudah takdir. Berhenti menangis ya." Yura mengusap lembut punggung bergetar menantunya.
Yura tidak marah sama sekali atau bahkan menyalahkan Rosé atas kecelakaan ini. Yang ada Yura merasa kasihan karena Yura mengerti bagaimana sedihnya perasaan Rosé saat ini.
"Maafkan aku, Ibu ... ini salahku."
Yura menggeleng cepat. "Bukan salahmu. Jangan menyalahkan dirimu sendiri."
"Adik ipar, sudahlah, jangan menangis. Melihatmu seperti ini membuat kami sedih," sahut Jisoo ikut menenangkan.
Rosé tetap menggeleng tanpa menghentikan tangisannya. Walau seribu kata penenang yang diberikan untuknya, air matanya tidak akan pernah berhenti untuk menangisi kepergian sang buah hati. Kini yang Rosé rasakan hanya perasaan sesal dan bersalah.
Tidak berselang lama suara pintu ruangan terbuka dari luar. Yura dan Jisoo otomatis menoleh, dan ternyata itu Jungkook yang baru saja masuk. Raut wajah pria itu tampak kacau dan berantakan.
Tanpa bersuara Jungkook menghampiri ranjang pesakitan istrinya. Netranya melirik diam Rosé yang berada dalam pelukan sang ibu. Tidak ada raut apapun yang pria itu tunjukkan. Hanya sebuah tatapan kosong tanpa arti.
Yura lantas melepaskan pelukannya dari Rosé. Wanita itu mengusap air mata Rosé yang membasahi seluruh wajahnya. Lihat, kedua matanya bahkan sudah sembab sekali karena terus menangis sejak tadi.
"Karena sudah ada Jungkook di sini, Ibu dan Jisoo pergi ya. Jangan menangis lagi, air mata tidak cocok untuk menantu Ibu!" pesan Yura mengulas senyum hangat.
Kemudian tatapan Yura beralih pada Jungkook yang masih terdiam di tempatnya. Yura mengusap pundak putranya secara lembut.
"Hibur istrimu, jangan biarkan dia menangis lagi," bisik Yura pelan.
Jungkook hanya melirik ibunya sebelum kemudian sang ibu pamit pergi bersama Jisoo.
Kini di dalam ruangan hanya ada Jungkook dan Rosé serta kesunyian yang menyapa mereka. Sampai tiba-tiba tubuh Jungkook diterjang oleh pelukan Rosé yang erat. Lagi, wanita itu kembali terisak. Menumpahkan kesedihannya dalam pelukan suaminya.
"Jeon, maafkan aku ... semuanya salahku. Bayi kita ... " ucapan Rosé tersendat karena tangisannya.
Jungkook menutup matanya seraya menghela napas panjang. Kedua tangannya seakan kaku, enggan untuk membalas pelukan Rosé yang semakin mengerat. Bahkan dapat Jungkook rasakan jemari istrinya mencengkram pundaknya begitu kuat. Namun yang Jungkook lakukan hanya diam tanpa membalas pelukan Rosé atau bahkan sekedar menenangkan tangisannya.
"Istirahatlah, aku akan memanggil suster untuk menjagamu di sini." Pada akhirnya Jungkook membuka suaranya, namun dengan ucapan yang tidak Rosé duga.
Pria itu meraih pundak Rosé untuk menjauh sehingga pelukan itu terlepas. Usai itu, tanpa kata lagi, Jungkook berlalu pergi meninggalkan Rosé yang spontan menghentikan tangisannya.
Dengan tatapan sendu, Rosé menatap kepergian Jungkook yang hilang dari pandangan. Begitu pintu ruangan tertutup beriringan dengan hilangnya sosok pria itu, air mata Rosé kembali meluruh. Hati yang sudah patah, kembali dipatahkan akan sikap Jungkook yang dingin.
Sementara di luar ruangan, Jungkook terduduk lesu di kursi tunggu. Meraup kasar wajahnya yang berantakan. Bahkan bukan hanya wajah, tapi perasannya juga tampak berantakan. Sebisa mungkin Jungkook menahan gejolak emosi di dalam hatinya. Samar-samar di sudut matanya yang tertutup rapat tercetak sedikit air mata di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Husband [✓]
FanfictionJeon Jungkook x Roseanne Park sebuah kisah romantis dari rumah tangga yang harmonis. Namun di balik keharmonisan dan keromantisan terkadang ada sesuatu hal yang tersembunyi.