...
"Meminta maaf?! Tidak sudi! Aku tidak bersalah kenapa harus meminta maaf, Yura?!"
"Ibu!" sela Yura tegas. "Kau sudah menyakiti hati Rosé. Hanya meminta maaf, itu bukan perkara yang sulit."
Nenek Jeon mendengus kasar. Kini ruang utama rumah itu diisikan oleh suasana yang tegang antara dua wanita berbeda usia itu. Setelah kejadian semalam, Yura meminta nenek Jeon untuk meminta maaf pada Rosé seperti apa yang Jungkook katakan kemarin. Namun nenek keras kepala Jeon tetaplah kukuh pada pendiriannya. Dia tidak akan mungkin mau hanya untuk sekedar meminta maaf.
"Aku tidak mau! Dia yang seharusnya meminta maaf padaku bukan aku!" tolak nenek Jeon tajam.
Wajah yang sudah menua itu kini hanya diguratkan dengan rasa kesal dan jengkel. "Dia yang sudah bersikap tidak sopan padaku. Berteriak di depan orangtua kau pikir itu perbuatan yang bagus?!"
Yura memijit pelipisnya disertai helaan napas panjang. Begitu sulit membujuk nenek Jeon yang sangat keras.
"Apa ibu tidak sadar jika perkataan ibu tadi malam begitu kasar? Rosé sampai menangis ibu tahu? Jadi, kumohon, buang ego ibu dan minta maaf pada menantu," ujar Yura membujuk.
"Aku sadar, tapi itu memang fakta kan? Apa yang semalam aku katakan adalah kenyataan. Dia menangis bukan salahku, wanita itu saja yang cengeng. Jadi berhenti membujuk aku karena aku tidak mau meminta maaf sedikitpun." Nenek Jeon berucap tegas dan sedikit menekankan katanya.
"Ibu!" panggil Yura mencegah Nenek Jeon yang hendak pergi.
"Cukup Yura! Jangan memaksaku karena aku tidak mau!"
Nenek Jeon melengos pergi sembari mendumel kesal. Mulutnya tidak berhenti menggerutu tidak jelas. Yura membuang napasnya. Kepalanya semakin pusing saja memikirkan nenek Jeon. Setelah ini apa yang akan Yura katakan pada Jungkook? Putranya itu pasti akan semakin kesal pada nenek Jeon.
***
Di dalam mobil nenek Jeon berdecak kesal karena tiba-tiba mobil yang ia tumpangi berhenti begitu saja.
"Kenapa berhenti di sini?" tanya nenek Jeon pada supir.
Supir itu menoleh ke belakang. "Maaf Nyonya, pintu gerbangnya ditutup, jadi kita tidak bisa masuk."
Nenek Jeon mengerutkan dahinya. Melirik keluar melalui jendela mobil. Kemudian membuka jendela itu dan memanggil satpam penjaga.
"Hei, buka pintu gerbangnya!" teriak nenek Jeon.
Namun tidak ada respon. Satpam penjaga itu mengabaikan ucapan nenek Jeon karena terlalu fokus.
"Apa kau tuli?! Aku bilang buka pintu gerbangnya!" Nenek Jeon semakin berteriak keras.
"Astaga!"
Karena kesal nenek Jeon keluar dari mobil dan menghampiri si satpam penjaga itu. Memukul gerbang besi hitam itu dengan tongkat kayunya.
"Nyonya," sapa satpam itu yang baru saja tersadar.
"Buka pintu gerbangnya!" seru nenek Jeon.
Bukannya menurut, pria dengan pakaian kerjanya itu malah menunduk dan membisu.
"Kau tidak dengar apa kataku?! Buka gerbangnya!"
"Maaf Nyonya, Tuan melarang anda untuk masuk."
Mendengar hal itu tentu saja membuat kedua alis Nenek Jeon menukik tajam.
"Apa?! Jungkook tidak mungkin seperti itu! Cepat buka gerbangnya!" sentak Nenek Jeon marah.
Namun satpam penjaga itu masih diam di tempatnya. "Maafkan aku Nyonya, ini perintah dari Tuan Jeon."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Husband [✓]
FanfictionJeon Jungkook x Roseanne Park sebuah kisah romantis dari rumah tangga yang harmonis. Namun di balik keharmonisan dan keromantisan terkadang ada sesuatu hal yang tersembunyi.