08 - Bad dinner

1.9K 280 68
                                    

...

Rosé tersenyum manis mengantarkan Jungkook sampai ke depan pintu. Pagi ini wajahnya begitu cerah entah karena apa. Jungkook yang melihat senyuman istrinya tentu ikut tersenyum. Merasa senang melihat wajah penuh bahagia dari sang istri.

"Kenapa?" tanya Jungkook terkekeh geli.

"Tidak." Rosé menggeleng seraya membenarkan dasi Jungkook yang pada dasarnya sudah sangat rapih. "Sudah, sekarang waktunya untuk pergi bekerja."

Jungkook merunduk ke bawah lalu kembali menoleh pada istrinya. Tanpa berlama-lama pria itu menarik belakang kepala Rosé dan mengecup bibirnya lembut.

"Aku akan pulang cepat," ujar Jungkook.

Rosé hanya mengangguk. Begitu melihat Jungkook yang sudah masuk ke mobil dia lantas melambaikan tangan. Bahkan senyum di bibirnya belum juga pudar.

Setelah mobil suaminya menghilang dari pandangan, Rosé segera menutup pintu dan berjalan ke dapur. Mengambil beberapa buah segar untuk ia santap sebagai cemilan di pagi hari yang cerah ini. Ah, sepertinya segelas susu strawberry dingin juga cocok di minum dengan buahnya.

Tidak berseleng lama, langkah lain terdengar memasuki dapur. Tanpa menoleh pun Rosé tahu itu pasti Nenek Jeon. Dengan sengaja Rosé mengabaikan kehadiran Nenek Jeon di sekitarnya. Dia masih sakit hati atas perlakuan Nenek Jeon kemarin hari. Biarlah Rosé durhaka sekali ini saja. Yang jelas dirinya masih terlalu kesal sampai menatap Nenek Jeon saja rasanya tidak ingin.

"Jeon sudah pergi?" tanya Nenek Jeon membuka suaranya.

"Sudah."

Nenek Jeon mengerutkan keningnya samar. "Kenapa tidak bilang dulu?"

"Tidak tahu," balas Rosé mengendik acuh. Dirinya lebih fokus memotong buah-buah ke atas piring.

Terdengar decakan kesal dari Nenek Jeon. Wanita tua itu melirik Rosé dengan sinis. Terlebih sikap cuek yang Rosé berikan sedikit menyinggung Nenek Jeon.

"Minji, buatkan aku teh hijau!" seru Nenek Jeon setengah berteriak.

"Baik, Nyonya." Bibi minji langsung berlari ke arah dapur dan meninggalkan kemoceng yang ia gunakan untuk membersihkan lemari.

Dirasa sudah cukup, Rosé pun beranjak pergi seraya membawa segelas susu dan sepiring buah yang baru saja ia buat. Tanpa berpamitan pada nenek Jeon, wanita itu berlalu begitu saja.

"Cih, tidak sopan." Nenek Jeon mendecih sinis menatap punggung Rosé yang sudah menjauh.

**

Dengan televisi yang menyala menayangkan film favoritnya, Rosé menyantap buah-buahan itu dengan santai dan tenang. Bersila di atas sofa seraya fokus pada apa yang ia tonton. Wanita itu tampak menikmati waktu santainya. Hingga tidak berselang lama, suara deru mobil memasuki pelataran rumah. Sontak Rosé terkesiap dengan itu, lalu berdiri dan mengintip melalui celah jendela untuk melihat siapa yang baru saja datang.

"Ibu?"

Yura yang baru saja keluar dari mobil menimbulkan sebuah kerutan heran di dahi Rosé. Setengah berlari Rosé menghampiri pintu rumahnya. Menyambut kedatangan Yura dengan senyum lebar.

"Eh? Menantu."

Kedua wanita itu saling berpelukan. Setelah cukup lama, Rosé melepaskan diri dan menatap Yura penuh tanya.

"Kenapa ibu ke sini?"

"Memangnya kenapa? Tidak boleh?"

Rosé menggeleng keras. "Tidak, bukan begitu. Biasanya ibu akan telpon aku dulu."

Sweet Husband [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang