...
Atas kabar bahagia yang tengah mereka rasakan saat ini membuat Jungkook berinisiatif untuk merayakan sebuah pesta yang tidak bisa dibilang sederhana. Bukan hanya kerabat, tapi rekan kerjanya pun ia undang supaya turut serta merasakan kebahagiaan ini.
Mansion yang biasanya dihiasi sepi, kini justru dihuni oleh keramaian para tamu undangan. Berbagai kalangan hadir dan memberikan ucapan selamat kepada Jungkook maupun Rosé. Ya, bagaimana tidak bahagia sedangkan sebentar lagi keluarga kecil mereka akan bertambah.
"Tuan Jeon, Nyonya Jeon, selamat atas kabar bahagia kalian. Aku turut bahagia juga," seru seorang pria sedikit lebih tua menyalami Jungkook kecuali Rosé.
Jungkook mengulas senyum kecil. "Terima kasih, Tuan Choi. Aku harap kau menikmati pestanya."
"Tentu saja."
Mereka berbincang cukup lama. Ada begitu banyak obrolan yang mereka lakukan. Tidak hanya Tuan Choi, beberapa rekan dan kerabat pun ikut memberi selamat untuk mereka.
Jika dari setiap sudut ruangan dihiasi oleh seruan suka cita, justru berbeda dengan Nenek Jeon. Wanita tua dengan rambut putihnya yang disanggul rendah itu terlihat tidak begitu menikmati pestanya. Sepanjang pesta tidak ada sedikitpun senyum bahagia yang terpancar dari wajah Nenek Jeon seperti orang-orang di dalam ruangan. Yang ada hanya raut dingin dan tatapan tidak peduli.
Dirasa tidak nyaman dengan kondisi pesta yang semakin ramai, pada akhirnya Nenek Jeon memutuskan untuk pergi menjauh dari keramaian itu. Namun pergerakan Nenek Jeon itu disadari oleh Yura yang memang sejak tadi duduk menemani Nenek Jeon.
"Ibu mau ke mana?" tanya Yura mencegah langkah Nenek Jeon.
Nenek Jeon menghentikan langkahnya lalu melirik Yura sedikit. "Mencari udara segar. Di sini terlalu sesak, membuatku tidak nyaman."
Usai mengatakan itu Nenek Jeon berlalu pergi. Sementara Yura hanya bisa mendengus pelan mendengar jawaban ketus dari Nenek Jeon.
"Jangan lama-lama, acara pemotongan kuenya sebentar lagi!" seru Yura sedikit keras.
***
Langkah Nenek Jeon masuk ke dalam dapur. Diraihnya sebuah gelas yang sudah ia tuang air, kemudian air itu Nenek Jeon minum dalam satu kali tegukan kasar. Entah mengapa perasaan Nenek Jeon justru merasa kesal bukan malah bahagia.
Setelah meminum air itu, Nenek Jeon tidak langsung beranjak pergi melainkan berdiam diri di sana tanpa mempedulikan para pelayan yang berlalu lalang keluar masuk dapur. Yang dilakukan Nenek Jeon hanya diam kemudian mendengus kasar.
"Nenek?"
Suara lembut yang tiba-tiba menyapa membuat Nenek Jeon menoleh. Atensi Rosé menjadi hal pertama yang Nenek Jeon lihat. Sekejap raut wajah Nenek Jeon berubah dingin. Wanita paruh baya itu berpaling wajah tanpa membalas sapaan Rosé.
"Kenapa Nenek di sini? Aku dan Jungkook mencari Nenek sejak tadi," seru Rosé menghampiri Nenek Jeon.
Lagi-lagi Nenek Jeon hanya diam enggan menjawab ataupun bersuara sedikitpun.
"Nenek ..." Tangan Rosé terangkat hendak menyentuh bahu Nenek Jeon yang termenung.
"Diam! Lagipula bukan urusanmu aku berada di mana!" imbuh Nenek Jeon ketus.
Rosé sedikit tersentak mendengar seruan Nenek Jeon seperti itu padanya. Walau tidak terlalu membentak, tapi itu sedikit menyentil hati Rosé.
Helaan napas lirih terdengar dari bibir Rosé. Karena tidak ingin membuat suasana hati Nenek Jeon semakin buruk, Rosé pun berniat untuk pergi saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Husband [✓]
FanfictionJeon Jungkook x Roseanne Park sebuah kisah romantis dari rumah tangga yang harmonis. Namun di balik keharmonisan dan keromantisan terkadang ada sesuatu hal yang tersembunyi.